25 - Tidak Ingin Teringat

69 10 36
                                    

"Aku tidak menyangka kalau halusinasimu itu sungguhan." Ophelia menarik napas dalam kemudian mengembuskannya saat mereka berdua berhasil melewati jurang secara ajaib.

Anne berdecak, ikut menarik napas lalu berkata, "Aku tahu kau juga melihatnya. Sekarang bisakah kau berhenti membodohiku?"

Tampak sangat jelas Ophelia tersinggung dengan kalimat Anne. Namun, sebelum dia sempat membuka mulut untuk beradu, Anne sudah mengalihkan pandangan.

"Sekarang kita harus ke mana?" tanya gadis itu.

Buyar keinginan Ophelia seketika karena dia sadar harus kembali fokus mencari jalan ke luar dari hutan. Perdebatan ini masih bisa dia mulai setelah mereka bebas nanti.

"Lurus. Lalu kita akan berbelok ke kanan," jawab Ophelia. "Beruntung. Sekitar empat atau lima jam perjalanan lagi kita bisa sampai di sebuah desa," tambahnya.

Mata Anne berbinar dan semangatnya kemudian menggebu-gebu saat Ophelia mengatakan mereka akan segera sampai ke tempat lainnya. Yang berbeda dari hutan.

"Benarkah?! Desa?! Bagaimana kau tahu??" tanya sang Honesto Archer bertubi-tubi.

Ophelia berkacak pinggang. "Kau masih menanyakan hal seperti itu setelah aku berhasil menuntunmu sejauh ini?"

"Ah, ya, maaf, bukan itu maksudku." Anne menggaruk kepala kemudian menambahkan, "Apa Honesto Librarian bisa menghafal peta hanya dalam sekali lihat?"

"Menurutmu?"

Sang pemanah terdiam, benar-benar merutuki kebodohan yang dia perbuat untuk kedua kalinya.

"Sudah selesai bertanya? Kalau sudah, ayo kita lanjutkan perjalanan. Jarak tidak akan berkurang hanya dengan dibayangkan," celetuk Ophelia setelah dirasa sudah terlalu lama mereka terlarut dalam hening.

Tanpa berani membantah, Anne mengangguk cepat. Setelahnya, mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan, tidak ingin menyia-nyiakan waktu.

* * *

"Apa yang kalian lakukan di depan tokoku?! Pergi sana!"

"Permisi, Tuan. Maafkan kelancangan kami, tapi apakah kami bisa bekerja di sini? Saya dan teman saya ini membutuhkan se—"

"Tidak ada! Tokoku sudah penuh dan tidak menyediakan lowongan apa pun!"

"K-kalaupun hanya bagian bersih-bersih juga tidak apa-apa, Tuan. Kami mohon."

"Sudah kubilang tidak ada! Cepat pergi! Lagi pula, kenapa kalian memakai jubah besar seperti ini?? Kalian ingin mencuri rotiku, 'kan?!"

Dengan kasar, tangan kekar milik seorang pria di hadapan Anne dan Ophelia menarik tudung milik keduanya, memperlihatkan jelas wajah mereka.

Jujur saja, Anne terkejut dengan sikap sang pemilik toko kue ini. Sangat kasar. Padahal, ia dan Ophelia juga bertanya secara baik-baik dan tidak berniat melakukan kejahatan apa pun.

Begitu mereka berhasil keluar dari hutan, seperti apa yang dikatakan oleh Ophelia, terdapat sebuah desa kecil yang dibatasi dengan ladang jagung.

Desa Peri Ozora namanya. Anne merasa sangat lega, karena saat memasuki desa—meskipun harus terbalut jubah—sekumpulan bangsa peri terlihat tengah mengoper dan mengangkut puluhan jagung ke atas gerobak kayu. Yang berarti, desa ini seharusnya memang desa peri.

Seharusnya begitu. Namun, ternyata rasa lega tersebut tidak berlangsung lama karena setelahnya Anne baru menyadari bahwa para pelanggan dan pedagang yang berlalu lalang di dalam desa banyak merupakan manusia.

KLASIK: Sayatan MisteriWhere stories live. Discover now