17 - Gremialas

67 14 11
                                    

Ophelia melangkahkan kaki dengan perlahan, mendekat ke arah Anne yang kini sedang terduduk di tengah lapangan Honesto Archer, sampai akhirnya turut mendudukkan diri di sebelah sang rekan.

Perlahan, Anne menolehkan kepala. "Kau ... tidak akan bertanya?"

"Tentang apa?"

"Kenapa aku melakukan hal seperti tadi contohnya."

"Tidak penting," sahut Ophelia. Gadis itu terlihat merogoh sesuatu dari saku roknya sebelum disodorkan pada Anne. "Alasanmu tidak akan menguntungkanku. Kalau begitu, untuk apa aku tahu."

Anne terdiam, memperhatikan dengan seksama sebungkus permen dari tangan Ophelia seraya mendengar kalimat dari gadis bersurai merah jambu tersebut.

Jujur, dia sangat salut pada Ophelia yang bahkan tidak repot bertanya macam-macam mengenai kejadian tadi. Sebagai gantinya, rekan Anne itu justru memilih untuk duduk bersebelahan saja dengannya dalam tenang.

"Konsumsi gula bisa menaikkan suasana hati. Setidaknya begitu kalau permen ini tidak beracun. Ambillah."

Melihat Anne yang tidak kunjung mengambil bungkusan permen pemberiannya setelah menunggu beberapa lama, Ophelia mengembuskan napas gusar lalu menarik tangan rekannya. "Tapi, kalau bisa jangan ambil yang rasa apel."

Anne mau tak mau sedikit mengangguk, memasukkan tangannya ke dalam bungkusan tersebut, dan mengeluarkan satu permen rasa bluberi.

"Itu tidak enak. Untung saja kau yang dapat, jadi aku tak perlu memakannya," komentar Ophelia. Biasanya, Anne akan merasa sedikit lelah dengan kata-kata darinya, tapi kali ini gadis itu tidak terlalu peduli.

"Syukurlah kalau begitu." Anne berbisik. Ia mengarahkan satu tangan lalu melahap isinya. Enak. Rasa buah bluberi yang meleleh dalam mulut Anne memang tidak seburuk apa yang Ophelia katakan.

Lama mereka berdua terdiam setelahnya. Tidak ada percakapan sama sekali, hanya suara daun pepohonan yang diterpa oleh angin serta beberapa hewan malam kini menemani sunyi di antara mereka.

Namun, tiba-tiba Anne melihat Ophelia bangkit dari tempatnya, menepuk rok yang ia gunakan sebelum berujar, "Kalau kau sudah merasa lebih baik, ayo segera pergi. Siap tidak siap, kita harus memulai misinya."

Gadis bergelar Honesto Archer itu tertegun lalu menunduk kembali. "Tapi ... ak—"

"Aku tidak peduli dengan masalahmu. Jangan harap aku mau bersimpati dan membiarkan diriku terus duduk di sini. Perjanjian kita menjadi rekan hanya karena misi, 'kan? Jika kita tidak segera melaksanakan misinya, maka kita itu rekan dalam perjanjian yang mana?" Ophelia memotong kata-kata Anne dengan tegas dan menusuk saat itu juga.

Dia benar. Anne melakukan perjanjian dengan Ophelia hari itu untuk berjabat tangan selama misi berlangsung demi kelancaran pergerakan tim. Itu berarti, gadis bersurai merah jambu tersebut pun berhak menolak hal yang tidak ada dalam perjanjian. Seperti menemani Anne sekarang misalnya.

Ophelia mengangkat bahu lalu mengembuskan napas. "Kalau aku jadi kau, lebih baik bersikap profesional daripada kehilangan teman," ujarnya sebelum Anne mendengar sepatu Ophelia melangkah pergi.

Untuk saat ini, ia semakin merasa kalau Ophelia adalah satu-satunya orang yang bisa menyadarkan Anne bahwa tujuan mereka adalah melancarkan misi. Urusan tentang seorang anak manusia yang tiba-tiba dilimpahkan oleh sang ratu kepada dirinya tidaklah penting.

"Tunggu. Aku ikut ...." Gadis tersebut kemudian bangkit dari duduknya, berjalan mendekati Ophelia secara perlahan.

Melihat Anne terus menundukkan kepala meskipun jarak mereka hanya tinggal beberapa langkah, Ophelia mengetukkan kakinya ke atas tanah. "Angkat kepalamu atau kau tidak bisa menjadi rekanku kalau seperti ini," perintahnya.

KLASIK: Sayatan MisteriWhere stories live. Discover now