8 - Belum Sebanding

159 25 20
                                    

Anne membalut lengannya yang tergores akibat hewan tadi menggunakan kain putih yang dia temukan tersangkut pada pagar kayu.

Dilirik kembali dengan hati-hati makhluk tersebut kini berada cukup jauh di belakangnya. Tampak sedang mengambil ancang-ancang untuk kembali menyerang gadis itu menggunakan salah satu anggota tubuhnya yang tajam.

"Haah ... semoga dia tidak bodoh," ucap Ophelia secara tiba-tiba di dalam bangunan tempat mereka—kecuali Anne—berkumpul. Avasa menoleh, mengangkat sebelah alis dengan kesal tanda mempertanyakan ucapannya.

"Di sana sudah dikubur satu ramuan dariku yang pasti bisa membantunya mengalahkan hewan buas tingkat atas. Tapi, aku tidak yakin dia akan menemukan benda itu," terang Ophelia sambil tersenyum licik.

"Di bagian mana kau menguburnya?" Avasa bertanya dingin.

"Kenapa aku harus memberitahumu? Kutebak, kau pasti mau mengendalikan angin dan memberi kode untuk Anne. Tidak, terima kasih." Ophelia menjawab pertanyaannya dengan ketus. Membuat Avasa mengepalkan tangan.

"Kau—"

Dhieren melebarkan mata lalu menahan tangan Avasa yang sudah berjarak tidak terlalu jauh dari wajah gadis tersebut.

"Lagi pula, kalian tidak tahu, kan, kalau aku dan dia sudah membuat janji?" Ophelia melipat tangan. "Aku tidak akan mengingkari janji itu, jadi kau tenang saja."

Dhieren terdiam. Avasa yang tampak tak peduli lalu melepaskan genggaman Dhieren dan kembali menyaksikan perburuan Anne lewat jendela besar.

Vian menepuk bahu Avasa. "Percaya padanya," ucap lelaki itu dan Avasa hanya bisa mengembuskan napas sebagai respons.

"Sir, makhluk apa itu? Berlarinya cepat sekali!" pekik Nelda berusaha mengalihkan perhatian, semakin mendekatkan diri pada jendela untuk melihat sang sahabat yang kini ditatap lekat-lekat oleh hewan di belakangnya.

Sir Marcus mengetukkan kaki pada lantai papan kayu di bawah mereka. "Itu adalah buruan buas tingkat atas, Rusa Ferox. Rusa dengan tanduk runcing dan kecepatan lari bak kilat."

"Yang benar saja ...," gumam Avasa bergidik ngeri setelah mendengar penjelasan dari Sir Marcus.

Dalam panduan yang diajarkan oleh guru mereka saat masih mengikuti kelas berburu di desa, rusa itu memanglah terkenal sangat mematikan. Sekali kau salah menyerangnya, dia bisa menusuk dan melemparmu ke udara. Tapi, dia buta. Semoga Anne mengingat poin penting itu.

Anne gemetaran. Gadis itu sekarang tengah menunduk sembari meraba-raba tanah, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengalihkan perhatian makhluk di belakangnya.

"Kumohon ... apa ada sesuatu ...," lirih Anne penuh harapan. Apa pun itu, asalkan dia bisa membuat makhluk ini setidaknya menjauh beberapa jarak.

Tak lama, Anne mendengar langkah kaki yang mulai berlari dari belakang. Yang benar saja! Makhluk itu sedang menuju ke arahnya!

"Ah, dapat!!" Tepat ketika Anne mengangkat benda itu, makhluk tersebut kembali berlari. Anne segera menggulingkan tubuhnya ke arah berlawanan agar tidak tergores lagi. Namun, nyatanya punggung Anne masih saja terkena luka gores yang dalam.

Darah berwarna biru segar mulai mengalir dari punggungnya, membasahi sayap milik Anne. Gadis itu kini hanya bisa meringis menahan sakit karena dia juga tidak mengerti bagaimana caranya menggunakan atau melindungi sayap.

"Aarghh ...," rintihnya. Diraih kembali benda yang tadi ia temukan lalu kini mencuri tatap pada hewan tersebut. Mata Anne membulat lebar. Itu adalah Rusa Ferox! Salah satu buruan buas level atas!

KLASIK: Sayatan MisteriМесто, где живут истории. Откройте их для себя