21 - Rumah Pohon

74 13 28
                                    

Avasa tidak berbohong.

Setidaknya Anne menganggapnya begitu saat tiga jam setelah menyantap sup jamur tersebut, Ophelia memutuskan untuk pergi keluar dari tenda bersamanya.

Jika kalian bertanya-tanya, iya, Anne menghabiskan tiga jamnya di dalam tenda, memastikan agar Ophelia baik-baik saja, berbekal jejeran ramuan di sebelahnya.

Dia tidak tahu menahu tentang ramuan yang mana untuk obat sakit apa, sehingga gadis itu memutuskan membawa botol berisi cairan yang terlihat bercahaya saja dan—sekiranya—memiliki peran penting.

Jangan berharap seorang archer bisa memahaminya, karena Anne sendiri meneguk saliva tanpa henti saat Vian menyodorkan sabuk emas Ophelia beserta tumpukan kantong cokelatnya.

Dhieren menoleh, tersadar dari lamunannya yang sedang berusaha memahami peta. "Oh, Ophelia? Bagaimana?"

"Sudah baikan," sahut si pemilik nama. Gadis itu kemudian berjalan menuju Vian dan menyerahkan kembali sabuk emas serta kantong cokelat berisi ramuan yang telah diborong oleh Anne dari dalam tenda, kecuali satu ramuan Dragulja Lipy.

"Apa tidak sebaiknya dipegang olehmu saja?" tanya Vian, bersiap untuk membuka batu kristal biru Honesto Butler-nya.

Ophelia menggeleng. "Dilihat dari peta, setidaknya kalau berjalan lebih jauh sedikit lagi, tidak akan terlalu berbahaya. Apalagi sekarang sudah sore."

"Justru itu, bodoh," celetuk Avasa, "karena sudah sore, maka dari itu akan lebih berbahaya."

Anne melirik pada peta yang sedang Dhieren bentangkan di atas tanah. Ophelia kelihatannya benar. Jika mereka berjalan sedikit lagi, sebenarnya tidak terlihat berbahaya, karena jalannya terlihat sempit, tidak memungkinkan banyak terdapat hewan buas. Juga, ada lingkaran bercahaya di dekat jalan yang akan mereka lalui.

Tunggu ... lingkaran apa itu? Anne membatin, terkejut dengan penglihatannya sendiri.

Dengan buru-buru, dia menepuk punggung Dhieren, membuat empunya tersentak kaget.

"Aduh! Ada apa, Anne?"

"Ren, lihat! Ada lingkaran bercahaya di dekat rute yang kita lalui! Kalau sekarang kita sedang ada di sebelah sini, seharusnya tidak terlalu jauh. Mungkin tempat ini aman untuk bermalam," ujar Anne dengan semangat menggebu.

Sementara itu, teman-temannya yang lain justru menatap bingung ke arah yang ditunjuk Anne.

"Lingkaran bercahaya apa, Anne?" tanya Nelda, berusaha menelusuri peta.

"Aku tidak lihat apa-apa." Avasa menyetujui Nelda lalu menggelengkan kepala.

"Hmm, aku juga. Daerah yang kau tunjuk itu kosong, Anne." Kali ini, Dhieren yang bersuara.

Seluruh pasang mata kemudian menatap Anne, membuat sang Honesto Archer jadi salah tingkah.

Dengan kesal, gadis itu kembali berseru, "Itu jelas sekali ada! Cobalah perhatikan baik-baik! Di si—"

Eh? Mulut Anne terbungkam. Lingkaran bercahaya yang tadi dilihatnya pada peta sudah lenyap. Hilang, tak meninggalkan bekas apa pun di kertas kecokelatan tersebut.

"Ya? Di mana?" tanya Vian, berusaha keras untuk melihat sesuatu yang sepertinya memang tidak terlihat.

Anne menelan salivanya. Tidak mungkin! Masa iya lingkaran seterang itu hilang tanpa jejak?

"Ah! Ini! Ini! Telang!" Tiba-tiba Alan turun dari pangkuan Nelda, mendekat pada peta.

Dengan terkejut, gadis bersurai beige blonde tersebut memperhatikan ke mana jari milik Alan mengarah.

KLASIK: Sayatan MisteriWhere stories live. Discover now