10. Dirumah

246 20 0
                                    


Assalamu'alaikum

Bismillah

Cuz baca dan pliss taburan bintang dan komennya ya pembaca budiman ...



Sesampainya di rumah, Pram segera memberitahukan percakapannya dengan Darti ibunya Ayun tadi kepada ibunya, Nilam. Wanita yang telah melahirkan Pram dan sangat disayanginya, juga sangat menyayanginya. Nilam selalu menjadi teman bahkan sahabat buat Pram, menjadi tempat curhat dan keluh kesahnya selama ini.

Jadi tak heran apapun yang dilakukan Pram, kegiatan Pram, ataupun yang terjadi pada Pram semua tak luput dari pantauan dan pengetahuan Nilam. Termasuk hubungan Pram dan Ayun. Meskipun dia belum pernah bertemu dengan Ayun sekalipun, tapi dia yakin Ayun adalah gadis yang baik. Terlihat dari sikap anaknya yang selalu bahagia setiap kali bercerita tentangnya.

Bapak Pram bernama Darmaji Iskandar, seorang Tentara Angkatan Darat. Beliau seorang yang tegas dan kaku, jarang bicara kalau tidak penting, tapi hatinya lembut, penyayang, baik dan sabar.

Sifatnya selalu disiplin dalam hal apapun dan selalu bertanggung jawab, membuat beliau menjadi sosok yang selalu disegani dan dihormati. Itulah kenapa Pram pun ingin mengikuti jejak bapaknya menjadi seorang tentara.

"Assalamu'alaikum. Buk!" seru Pram memasuki rumahnya.

"Wa'alaikumussallam," jawab Nilam dari arah dapur.

Segera Pram melangkah menuju ke sana. Ibunya itu sedang menyiapkan makan siang.

Pram memeluk wanita terhebatnya ini dari belakang sambil mencium pipi, kebiasaan yang selalu dilakukannya dan berbisik," L u l u s ... ."

"Alhamdulillah ... ," ucap Nilam bersyukur seraya membalikkan tubuh dan memeluk anak semata wayangnya itu dengan air mata yang berlinang. Nilam memang wanita yang gampang sekali terharu dan menangis.

"Alhamdulillah, ya Allah, anakku lulus, semoga Engkau berikan kelancaran untuk setiap langkahnya ke depan. Aamiin," ucapnya melepaskan pelukannya.

"Aamiin," Pram pun mengamini dan mengusap air mata di pipi ibunya.

"Semua karena doa Ibu. Apa jadinya diriku tanpa ibuku yang cantik ini," goda Pram yang dibalas senyuman dan usapan sayang Nilam di rambut Pram.

"Hhmm kamu leeee....kebiasaan. Sini bantu Ibuk, bawakan ke meja makan makanan yang sudah siap ini, ya. Sebentar lagi Bapak pulang makan siang," kata Nilam sambil menunjuk makanan yang sudah selesai dimasaknya tadi.

"Siap Bundan!" balas Pram sambil menghormat ibunya.

"Buk, nanti bantu Pram bilang ke Bapak, ya," pinta Pram.

"Emang mau bilang apa, Le?" tanya Nilam.

"Aduh, masa Ibuk lupa, sih, yang tadi malam itu lo, Buk, tentang Ayun," rajuk Pram.

Nilam tahu maksud Pram tapi dia ingin menggoda jagoannya ini.

"Woo, itu. Apa sudah minta ijin ke orang tuanya Ayun kamu Pram kalau kita mau datang ke sana?" tanya Nilam akhirnya.

"Sudah Buk, tadi pas ngantar Ayun pulang aku minta ijin ke ibunya Ayun dan ... boleh katanya," jelas Pram.

"Assalamu'alaikum." Suara salam terdengar dari ruang tamu.

"Wa'alaikumussallam," jawab Pram dan Nilam serempak.

"Tuh, Bapak pulang," tunjuk Nilam sambil berlalu menuju arah suara.

