6. Subuh

344 24 2
                                    


Assalamu'alaikum

Bismillah


Allahu Akbar ... Allahu Akbar ....

Hana terbangun oleh suara Adzan Subuh. Matanya mengerjap menyesuaikan cahaya remang dari lampu tidur yang masuk ke matanya, menggeliat sebentar dan menoleh ke samping kanannya. Kosong.

Segera dia bangun. Tak biasanya Pram sudah bangun sepagi ini. Diperhatikannya bantal dan kasur di sebelahnya, masih rapi seperti saat tadi malam dia berangkat tidur. Berarti Pram tidak tidur di ranjang ini semalam. Kemana dia?

Dengan berat dan malas dia beranjak dari tempat tidurnya. Di saat-saat seperti inilah Hana sangat mendambakan seorang imam. Seorang imam yang akan selalu menguatkannya dikala hatinya mulai malas untuk beribadah dan mulai jauh dari Robbnya. 

Seorang imam yang membimbingnya dalam ketaatan kepada Allah, membangunkannya dengan lembut untuk sholat subuh ataupun sholat tahajud, mengisi malam dengan bertadarus bersama, muroja'ah bersama, saling menguatkan dalam keimanan dan ketaqwaan kepadaNya.

Ya Allah, akankah Engkau wujudkan keinginan dan harapan ini?

Dengan gontai Hana keluar kamar menuju kamar Azzam dan Azka untuk membangunkan mereka. Syukur alhamdulillah kedua anaknya itu selalu patuh pada dirinya dan menuruti semua arahan dan perintahnya terutama dalam hal beribadah kepada Allah.

Sesampai di kamar Azzam ternyata kamar itu sudah kosong, demikian juga saat memeriksa kamar Azka, berarti mereka berdua telah berangkat ke masjid. Kemudian Hana mengarahkan langkahnya menuju ruang keluarga untuk mengecek keberadaan Pram, tapi saat tiba didepan kamarnya, dia mengurungkan niatnya, dia ingat semalam Pram tidak kunjung menyusulnya ke kamar sampai larut malam, sedangkan Hana tak kunjung bisa terlelap.

Flashback On

Cklek....

Suara pintu dibuka. Hana pura-pura memejamkan matanya. Terdengar suara langkah mendekatinya. Tak lama kemudian dia merasakan kehangatan selimut yang menyelimuti tubuhnya juga hembus nafas hangat di wajahnya, menyusul kecupan lembut di keningnya.

Namun Hana enggan untuk membuka mata.

Tak lama didengarnya langkah menjauh dan suara pintu yang ditutup. Hana mengucap lirih seiring tetes air mata jatuh disudut matanya.

"Ya Allah, tenangkanlah hati hambaMu ini".

Dan dengan mengucapkan istighfar terus menerus Hana mencoba untuk memejamkan mata dan terlelap.

Flashback Off

Dan kini, dia teringat belum melaksanakan sholat subuh, dan menunda sholat itu tidak baik. Maka dialihkannya langkah masuk kamar dan langsung ke kamar mandi untuk berwudhu. Setelah itu Hana melaksanakan sholat.

Saat mulai melafazdkan niat, ingatannya kembali pada kejadian semalam yang membuat dadanya sesak

"Astaghfirullah... ," lirihnya.

Kemudian dia meluruskan niatnya kembali dan mencoba untuk khusyu' dalam sholat.

Usai sholat dan merapikan peralatan sholat, Hana beranjak ke dapur untuk menyiapkan makanan. Tapi sebelumnya dia singgah ke ruang keluarga dan didapatinya Pram tengah tidur di sofa panjang depan TV.

Hana mendekat dan berjongkok didepan wajah Pram. Dipandanginya wajah damai Pram saat tidur dan berlahan bibirnya tersenyum. Sebutir air mata jatuh dipipi. Perlahan diulurkannya tangan untuk mengelus pipi Pram, tapi diurungkannya, takut membangunkan Pram.

Dalam pikirannya muncul pertanyaan yang mengganggu.

"Apakah kamu sedang menjauhiku Mas Pram? Bukankah semarah marahnya kamu padaku, kamu tak pernah meninggalkanku untuk tidur sendirian diranjang kita? Kenapa kini kamu meninggalkanku? Apakah ada hubungannya dengan Ayun sepupumu itu? Ada hubungan apa kalian?

"Kenapa lidah ini kelu untuk bertanya padamu? Ataukah aku hanya merasa takut mendapatkan jawaban yang mungkin akan menyakiti hatiku? Tapi sikapmu berubah saat bertemu dengannya dan itu membuatku sakit, apa kamu tak menyadari itu?"

"Ya Allah, jangan biarkan hati ini bersuudzon kepada suamiku sendiri," lirih Hana dan dia memutuskan melanjutkan niatnya ke dapur dan menyiapkan sarapan pagi.

***

Alhamdulillah

Repost, 29.05.2021

Ijinkan Aku Melepasmu  (Cerita Tentang Rasa) Kde žijí příběhy. Začni objevovat