42| • TKP

90 22 28
                                    

Author POV

Ela dan Jennie kembali ke villa Lucas yang berada diatas bukit menggunakan mobil milik Lucas yang tadi mereka pinjam secara paksa. Juna, Lucas, Aksa dan Kenan yang mendengar deru mobil segera berlarian keluar villa dengan wajah yang penuh dengan kekhawatiran.

"Aera mana!?" tanya Juna sambil memegang kedua bahu Jennie saat melirik wajah Jennie dan Ela yang terlihat sedih, pasrah dan menyesal.

"D....ia..hiks....," Jennie hanya bisa menangis sesunggukan, tak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Juna kepadanya. Melihat situasi ini, mau tak mau Ela yang menjawab pertanyaan Juna.

"Dia...masuk ke jurang hiks...," jawab Ela disela-sela tangisnya. Untuk kalian yang berpikir kalau sekarang Ela sedang sungguh-sungguh menangis karena kepergian Aera. Kalian salah besar! Ela menangis hanya untuk menyempurnakan rekayasa yang ia mainkan. Jennie mendelik, menatap bulir-bulir bening yang jatuh ke pipi Ela.
"Drama queen banget," ujarnya dalam hati.

"What!? Kok bisa masuk ke jurang?" tanya Kenan dengan ekspresi yang terkejut.

"Tadi hiks... mobil Aera ditabrak mobil orang hiks... terus mobilnya Aera yang masuk ke jurang. Mobil yang nabrak enggak masuk hiks...," jelas Ela dengan sesunggukan.

Juna tertegun mendengar penuturan yang keluar dari mulut Ela. Tangan Juna yang awalnya berada di pundak Jennie pun perlahan-lahan merosot ke bawah.
"Kita cari Aera!" tegas Juna lalu berniat untuk mengambil kunci mobil yang berada diatas nakas, namun pergerakan Juna segera terhenti karena ditahan oleh tangan Ela.
"Percuma kamu cari Aera, mobil kamu yang tadi dia pake aja udah meledak didalam jurang! Aku yakin, mayat dia juga udah kelelep sama api."

"Aku telepon tim SAR," final Aksa lalu mengambil telepon genggam yang berada didalam saku celananya. Tangannya mulai menari-nari diatas benda pipih itu lalu Aksa menempelkannya ke telinga.

Lucas terduduk lemas setelah mendengar setiap perkataan yang terlontar dari mulut teman-temannya tadi. Aksa dan Kenan segera menenangkan Lucas karena merasa iba melihat sahabatnya yang satu ini. Sudah pasti Lucas benar-benar sangat terpukul sekarang. Apa lagi Aera keluar dari villa karena kejadian antara dirinya dan Jennie yang dapat membuat orang-orang salah paham saat melihatnya, tak terkecuali Aera yang masih berstatus menjadi pacarnya saat ini.

Lucas berlari menuju rooftop agar tidak mendengar perkataan teman-temannya yang sedang sibuk membahas tentang Aera. Jujur, Lucas membutuhkan tempat yang sepi untuk menenangkan dirinya sendiri karena emosinya sudah naik ke ubun-ubun. Ya, Lucas benar-benar marah!!! Marah pada dirinya sendiri. Kenapa dirinya harus membiarkan Aera pergi sendirian menggunakan mobil Juna? Kenapa dirinya tidak mengejar mobil yang dikendarai Aera dari tadi? Kenapa? KENAPA?
Lucas mengacak-acak rambutnya dengan asal, ia benar-benar frustasi dengan situasi seperti ini.

Begitu banyak penyesalan yang terus saja berputar-putar di kepalanya, membuat air mata yang ia coba bendung dari tadi akhirnya lolos dan terjatuh ke pipinya. Lucas meninju keras dinding yang berada disampingnya, membuat cairan merah kental yang berbau besi berkarat itu menyeruak dan masuk ke indra penciumannya. Lucas sama sekali tak peduli, ia masih kukuh untuk tetap meninju dinding tersebut hingga luka-luka ditangannya semakin parah.

"Mau sampe kapan ninju tu dinding? Mending kita cari Aera sama-sama," ucapan itu terlontar dari mulut Aksa yang entah sejak kapan berada di rooftop.

"Kamu yakin Aera masih hidup? Dia jatuh ke jurang, Sa! Mobil yang dia kendarain meledak. Kamu masih yakin dia bisa selamat?" pertanyaan yang bertubi-tubi keluar dari mulut Lucas. Entahlah, dia benar-benar merasa ragu kalau belahan jiwanya itu masih bisa bernapas sekarang.

"Sejak kapan kamu jadi pengecut kayak gini, Cas? Lucas yang aku kenal bukan orang yang mudah percaya sebelum ngeliat fakta pake kedua matanya sendiri," sinis Aksa dengan tajam.

"Tapi setelah dengar cerita dari Jennie dan Ela, kamu masih percaya kalo Aera masih hidup, HA!?" Lucas berteriak dengan nada frustasi.

"BUGGGG!" satu pukulan keras dari tangan Aksa mendarat mulus di rahang kokoh milik Lucas, memberikan jejak noda merah disudut bibir lelaki tampan itu. Lucas mendelik, meludahkan darah yang ada didalam mulutnya lalu melirik Aksa dengan penuh emosi.

"BUGGGG!" kini giliran tangan Lucas yang mendarat di perut Aksa. Bercak-bercak darah yang sebelumnya berada ditangan Lucas, kini sudah menempel dibaju Aksa. Aksa meringis pelan, manahan rasa perih yang menjalar di perutnya.

"STOPPP!" teriak Jennie saat melihat tangan Lucas bersiap untuk meninju rahang Aksa. Gerakan tangan Lucas terhenti lalu turun ke bawah.
"Kalian apa-apaan sih? Sekarang kita harus ke jurang buat nyari Aera, bukannya jotos-jotosan disini!" marah Jennie kepada Lucas dan Aksa.

"Hahaha, aku cuma mau dia sadar aja kok. Bukannya negative thinking kayak orang bodoh," Aksa tertawa renyah lalu pergi dari rooftop.
Tak lama, Lucas dan Jennie menyusul langkah Aksa untuk turun ke bawah. "Thanks," ucap Lucas singkat dan disambut oleh senyum tipis milik Aksa.

Juna, Lucas, Aksa, Kenan, Jennie dan Ela segera naik ke mobil lalu pergi menuju tempat kejadian perkara Aera kecelakaan.

✨✨

ᴀᴇʀᴀ? [ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang