14. Prasangka

281 24 0
                                    


Assalamu'alaikum

Bismillah

Plis taburan bintang dan komennya ya Pembaca budiman ...



Sepeninggal Pram, Hana segera menuju lemari pakaian untuk mengambil baju yang akan dia pakai. Baju rumahan, gamis sederhana yang nyaman. Kemudian langkahnya menuju meja rias dan mendudukkan dirinya di kursi. Memakai sedikit pelembab di wajah kemudian menyisir rambut panjangnya yang masih sedikit basah dengan gerakan pelan.

Tiba-tiba bunyi handphone terdengar. Dia tahu itu dering handphone Pram. Hana menoleh ke sumber suara dan melihat handphone Pram ada di meja dekat sofa. Dengan cepat dia beranjak mendekati meja dan mengambil handphone Pram. Terpampang di layar Ayun memanggil.

Deg.

Wanita yang ketemu di warung Padang. Ada apa dia menghubungi suaminya? Hana bingung antara menerima telfon itu atau mendiamkan saja? Sungguh dia merasa bimbang. Ada banyak tanya penasaran di dalam kepalanya. Tiba-tiba Hana merasa tak enak hati. Kegelisahan yang menyelimuti hatinya hadir kembali.

HANA POV

Handphone Mas Pram masih ada di tanganku. Deringnya sejenak mati, namun sesaat kemudian berbunyi lagi. Tetap nama yang sama seperti tadi, Ayun. Jantungku berdebar sakit. Aku merasa sangat gelisah. Ada hubungan apa sebenarnya antara Mas Pram dan Ayun itu?

Ya Allah, kenapa hatiku sakit, prasangka buruk kembali memenuhi kepalaku "Astaghfirullahal'adhzim ... ."

Tak lama dering itu pun berhenti. Terganti dengan suara notifikasi pesan masuk. Dan lagi-lagi nama Ayun yang terpampang di sana. Ku buka pesan itu dengan rasa ragu dan tangan sedikit gemetar.

"Maafkan aku, Mas Pram, aku melanggar privasimu. Aku sangat ingin tahu pesan yang dikirim sepupumu, maafkan aku karena prasangka buruk ini yang seharusnya tidak boleh. Tapi aku hanyalah wanita biasa yang berhati lemah yang tak kuasa menahan cemburu. Maafkan aku, Suamiku."

Akhirnya pesan itu kubuka dan tertulis disana.

"Mas Pram, dimana? Aku sudah di tempat ini? Kamu tak mungkin salah jalan, kan? Kok belum sampai dari tadi. Aku sudah lumayan lama nunggunya"

Deg.

Lagi-lagi jantungku berdebar sakit. Mungkinkah urusan yang dikatakan Mas Pram tadi adalah menemui Ayun? Kenapa Mas Pram tak mengatakan terus terang tadi? Pasti memang ada apa-apa di antara mereka. Kalau tidak, tidak akan ada pertemuan sembunyi-sembunyi seperti ini.

"Ya Allah...lindungi keluarga kami, jaga selalu hati suamiku. Ya Allah, jauhkan dia dari segala sesuatu yang haram untuknya," lirih doaku dalam hati.

Kembali aku ragu untuk membalas pesan itu atau mengabaikannya. Tapi, dengan perasaan yang berat ku letakkan kembali handphone Mas Pram di atas meja. Air mataku tak bisa lagi kubendung.

Ku langkahkan kaki menuju dapur dengan isak tangis yang sama sekali tak bisa kutahan. Aku perlu minum air hangat untuk menenangkan hatiku. Ya Allah, sungguh aku cemburu.

Tapi di dalam sana, hatiku yang terdalam berbisik, "aku percaya padamu, Suamiku. Kau hanya perlu menjelaskannya dan aku akan mendengarmu."


PRAM POV

Sebenarnya aku merasa tidak enak hati pada Hana karena tidak memberitahukan sebenarnya tentang urusanku kali ini. Karena aku tak ingin menyakiti hati Hana. Aku tahu apa yang aku lakukan ini tidak benar, tapi kerinduanku pada Ayun mengalahkan akal sehatku.

Ijinkan Aku Melepasmu  (Cerita Tentang Rasa) Kde žijí příběhy. Začni objevovat