19| • Suka Juna

125 44 79
                                    

Aera

Karena semalaman aku gak bisa tidur, alhasil aku bangun awal banget dan pukul 06.00 udah ada di dalem kelas. Pas aku sampai di sekolah, cuma ada beberapa orang aja yang lalu lalang di koridor jam segitu, pas sampe di kelas juga cuma aku aja yang baru datang. Sepuluh menit kemudian, beberapa teman lainnya masuk ke dalam kelas termasuk Ela. Ela yang duduk didepanku menoleh ke belakang dan mengajakku berbicara padahal aku sedang sibuk membaca novel.

"Ra, kamu kenapa? Kok muka kamu lesu gitu? Kantong mata kamu juga item banget. Kamu kemarin enggak bobok ya?" Ela memberikan pertanyaan kepadaku secara bertubi-tubi hingga membuatku pusing harus menjawab yang mana terlebih dahulu.

"Aku mau jawab yang mana dulu? Kamu nanya banyak banget."

"Jawab semua pertanyaan aku, Ra," kekeh Ela.

"Oke, aku enggak apa-apa kok. Iya, kemarin aku enggak bisa bobok, makanya kantong mata aku item."

"Kamu lagi ada masalah ya?" tanya Ela dengan nada curiga serta memicingkan kedua matanya.

"Enggak ada apa-apa," jawabku dengan jelas.

"Ra, kamu tau gak?" tanya Ela setelah terdiam beberapa saat.

"Enggaklah, kamu enggak kasi tau," ucapku sambil lanjut membaca novel yang berada digenggamanku.

"Aku belum selesai ngomong, Ra. Aku tu mau nanya, kamu tau gak si Juna kenapa?" tanya Ela dengan suara khas emak-emak lagi doyan gosip.

"Emangnya Juna kenapa?"

"Dia akhir-akhir ini aneh banget tau gak si? Sekarang dia udah gak tidur pas pelajaran lagi kayak awal-awal dia masuk sekolah."

Aku tersenyum tipis kepada Ela. "Apanya yang aneh? Bagus dong kalo dia udah gak bobok pas pelajaran lagi, berarti dia balik sekolah gak sia-sia." Ela mengangguk dan menyetujui ucapanku. "Bener juga sih."

"Eh tumben-tumbenan aja kamu tanya tentang Juna, ada apa nih?" tanyaku dengan nada mengejek setelah aku menyadari maksud dari pertanyaan Ela.
Ela nyengir dengan wajah khas anak muda kasmaran. Euy manis banget, pipinya merah kayak kepiting rebus gitu. "Aku keknya suka deh sama Juna."

Aku yang sedari tadi mendengar ucapan Ela dengan seksama dan berada dihadapannya sedikit terbelalak karena ucapan yang baru saja ia lontarkan. "KOK BISA!?" teriakku dengan bertanya, membuat beberapa pasang mata tertuju kepadaku dan Ela. Ela juga dengan cepat mendekap mulutku menggunakan tangannya. "Anjir, santai aja bisa gak sih? Kamu mau satu kampung tau kalo aku suka sama Juna?" cerocos Ela dengan pelan. Aku terkekeh pelan dan mengangkat jari telunjuk serta jari tengahku membuat tanda peace. "Keceplosan. Maap ya, jangan marah gitu dong," bujukku.

Ela menyilangkan kedua tangannya didepan dada. "Kamu mau tau kenapa aku bisa suka sama Juna?" Aku menganggukkan kepalaku dengan penuh antusias. "Mau mau."
"Jadi pas balik sekolah kemarin-kemarin, si Barto datang ke sekolah."

"Barto mantan kamu yang beda sekolah itu?" tanyaku. "Iya," jawab Ela singkat lalu melanjutkan ceritanya.

"Barto ngajak aku balikan tapi aku gak mau, aku bilang aja kalo udah pernah selingkuh satu kali, pasti akan ada selingkuh-selingkuh yang lain. Dia gak terima aku ngomong gitu lalu narik tangan aku, maksa balik bareng lalu sang pangeran berkuda putih alias si Juna datang, aw dia gentleman banget. Dia langsung pelintir ke belakang tangannya si Barto yang narik aku sampe si Barto meringis kesakitan gitu dan bilang ampun-ampun. Jujur aja ngakak banget liat si Barto minta ampun ke Juna, dan yang bikin aku gak bisa lupa itu ekspresinya di Juna yang dingin, serem dan serius. Maskulin banget."
Aku memutar bola mataku, "Jangan di lebay-lebaykan gitu dong scenarionya, bisa gak?" ucapku dengan ketus dan mengundang kekehan Ela. "Tapi beneran Ra, macho banget."

Tiba-tiba Juna datang dan Ela dengan cepat membalikkan badannya kembali ke depan. Aku dengan usil memanggil nama Juna. "Kenapa?" tanya Juna dengan ketus.

"Tadi pagi ada cewek yang nitip salam ke kamu." Juna duduk dan langsung menelungkupkan wajahnya ke dalam lipatan kedua tangannya. Dia tidak memperdulikan ucapanku dan menganggapnya bagai angin lalu. Padahal saat mengucapkan kalimat itu, aku sudah mendapat tatapan tajam dari Ela.

✨✨

Sepanjang pelajaran aku hanya terdiam dan memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi. Meskipun pandangan kedua mataku tertuju kepada guru yang sedang menjelaskan materi di depan kelas, tapi pikiranku terasa kosong dan tidak fokus disana. Bahkan saat teman-temanku memanggil namaku, aku sama sekali tidak menyadarinya hingga Juna mengguncang lenganku dan membuatku tersadar dari lamunanku.
"Are you okay?" tanya Juna dengan berbisik.
"I'm fine," balasku berbisik dengan senyum tipis yang palsu.

Saat jam istirahat, seluruh siswa siswi yang berada di kelasku pergi ke kantin, hanya aku sendiri yang tetap didalam kelas dan melanjutkan aktivitas untuk membaca novel kesayanganku. Tiba-tiba Lucas datang ke kelasku dan berjalan mendekatiku. "Kamu ikut study tour kan?" tanya Lucas.
"Ga tau, mau tanya mami dulu." Lucas membulat mulutnya membentuk huruf O.
"Ntar kalo gak diijinin bilang ke aku aja, aku yang minta ijin ke mami kamu."

Aku menaruh novelku dan fokus berbicara dengan Lucas. "Emangnya kamu bisa?" kekehku pelan dengan nada meremehkan Lucas.
"Kamu gak percaya? Ntar pulang sekolah bareng sama aku, aku yang minta ijin ke mami kamu. 100% diijinin." Lucas keluar dari kelasku sambil berlari kecil, meninggalkanku yang sedang mematung di tempat. Jadi dia datang ke kelasku untuk mengajakku pulang bareng? Dan aku masuk ke dalam jebakan batman yang dia bikin? Dasar Aera yang mudah percaya! Dikibulin aja gak tau.

✨✨

ᴀᴇʀᴀ? [ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt