18 - Sup dan Roti

96 12 11
                                    

"Aku tak melihat perkembangan apa pun. Kau sengaja membuat ramuan gagal untuk mereka, ya?"

"Tidak tahu malu! Sekarang kau justru menghinaku setelah aku membantumu? Kau pikir dirimu itu bisa bangun karena siapa?!"

"Berisik. Aku bangun karena mencium bau aneh dari luar tenda. Ternyata itu hanya kau yang justru tidak bisa memasak."

PLAAK.

Gadis bersurai beige blonde yang tubuhnya kini sedang terlapisi oleh sebuah selimut, mengerjapkan mata.

Seluruh percakapan samar yang didengarnya tadi cukup untuk menyadarkan pemilik nama Roseanne itu bahwa suara tamparan keras tersebut bukan berasal dari mimpinya.

Perlahan, Anne berusaha mendudukkan tubuh. Namun, rasa nyeri yang begitu dahsyat tiba-tiba terasa menghantam kepalanya, membuat sang Honesto Archer meringis.

Setelah menunggu selama beberapa menit, rasa nyeri itu pun mereda. Ia menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri. Mendapati Nelda yang sedang terbaring tepat di sebelahnya, berlapis selimut serupa.

Anne berusaha mencerna di mana dia berada dari suara di sekitarnya. Gadis itu kembali meniti setiap sudut tempatnya bersinggah. Seperti dugaan, sekarang mereka berdua sedang berada di dalam tenda. Anne juga dapat mendengar jelas suara beberapa hewan malam di luar sana.

Apa ini hutan? Batinnya kebingungan.

"O-oh. Akhirnya kau bangun."

Suara dari tenda yang tersingkap membuat Anne segera mengalihkan pandangan. Penampakkan Ophelia yang tengah sedikit menunduk kini berada di hadapannya.

"Akhirnya? Memang aku tertidur berapa lama?" tanya Anne sembari menggaruk kepalanya.

"Kalian semua tertidur sudah sehari penuh. Hanya lelaki kurang ajar di sebelah sana yang telah bangun," ujar Ophelia dengan malas sembari menunjuk ke belakang.

Anne menggeser duduknya lalu melirik ke arah siapa yang dimaksud oleh gadis itu. Terlihat Avasa bersama sebelah pipinya yang memerah sedang terduduk di atas batang pohon dengan api unggun menyala di tengahnya. Di atas api tersebut, Anne juga melihat satu kuali hitam yang mengepulkan asap.

"A-apa kalian baik-baik saja?"

Mengingat tamparan keras yang Anne dengarkan tadi saat kesadarannya masih setengah pun memicu gadis itu untuk bertanya.

Padahal, dia sendiri tahu kalau jawabannya sudah jelas sekali.

"Tidak. Tentu saja tidak! Huft ... teman priangmu itu harus cepat bangun untuk meladeninya. Aku sudah tidak tahan lagi," tukas Ophelia seraya memijit pelipis. "Oh iya. Kau jangan banyak bergerak. Benturan pada kepalamu dan dia adalah yang terburuk."

Dia yang dimaksud oleh Ophelia adalah Nelda yang berada di sebelahnya. Entah kenapa, si Honesto Mixere itu sangat enggan menyebut nama miliknya, Nelda, Dhieren, dan Avasa.

Tak lama, Ophelia kembali menegakkan tubuh lalu menyibak pintu tenda dan mengikatnya di setiap bagian.

"Kau pasti lapar. Aku akan mengambil supnya dulu, diam saja di sini."

Anne menganggukkan kepala dengan lemah. Kini, dia dapat melihat jelas suasana di luar tenda. Benar sekali. Mereka berada di tengah hutan, gelap, ditemani pepohonan yang sangat lebat. Suara angin yang menabrak dedaunan pun dapat terdengar jelas karena suasana malam yang begitu sepi.

Gadis bercelana cokelat pekat itu juga melihat dua tenda lainnya. Salah satu tenda memiliki penerangan dari lampu minyak seperti tendanya dan satu yang lainnya dibiarkan gelap begitu saja. Anne menduga bahwa tenda tersebut hanya sebagai cadangan atau tempat untuk Ophelia mengobati mereka selama ini.

KLASIK: Sayatan MisteriWhere stories live. Discover now