41. Pengakuan

2.1K 317 115
                                    

Kalau ada typo kasih tau ya! :))
Komen per-paragraf yo bisa!

***

Pagi-pagi sekali Qinan sudah berada di sekolahnya. Meski hari ini hari senin, bukan karena ada upacara Qinan jadi anak rajin yang datang pagi ke sekolah. Namun, karena hal lain.

Sejak gadis itu memarkirkan sepedanya di lahan parkir yang rata-rata masih kosong, dia sama sekali belum beranjak dari sana. Terus menunggu seseorang yang menjadi alasan dibalik sikap kelewat rajinnya itu.

Tahu siapa yang dia tunggu?

Oh, tentu saja Galang. Untuk kesekian kalinya Qinan dibuat frustasi hanya karena Galang masih belum menjawab pesannya sejak kemarin. Padahal jelas-jelas Galang membacanya, bukankah itu sangat menyebalkan?

Juga, untuk menebus misi kemarin yang gagal bertemu Galang. Sekarang dia harus bisa menemuinya, meski harus menunggu lama karena Galang tak juga datang ke sekolah. Qinan jadi curiga jika Galang akan datang terlambat atau bahkan baru ke sekolah jam sebelas seperti waktu itu? Yang benar saja, apa Qinan harus menunggu sampai selama itu?

"Oy, Qi!"

Qinan mengejat, mengalihkan pandangannya dari arah gerbang, menoleh pada sumber suara.

"Lo ngapain molongo di sini?"

Itu Kibo. Entah sejak kapan Kibo ada di dekatnya, dia tak sadar sama sekali.

"Tumben lo datang pagi?" tanya Qinan heran.

Kibo mengusap rambut ikalnya ke belakang, lalu mengeratkan dasi sok cool. "Gue mau berubah, Qi. Jadi orang yang lebih baik," katanya dengan nada sok berwibawa.

Seketika wajah Qinan jadi mendelik, lalu membuang muka tak peduli. Sungguh, bagi Qinan, Kibo adalah orang paling random yang pernah dia temui. "Mending lo ke kelas, Bo. Hus, sana!"

"Terus lo? Gak ke kelas?"

Qinan menggeleng. "Nanti dulu, lo duluan aja."

"Mau ngapain, sih?"

"Kepo." Qinan menjawab, melempar pandangannya ke gerbang lagi. Matanya mengerjap ketika melihat mobil Gilang melewati gerbang. Ia memperhatikan mobil itu sampai berhenti, berharap semoga Galang juga akan keluar dari sana.

Kibo jadi mengikuti arah pandangan Qinan, lantas melihat Gilang keluar dari mobilnya. "Lo nungguin Kak Gilang?" tebak Kibo, lalu mulai tersenyum sambil menggodanya, "Hayo ... ada apa nih?"

Qinan berdecak, karena Galang ternyata tak datang bersama Gilang dan juga karena Kibo yang berisik sekali di sebelahnya.

"Eh itu Kak Gilangnya udah pergi, Qi. Kok gak di kejar?"

Qinan yang kesal lalu menjitak kepala Kibo dengan kekuatan sedang. "Bisa diem gak? Gue bukan mau ketemu Kak Gilang, tapi Kak Galang."

Kibo mengerjap sesaat. Lalu tersenyum miring, dan menggoda Qinan kembali. "Ohh... cie mau ngapain tuh ketemu sama Kak Galang? Utututu ..." Qinan tak mau menimpali Kibo lagi. Memilih fokus melihat ke arah gerbang lagi, yang kini mulai dilalui banyak murid yang mengendarai kendaraan atau yang berjalan dengan cepat karena takut terlambat.

Mendengar suara mikrofon yang diketuk dari lapangan, Kibo langsung panik. "Tuh, Qi. Upacaranya mau dimulai! Ayo, gue udah bela-belain datang pagi, jangan sampe gue dihukum gara-gara lo, yah."

BITTERSWEET : TWINS ✓Where stories live. Discover now