22 - Serangan Panik

66 10 20
                                    

"Madam Empress ...?" Dhieren bertanya dengan gugup, memastikan apakah wanita dewasa dengan paras rupawan bak sang ratu tersebut sedang menutupi kebenaran atau tidak.

"Tidak salah lagi," sahutnya tanpa berpikir dua kali. Sang wanita yang mengaku bernama Madam Empress Amy itu pun membentangkan kedua tangannya secara bersamaan.

Tak lama, beberapa tumbuhan kecil menampilkan diri ke atas tanah, serta dedaunan dari pohon di sekitar mereka semua tanggal dari persinggahannya, mengitari sang Madam Empress bagai memberi tanda.

Anne sangat terkesima dengan apa yang dia saksikan. Bahkan Avasa, yang menaruh sikap acuh tak acuhnya pada apa pun terdiam bisu dengan mata membelalak.

Keajaiban lain terjadi begitu sang pemanah menyaksikan sendiri tampilan dari wanita di hadapannya berubah seratus persen hanya dalam beberapa kedipan mata.

Seluruh tubuh wanita itu dilapisi gaun berwarna hijau yang kini hanya terlihat gelap ditemani sedikit sinar dari bulan. Tepat di kepalanya, mencuat dua tanduk bagai ranting pepohonan, berhias bunga kecil.

"Jangan-jangan Anda—"

Senyuman menawan terukir di wajah Madam Empress Amy yang kemudian segera memotong kalimat Avasa, "Mari saya berkenalan dengan kalian sekali lagi. Saya adalah Madam Empress Amy, salah satu Legendarian."

"Sudah kuduga!" pekik Avasa girang sampai Anne dan Dhieren yang berada di sebelahnya harus menutup telinga runcing mereka.

Nelda mengerutkan dahi, mengangkat tangannya seolah ingin bertanya, dan memang itu yang dia lakukan, "Legendarian itu apa?"

Benar juga. Selain Avasa, Anne tidak melihat teman-temannya yang lain mengetahui tentang hal tersebut, tidak terkecuali dirinya.

Sebelum berbicara untuk menjawab pertanyaan Nelda, Madam Empress Amy mengatupkan kedua tangannya di depan dada dengan anggun. Penampilan wanita itu kembali berubah seperti sebelumnya, peri biasa yang hanya berbekal pakaian seadanya.

Tumbuhan yang semula muncul akibat transformasinya pun lenyap tak bersisa. Hanya tertinggal beberapa dedaunan di sekitar tempat Madam Empress Amy memijak.

Dia tersenyum, amat anggun. "Saya mengerti kenapa kalian terlihat sangat awam mengenai hal ini. Karena memang seharusnya bangsa peri generasi baru tidak perlu mengetahui apa-apa tentang tetua seperti kami."

"Tapi, kau," ucapnya, menunjuk ke arah Avasa. "Sepertinya kau tidak asing lagi dan pernah mendengar tentang saya, benar?"

Si lelaki bermanik keemasan yang diajak berbicara tersenyum kikuk, menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menjawab, "Benar, Yang Mulia. Aku pernah membaca buku yang sebenarnya sudah dilarang oleh ayah."

"Jadi? Apa yang kau baca, Sa? Jelaskan padaku apa itu Legendarian!" desak Nelda. Ia menatap Avasa penuh rasa penasaran.

"A-aku tidak memiliki hak menjelaskan, Nel!" Avasa melotot, memberi peringatan pada Nelda lewat matanya kalau yang ada di depan mereka sekarang adalah tetua bangsa peri.

Nelda berdecih pelan karena tidak bisa melawan dan mengakui kalau sang sahabat memang benar.

"Saya akan menjelaskannya pada kalian," celetuk Madam Empress Amy, "kalau kalian bisa berada lebih dekat dengan saya."

Wajah Anne yang semula sudah antusias, kini dibuat merengut bingung. Begitu pula dengan teman-temannya yang lain.

Berada lebih dekat dengan sang Madam Empress maksudnya ... hanya perlu berjalan menuju ke arahnya, 'kan?

KLASIK: Sayatan MisteriWhere stories live. Discover now