23. Galang si biang kerok

1.9K 271 48
                                    

"Kalau ada masalah mending beresin dulu sampai tuntas. Jangan malah menghindar."
(Qinan)


°°°

Lagi dan lagi, Gilang menjadi orang yang tidak bisa apa-apa sekarang. Dia hanya bisa diam ketika saudara kembarnya terkena masalah sampai papanya harus turun tangan.

Sejak dulu, Gilang tak pernah membantah papanya sama sekali. Dia patuh, apapun yang papanya yang katakan dia akan menurutinya, meski kadang dia tidak menyukai hal itu.

Lain hal dengan Galang, lelaki itu sejak dulu memang pembantah, dia keras kepala, dan susah diatur—kecuali jika dengan mamanya. Ya, satu-satunya orang yang paling dipatuhinya adalah mamanya. Karena mamanya selalu ada membela, mengajarkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan Galang.

Galang memang 'anak mami', lelaki itu benar-benar manja jika di dekat mamanya, pengecualian jika sedang berada di luar rumah, atau keadaan sedang ramai—Galang masih punya malu.

Namun, kini mamanya sudah tiada. Tak ada lagi yang membela Galang jika anak itu melakukan kesalahan, dan tak ada lagi yang menasehatinya dengan lemah lembut jika hal yang dilakukannya itu salah.

Sekarang hanya ada papanya, satu-satunya orang yang akan memberikan nasihat setiap anak-anaknya melakukan kesalahan. Papanya memang tak pernah berlaku kasar sampai main fisik dengan anaknya, tapi setiap kata yang dia ucapkan saat menasehati, selalu saja terasa sangat menohok hati.

Mungkin, sifat papanya itulah yang menurun pada Galang dan Gilang.

Gilang menghela napas panjang, ia melempar tubuhnya ke kasur, ketika kemudian suara notifikasi terdengar dari ponselnya. Ia merogoh saku seragamnya, mengambil benda pipih itu.

Ia menegak, melihat sederet pesan dari pacarnya, Via.

Via

|Gil, bisa ketemu?

Kenapa?|

|Nggk ada apa apa, aku cuma mau quality time sama kamu

Yaudah nanti ketemu di resto dkt rumah kamu aja yh|

|Benr yah? Aku tunggu jam setengah lima

Iya|

Pesan mereka berakhir begitu saja.

Gilang melirik waktu yang tertera di ponselnya, masih pukul setengah empat sore. Lelaki itu kemudian menatap langit-langit kamar. Lagi-lagi pikirannya menerawang jauh, kini memikirkan hal lain.

Jika bicara soal hubungannya dengan Via, dia pun merasa bingung. Hubungan mereka sebagian besar dihabiskan dalam jarak jauh, bahasa kerennya Long distance relationship. Lalu sekarang mereka bertemu, saling bertukar cerita, yang entah kenapa malah membuat Gilang merasa asing.

Waktu itu dia sudah pernah bilang, jika Via sudah berubah, gadis itu bukan gadis yang membuatnya gemas karena kepolosannya lagi. Via sudah dewasa, bahkan bagi Gilang, Via dewasa terlalu cepat. Sebenarnya ia tak masalah soal itu, karena memang kenyataannya fase itu pasti akan datang.

BITTERSWEET : TWINS ✓Where stories live. Discover now