5 - Le Ali

297 50 41
                                    

"Roseanne le ali masatende!" teriak Ratu Cornellia membuyarkan keheningan warga yang sedang diam mematung.

Anne mendongak dengan cepat. Jantungnya berdegup tidak beraturan. Sudah terpancar jelas bahwa Anne takut dengan rasa sakit seperti apa yang akan ia terima.

Seperti tak menghiraukan ketakutan gadis itu, daun-daun yang kini berayun di langit mengikuti arah tangan sang ratu mulai membentuk wajahnya. Semakin lama, dedaunan itu semakin detail.

Anne menggenggam erat-erat botol ramuannya, menunduk dan menarik napas.

"Saginum!"

Diamnya Anne kini berganti dengan suara teriakan kala satu per satu dari dedaunan itu terasa mengiris punggungnya bagai pisau.

Dengan sekuat tenaga, Anne berusaha menahan rasa sakit yang dia terima. Tetapi semakin ditahan, rasa sakit itu justru semakin mematikan.

Mata Anne setengah tertutup, kesadarannya mulai terserap habis. Saat dirinya tengah merasakan aliran deras darah di bagian punggung, ramuan pemberian Ophelia dalam genggamannya pun bersinar.

Ah! Ra ... ramuannya!  Batin Anne tersadar.

Sama seperti Nelda, dengan cepat Anne membuka tutup ramuannya. Jemari gadis itu pun sempat tergores akibat gerakan tangannya yang tidak stabil.

"Ibu! Ramuannya ungu!!" teriak seorang peri kecil tiba-tiba. Membuat Anne melirik ke arahnya dan mendapati perawakan Ophelia di belakang mereka, sekilas terlihat cemas.

"A-aku percaya tidak akan terjadi apa-apa ...," lirih Anne sebelum menyiramkan ramuannya pada bagian yang sakit. Gadis itu mendongak perlahan, menunggu reaksi apa yang akan terjadi pada punggungnya sekarang.

Dalam 5 detik terakhir, hal yang Anne lihat sebelum diselimuti oleh selaput berwarna ungu adalah sisa dedaunan yang turun perlahan, bersamaan dengan disebutnya nama Dhieren.

* * *

Anne tidak tahu lagi sudah berapa lama dirinya terperangkap dalam balutan selaput ungu. Begitu dia menyiramkan ramuan Dragulja Lipy, rasa sakitnya lenyap begitu saja, berganti dengan kegelapan tak berujung pada penglihatannya.

Sunyi senyap. Anne bahkan tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.

Di tengah kebingungannya, mendadak terlihat seseorang yang datang. Sosok yang memiliki aura berkilauan, berjubah hijau dan berambut cokelat kemerahan itu perlahan berjalan menghampiri Anne.

"Apa yang kau lakukan di dalam sini??" tiba-tiba dia bertanya penuh heran.

Anne membelalakkan matanya. Itu adalah raja bangsa peri yang sudah lama menghilang! Raja Hendrick!

"Raja Hendrick?" Anne bertanya tidak percaya jika imajinasi dalam otaknya akan memunculkan kembali orang terhormat ini.

Melihat reaksi yang ditunjukkan oleh gadis di hadapannya, Raja Hendrick lalu berlutut.

"Kamu ini Rose, kan? Anak Rachita dan Keivel?" Sang raja melihat setiap inci dari wajah Anne, memastikan kebenaran pernyataan yang baru saja dilontarkannya.

Anne terpaku. Ketajaman mata dan suara tegas milik Raja Hendrick berhasil menyihir fokusnya. Jika ini hanya imajinasi milik Anne, bukankah kesannya aneh? Dulu dia jarang sekali mendengar suara rajanya, apalagi sampai bertatap muka seperti sekarang.

"Iya, itu benar, Yang Mulia. Tapi, kami sudah lama tak melihat Anda ... lalu mengapa Anda bisa ada di sini??" tanya Anne sembari merengutkan kedua alisnya. Masih mencari jawaban yang paling pasti dari imajinasinya.

KLASIK: Sayatan MisteriOù les histoires vivent. Découvrez maintenant