12 - Pai Apel

101 12 21
                                    

Anne memijit pelipisnya sembari menghela napas gusar. Sekarang mereka sudah memasuki toko ke-6 dan belum ada tanda-tanda bahan yang ingin Ophelia gunakan untuk melengkapi racikan pengembangan ramuannya, dijual oleh para manusia menjengkelkan itu.

Iya, kalian tidak salah membaca. Anne memang sedang menemani rekannya pergi ke luar dari istana untuk membeli bahan racikan pengembangan ramuan Dragulja Lipy. Nahasnya, dia pun mau tidak mau harus bersedia melihat para manusia yang menjadi pelayan beberapa toko.

Kota Peri Tara tepat seperti apa yang sudah Anne duga. Manusia dan peri di sini berbanding sama, walaupun—Anne mensyukuri—para peri masih sedikit unggul.

"Tolong kau tanyakan ke toko itu. Aku akan pergi ke sana."

Anne melebarkan mata begitu Ophelia mengatakan hal yang paling ingin dia hindari hari ini.

"Ophelia, kau tahu, 'kan ... aku tidak mau berinteraksi dengan manu—"

"Hanya sebatas penjual dan pembeli. Aku tidak menyuruhmu berkencan dengan manusia. Lagi pula, kalau terus begini, kita bisa saja menghabiskan waktu sampai sore dan kau malah akan bertemu dengan lebih banyak bangsa mereka," sungut Ophelia.

Anne dibuat merinding saat mendengar kalimat 'kau malah akan bertemu dengan lebih banyak bangsa mereka' dan juga jengkel karena merasa apa yang dikatakan oleh sang lawan bicara ada benarnya dan itu berarti dia diharuskan pergi ke toko tersebut.

Gadis itu menoleh, meneliti toko yang dimaksud Ophelia. Oh, bagus sekali. Penjaga toko itu semuanya adalah manusia. Rasanya Anne bisa saja meninju mereka jika berkata tidak memiliki bahan yang dimaksud.

"Oh iya, jangan berpikir untuk melawan penjual utama di toko itu." Ophelia memperingatkan sebelum benar-benar pergi ke arah toko lainnya.

Anne menggerutu sembari melangkahkan kaki menuju toko yang diperintahkan oleh Honesto Mixere tersebut. Kenapa di antara Nelda, Dhieren, Avasa, dan Vian yang jauh lebih baik dalam berinteraksi dengan manusia, harus dia yang dipilih?

Oke, Anne tahu ini semua karena dia dan Ophelia sudah memiliki janji, tapi dia tidak pernah menyetujui segala tentang manusia harus terlibat di dalamnya.

"Selamat datang."

"Waah! Lihat sayapnya! Lihat sayapnya! Apakah kau adalah seorang honesto?!"

"Keren sekali!"

Banyak lagi kalimat yang didengar oleh Anne begitu dia membuka pintu toko dan berhadapan dengan para pelanggan yang juga sedang berbelanja. Biasanya dia akan senang mendengarnya, tapi sekarang ini berbeda karena yang mengatakan hal itu kebanyakan adalah manusia.

"Kau punya serbuk memori tingkat satu?" tanya gadis itu dengan tatapan sedatar mungkin. Tidak ingin menyiratkan kebencian lewat matanya karena mengantongi peringatan dari Ophelia.

"Kalau kau memiliki bahan itu, cepat berikan padaku," lanjutnya.

Sontak seluruh pelanggan di sana terdiam. Melihat ke arah Anne dengan tatapan yang tadinya berbinar menjadi sulit diartikan.

Kenapa? Memangnya dia salah?

"Apa?" tanyanya dengan nada suara yang sedikit meninggi. Ditatap seperti itu oleh peri mungkin bukan masalah besar bagi Anne. Namun, manusia yang ada di sana juga ikut menatapnya sama, membuat dia geram.

"Untuk ukuran honesto di kerajaan, saya baru kali ini bertemu yang paling kasar. Apa Anda tidak belajar tata krama?"

Anne memicingkan matanya. Kurang ajar manusia yang satu itu, harus ia beri pelajaran.

KLASIK: Sayatan MisteriWhere stories live. Discover now