12. Sarapan

228 17 0
                                    


Assalamu'alaikum

Bismillah



Hari ini hari Sabtu dan Pram tidak ada piket. Itu berarti dia akan menghabiskan waktunya berdua bersama Hana seperti biasanya. Hana telah berkutat di dapur sejak habis subuh tadi. Menyiapkan sarapan untuk suami dan kedua anaknya. Karena meskipun Pram libur tapi Azzam dan Azka masih harus sekolah.

Dan lagi biasanya Pram akan mengajaknya naik sepeda ke pinggiran kota untuk mengisi waktu luang bersamanya. Jadi Hana harus tetap memasak pagi-pagi. Dilupakannya sejenak kegelisahan hatinya semalam.

Pukul 06.15 semua hidangan untuk sarapan sudah tertata rapi di atas meja makan. Tak lupa Hana menyiapkan dua gelas susu untuk Azzam dan Azka juga segelas tes hangat untuk Pram. Untuk dirinya sendiri Hana lebih suka minum air putih, itulah sebabnya diusianya sekarang ini Hana masih saja terlihat segar.

Hana mencuci peralatan dapur yang tadi digunakannya untuk memasak dan kemudian membersihkan dapur sambil menunggu suami dan kedua anaknya menuju meja makan untuk sarapan bersama.

Tiba-tiba dia teringat pada Pram yang tertidur di sofa depan TV, apakah dia sudah bangun? Dia segera beranjak menuju ruang keluarga itu untuk membangunkan Pram. Tapi baru saja dia membalikkan tubuhnya, Pram sudah berdiri tepat di hadapannya. Hana sangat kaget.

"Astaghfirullahal'adhzim," serunya sambil memegang dadanya

"Hehe....kaget?" tanya Pram sambil merengkuh pinggang Hana untuk mendekat padanya. Hana tersipu dan memberikan senyum terbaiknya.

"Maaf, Sayang, aku tak berniat mengagetkanmu. Aku hanya ingin mengingatkanmu. Kamu melupakan satu hal," bisik Pram ditelinga Hana sambil memberikan gigitan kecil di sana.

Sukses membuat Hana merinding.

Tapi Hana menyukainya. Hana selalu menyukai hal-hal sederhana namun manis yang dilakukan Pram padanya.

"Apa?" tanya Hana serak.

"Hhmm...tega sekali kamu melupakannya, istriku," ucap Pram lagi dengan sedikit memanyunkan bibirnya pura-pura merajuk. Namun tangannya masih erat melingkar di pinggang Hana.

"Apa suamiku sayaaang? Lepas, ya, bentar lagi anak-anak ke sini, nggak enak dilihat mereka," bujuk Hana.

Sebenarnya dia tidak lupa kebiasaan mereka berdua di pagi hari. Hana cuma ingin menggoda suaminya.

"Nggak ... nggak mau. Biarin saja dilihat Kakak sama Adek, aku tak peduli. Kamu itu milikku, ya suka-suka aku mau apa," kata Pram keukeuh.

"Iya iya ok, tapi tutup mata, ya," akhirnya Hana menyerah.

"Kenapa harus tutup mata, Sayang? Kamu tahu itu adalah canduku. Dan aku harus menyaksikan sendiri saat candu itu mendekat untuk kunikmati," bisik Pram sambil menempelkan keningnya ke kening Hana.

"Tapi, Bunda malu," sipu Hana dengan rona merah di pipinya.

"Tidak menerima alasan dan penolakan, Sayang," ucap Pram.

Kini hidung mereka pun sudah bersentuhan.

Akhirnya, cups....

Hana merasakan desir indah di dadanya yang merambat lembut ke seluruh tubuhnya. Membuat hati dan jiwanya melambung penuh kehangatan saat bibir Pram dengan lembut mendarat di bibirnya. Mengecupnya dalam.

Dan sejenak waktu terasa berhenti. Seakan memberikan waktu pada sejoli itu untuk menikmati debaran jantung yang memacu indah seraya memejamkan mata mereka.

Ijinkan Aku Melepasmu  (Cerita Tentang Rasa) Where stories live. Discover now