27 - Rekan?

83 12 26
                                    

Tiga hari sudah Anne bergelut dengan adonan corn cheese ball sampai dia merasa lengannya mulai berotot.

Begitu pula dengan Ophelia yang sekarang sudah lebih berani memainkan bahan dapur. Bubur jagung buatannya bahkan mendapat pujian dari Niel dan Iese tempo hari.

Untunglah mereka berdua masih bersikap biasa saja terhadap Anne. Padahal gadis itu sudah ketakutan setengah mati saat memperkirakan bagaimana nasibnya dan Ophelia jika dipecat dari kedai. Namun, ternyata semuanya masih berjalan normal.

Satu-satunya hal yang tidak berjalan normal adalah suasana mencekam ketika Anne dan Sian tidak sengaja berpapasan. Dari awal, mereka berdua memang tidak pernah akrab, tapi kali ini jauh lebih buruk.

Kembali ke siang hari ini. Di mana kedai sedang ramai-ramainya dengan pelanggan yang memesan berbagai minuman segar. Entah kenapa, terik mataharinya memang terasa begitu menyengat kulit sekarang.

Namun, kelakuan ganjil dari Ophelia berhasil untuk lebih menarik perhatian Anne. Sang rekan sedari tadi terus berjalan ke sana kemari di luar kedai, sesekali meminta izin pada Niel untuk pergi ke toko roti milik Tora—pedagang manusia menjengkelkan bagi Anne—yang terdapat di dekat gerbang masuk desa.

"Kenapa tingkahnya aneh sekali?" Iese bertanya seraya menyeruput teh lemon dingin di tangannya.

"Entahlah. Aku juga memiliki pertanyaan yang sama," sahut Anne. Gadis itu bertopang dagu pada meja kecil di dapur, menatap lekat-lekat ke luar jendela.

"Kalian berdua! Sedang apa?! Pelanggan masih banyak, lho! Bocah, bukan saatnya minum teh!" Niel menyerocos masuk lewat pintu belakang kedai, berseru dengan suara menggelegar yang mengagetkan Anne dan Iese.

Salah satu tangan kekar pria tersebut menenteng balok kayu, sementara tangan lainnya membawa sekarung kentang.

Dengan tergesa-gesa, Iese segera meletakkan kembali minumannya. "Ha-hanya sedang melihat kelakuan teman Roseanne yang agak aneh."

"Hm? Maksudmu Raphien? Hari ini dia izin pada saya untuk membantu sebentar saja di kedai," terang Niel.

Anne menoleh, mengangkat sebelah alis. "Kenapa?" tanyanya.

"Entahlah. Saya pikir kau yang lebih tahu."

Belum sempat Anne memberi tanggapan, tiba-tiba saja Ophelia berlari ke dalam kedai lewat pintu belakang dengan panik. Bersama seekor burung hantu yang bertengger di pundaknya.

"Tuan! Maafkan saya! Bisa tolong ikut sebentar?!" serunya. Membuat Anne, Iese, dan Niel saling tatap sebelum berlari keluar dari sana.

Para pelanggan kedai Niel yang tadinya sedang asyik mengobrol di meja masing-masing dengan santai pun mendadak dibuat heboh. Aksi saling mendorong terjadi di pintu masuk kedai yang terpaksa membuat Iese diteriaki oleh Niel untuk menjaga ketenangan di sana.

Iese yang paham segera memisahkan diri, kembali menuju tempatnya bekerja dan mulai menangani kerusuhan yang ada.

Hanya Anne dan Niel yang masih terus berlari mengikuti Ophelia. Tentu saja mereka bertiga dengan cepat menjadi pusat perhatian. Ditambah lagi Niel terus bertanya 'ada apa?!' yang tidak kunjung mendapat tanggapan dari sang Honesto Mixere.

Butuh waktu bermenit-menit sampai akhirnya Ophelia terhenti di belakang kerumunan para manusia dan peri yang berbaur menjadi satu.

"Permisi, permisi!" ucap Ophelia, berusaha untuk menerobos mereka yang segera dibantu oleh Anne dan Niel.

"Lihatlah luka mereka!"

"Mereka ini siapa?! Datang dari mana?!"

"Cepat panggilkan mixere!"

KLASIK: Sayatan MisteriWhere stories live. Discover now