36. Di ujung tanduk

2.1K 312 162
                                    

Jangan lupa komen dan votenya.

Bersiap untuk letupan-letupan kejutannya hehew:)

***

Cuaca sedang cerah tak berawan dengan cahaya matahari yang terik menyinari Bumi. Namun hal tersebut berbeda 360 derajat dengan aura wajah Kibo dan yang tertekuk masam, sampai membuat Res, Rama, dan Qinan yang melihatnya jadi ikut keaseman.

Tahu dia stres karena apa?

Karena UTS matematika tadi diluar nalar kapasitas otaknya. Sudah tiga hari mereka melakukan UTS, awalnya mereka kira soal-soalnya akan mudah karena ini hanya UTS, materi pembelajarannya pun baru sedikit. Namun, mereka menarik kembali kata-kata tersebut setelah melihat soal matematika yang jauh dari pemahaman. Diajari di kelas dalam bentuk sederhana, tapi ketika di ulangankan, soal-soal seakan bertransformasi menjadi bentuk yang lebih komplek.


Kibo misuh-misuh lagi, beberapa helai rambut ikalnya bahkan berdiri saking masih stres. "Gila, gue masih kepikiran sampe sekarang! Bu Rere gak buat soal kenapa jauh banget dari yang diajarin, sih? Yang bisa gue jawab cuma dua nomor tau gak! Sisanya ngarang."

"Lo aja yang oon, Bo." Res berkomentar tanpa dosa, menyeruput es teh gula batu dalam plastik yang dia beli tadi di kantin.

Sekilas info saja mereka sedang berjalan bersama menuju perkiran untuk pulang sekarang.

"Res, gue curiga lo itu belut jadi-jadian, 'kan? Licin banget tuh mulutnya." Kibo mendelik dengan sinis.

Res menjitak kepala Kibo. "Enak aja gue disamain sama belut, gak ada estetiknya sama sekali."

"Tapi, bener loh Res."

"Bener apa? Bener gue kayak belut ha?"

Qinan langsung mengerjap saat disemprot Res begitu. Dia kemudian menjelaskan, "Bukan gitu! Maksud gue, bener kalo soal yang Bu Rere kasih emang agak melenceng dari yang cara yang dia ajarin."

Rama yang awalnya diam, langsung nimbrung dan ikut mendukung ucapan Kibo dan Qinan. "Tuh, si Qiqi yang langganan juara satu waktu SMP aja mengakui kalo soal matematika tadi membagongkan!"

"Iyadah, gue akui kalo emang gue juga puyeng. Tapi, si Kibo itu terlalu lebay, walau beberapa soal gak paham sama sekali, tetep ada soal yang masih bisa dikerjain," jelas Res sebelum dia semakin disudutkan nanti.

"Hooh tuh, Bo! Lo aja yang lebay." Rama langsung beralih menyalahkan Kibo. Diikuti Res dan Qinan yang malah jadi menyudutkan Kibo bersama-sama.

Kibo mendesah samar, berkata dengan wajah melas. "Gue lagi, gue lagi."

Mereka tertawa ngakak setelah membuat Kibo makin masam.

"Canda, Bo, canda. Jangan mewek dong!" Rama mengapit leher Kibo, seraya menjitak kepalanya berkali-kali sembari tertawa. Qinan dan Res dibuat semakin ngakak, karena kedua orang itu mulai berdebat gaje.

Meski, beberapa detik kemudian mereka langsung merapatkan bibir, bersamaan dengan langkah mereka yang juga refleks terhenti, ketika melihat seseorang tiba-tiba muncul ke depan mereka.

Sudah bisa tebak siapa dia, 'kan?

"Kak Galang? Ada apa?" Seperti biasa jika berurusan dengan Galang, Qinan yang akan angkat suara. Rasa ketertarikan Galang pada Qinan kini sudah menjadi rahasia umum, apalagi Galang sama sekali tak mengelaknya.

Beruntung bagi Qinan, para fans Galang tidak se-anarkis para fans Gilang, yang waktu itu sampai membully-nya. Atau bukan karena itu, melainkan karena mereka takut pada Galang?

BITTERSWEET : TWINS ✓Where stories live. Discover now