Namun belum sampai keluar dapur, Darmaji telah muncul di ambang pintu ruang makan yang hanya disekat dengan tembok separo badan dengan dapur. Nilam segera salim dan mencium tangan suaminya itu dan dibalas Darmaji dengan ciuman di kening. Demikian juga dengan Pram segera salim ke bapaknya.

"Sudah pulang, Pak? Langsung cuci tangan dulu, ya, terus makan, makanan sudah Ibuk siapkan di meja," kata Nilam.

"Iya, Buk. Gimana Pram, kamu lulus ndak?" tanya Darmaji kepada Pram.

"Alhamdulillah, lulus, Pak," jawab Pram sambil mengambil tempat duduk di kursi meja makan menunggu Bapaknya cuci tangan.

"Alhamdulillah, sip. Pacarmu emm, siapa itu namanya, lulus juga, kan?" tanya Darmaji sambil cuci tangan kemudian mengelap tangannya dengan serbet yang telah disiapkan Nilam.

"Pastilah Pak, dia itu kan pinter, hehe... ," kata Pram memuji Ayun.

"Iyo iyo Leee .. .tauuu," kata Nilam sambil duduk di samping Pram.

"Berarti rencanamu tadi malam bisa dilaksanakan segera, ya?" tanya Darmaji masih dengan muka datarnya.

"Insyaallah, Pak, Bapak sudah tahu? Apa Bapak merestui kami?" tanya Pram takut-takut.

Darmaji diam sejenak dan mengambil posisi duduk di hadapan Nilam.

Nilam segera berdiri dan mengambil piring di depan Darmaji, mengisinya dengan nasi lengkap dengan sayur dan lauknya. Kemudian meletakkan kembali dengan pelan di depan Darmaji.

Darmaji menatap anak kesayangannya itu sejenak dan mengambil nafas dalam.

"Apakah kamu sudah yakin dengan keputusanmu itu, Le? Tunangan itu juga sebuah ikatan yang serius sebelum berlanjut ke jenjang pernikahan. Sedangkan kamu masih harus menata dan menyiapkan masa depanmu meraih cita-cita menjadi sorang prajurit. Itu butuh kerja keras, kemauan yang kuat dan tekat yang bulat.

"Dan nanti kalaupun kamu lolos seleksi, kamu masih harus mengikuti pendidikan. Setelah lulus terus penempatan dan penugasan, ikatan dinas sekian tahun. Waktunya lama untuk sampai kepernikahan."

"Di luar sana nanti akan kamu temui banyak wanita. Apakah kamu siap untuk setia pada ikatan pertunanganmu? Dan, Ayun juga pasti masih mau kuliah, kan?" ucap Darmaji panjang lebar.

"Justru karena itulah Pak, Pram dan Ayun sepakat untuk bertunangan. Tujuan kami adalah untuk saling menjaga hati sementara kami menempuh jalan masing-masing, dan agar kami tenang saat berjauhan. Insyaallah kami siap menjaga hubungan ini sampai kami menikah," tutur Pram meyakinkan Darmaji.

"Baiklah, kalua kamu sudah yakin, Bapak sama Ibuk akan mengantarkanmu menemui orang tua Ayun. O iya, dimana mereka tinggal?" tanya Darmaji.

"Di daerah Waru, Pak," jawab Pram.

"Emm, tidak jauh. Sudah. Ayo kita makan dulu," ajak Darmaji

"Kamu sudah menyiapkan cincin untuk Ayun, Le?" tanya Nilam setelah sekian lama diam mendengarkan interaksi suami dan anaknya.

"Alhamdulillah, untuk cincinnya sudah Pram beli. Pakai uang hasil menang lomba pencak silat sekarisidenan bulan Pebruari lalu," bangga Pram sambil senyum-senyum.

Kemudian dia mengambil nasi dan lauknya.

"Bagus. Kamu yang pimpin doanya, Pram," perintah Darmaji.

"Siap!" seru Pram.

Kemudian mereka pun berdoa dengan kusyu' sebelum menikmati makan siang.

***

Alhamdulillah

Repost, 29.05.2021

Ijinkan Aku Melepasmu  (Cerita Tentang Rasa) Where stories live. Discover now