14 - Obrolan Para Gadis

102 12 15
                                    

Anne bergegas pergi keluar dari ruang makan saat Nelda sudah melangkah lebih dulu. Ada yang harus dia bahas bersama sahabatnya dan itu sangat penting.

"Nel, sebentar!" seru gadis itu. Membuat Nelda menoleh dengan tatapan bingung.

"Kenapa kau buru-buru? Oh, dan jangan berlari setelah makan, Anne!" protes Nelda, bersedekap.

Anne menunjukkan cengiran khasnya lalu menegakkan tubuh kembali setelah mengambil napas. "Menginaplah di kamarku malam ini. Aku ingin membahas sesuatu."

Nelda mengangkat sebelah alis. "Baiklah. Hanya itu?" tanyanya.

"Kau bersikap seolah aku mau memberitahu hal yang besar," ledek Anne. Sebagai respons, Nelda justru mengangkat kedua bahu tak peduli.

"Kalau hanya urusan menginap ke kamarmu, kan, aku bisa menerapkannya kapan saja. Tanpa perlu kau suruh mungkin."

Mendengarnya, Anne berdecak kesal lalu berkata, "Lebih baik jangan."

Gadis bersurai hitam tersebut pun tertawa kencang sebelum berlari menelusuri koridor. Anne menggelengkan kepala begitu melihat kelakuan sang Honesto Knight yang sudah dia kenal betul itu, semakin hari justru menjadi semakin aneh.

Saat ingin berlari menyusul Nelda, tiba-tiba Ophelia sudah berjalan mendahului Anne, membuat gadis itu terlonjak karena tidak mendengar langkahnya sama sekali.

Tunggu. Ophelia pasti lebih tahu tentang isi istana ini, batin Anne.

Dia pun segera mempercepat langkah, berusaha mengikis lebih banyak jarak, kemudian berhasil menepuk bahu Ophelia.

"Bisa tidak jangan mendadak menepuk bahuku?!" bentak sang pemilik tiga gelar honesto tersebut dengan bersungut-sungut.

Anne menelan saliva saat bertatapan dengan wajah Ophelia yang kelihatannya benar-benar kesal. Memang salahnya, sih, sudah membuat gadis bermanik cokelat gandum itu terkejut bukan main. Tapi, siapa yang sangka kalau Ophelia akan marah karena itu?

Anne menarik napas, mengumpulkan keberanian sebelum mengatakan kepada Ophelia, "Karena kita adalah rekan, mari lebih berbaur. Bisa kau menginap di kamarku? Ada yang ingin aku bahas."

Sebagai tanggapan, Ophelia justru melempar tatapan jijik. "Kenapa aku harus?" tanyanya, "rekan profesional tidak akan berbaur dengan sesama jika diluar kepentingan misi."

Gadis bersurai merah jambu tersebut kemudian diam, menunggu jawaban dari Anne. Sepuluh detik terlewat, karena belum juga ada tanggapan, ia berdecak kesal dan segera berjalan meninggalkan sang Honesto Archer.

Anne mengembuskan napas begitu Ophelia mulai semakin menjauh. Benar apa katanya, kalau mereka hanya sekadar rekan dalam menjalankan misi, tidak lebih dari itu.

"Dia tak pernah berubah."

Gadis tinggi bermanik cokelat itu pun lantas menoleh pada sumber suara.

"Apa maksudnya, Vian?" Anne justru balik bertanya begitu melihat Vian tengah berdiri di belakangnya.

Lelaki itu pun melangkahkan kaki, mendekati Anne yang hanya tinggal beberapa jarak. "Ophelia menyukai orang yang gigih. Jadi, dia menunggumu untuk meyakinkannya," jelas Vian, "tapi, kau malah diam saja."

Harus Anne akui, apa yang baru dikatakan Vian membuatnya merinding. Terdengar seperti dia akan menyatakan cinta pada Ophelia saja, pikirnya.

"Boleh aku sedikit merasa mual?"

"Silakan. Aku juga tidak percaya dengan apa yang baru kukatakan," sahut lelaki itu sembari menutup wajah, menahan malu.

Melihatnya, Anne tertawa terpingkal-pingkal. Bahkan seorang Vian bisa juga terlalu melebihkan kata-kata.

KLASIK: Sayatan MisteriWhere stories live. Discover now