12| • Sepedaan (3)

145 64 100
                                    

Author POV

"JDUKK...." Aera masuk ke dalam parit yang penuh dengan lumpur, sayangnya terdapat kayu dan paku di parit tersebut. Sepertinya salah satu warga disini membuang bahan-bahan bekas pembangunan dengan sembarangan. Alhasil kaki, tangan dan bibir Aera terluka.

"Kak Aera, kakak gak pa pa?" Teriak Kenan dari pinggir parit.
"Aku enggak bisa berdiri, banyak luka," gumam Aera pelan tapi masih bisa didengar oleh Kenan.
"Tunggu sebentar kak, aku cari pertolongan dulu."

Kenan merogoh saku celananya lalu mengambil benda pipih yang berada disana. Kenan segera mencari nomor Lucas dan menekan tombol call. Lucas mengangkat telepon Kenan pada dering kedua.

"Kenapa?" tanya Lucas to the point.

"Buruan kesini, kak Aera nyemplung ke parit." terdengar nada khawatir yang terselip dari tutur kata Kenan.

"Heh, jangan bohong ya. Kamu kira Aera itu ikan lele pake nyemplung-nyemplung ke dalem parit segala?" bukan suara Lucas yang terdengar, tapi suara kekehan dan ucapan pedas Jennie yang membalas perkataan Kenan. Jennie dan Kenan selalu tak pernah akur jika bertemu, jadi menurut mereka, pertengkaran antara Jennie dan Kenan adalah hal yang biasa.

"Anjir ngapain aku bohong sih? Lucas cepetan kesini, aku gak bisa angkat kak Aera keluar dari parit sendirian!" tegas Kenan.

"Kalian dimana?"

"Dari pertigaan tadi, kami berdua belok kiri lalu lurus terus. Aku tungguin disini, cepetan! Gak pake lama!" Kenan menutup panggilan secara sepihak sedangkan Lucas dengan cepat menyusul Kenan dan Aera.

"Kamu percaya sama kata-kata Kenan?" tanya Jennie sambil mengayuh sepedanya.

"Dia enggak mungkin bohong kalo masalah serius kayak gini," tegas Lucas dengan penuh penekanan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 18.00 WIB dan semburat senja yang sebelumnya sangat indah mewarnai langit, kini telah tergantikan oleh gelapnya malam. Lucas dan Kenan baru saja berhasil mengeluarkan Aera dari dalam parit. Terlihat pakaian Aera penuh dengan lumpur sedangkan kaki, tangan dan bibirnya terluka. Sepeda yang Aera sewa juga penuh dengan lumpur karena ikut masuk ke dalam parit bersama Aera. Lucas menggonceng Aera menuju tempat sewa sepeda menggunakan sepedanya, sedangkan sepeda Aera akan dibawa oleh bapak paruh baya yang menyewakan sepeda tersebut. Setelah sampai di tempat sewa sepeda, Jennie dan Ela segera tertegun melihat kondisi Aera.

"Gila, aku kira si Kenan bercanda doang bilang kamu nyemplung ke dalem parit," ujar Jennie sambil menutup mulutnya bagai tak parcaya.

"Aku enggak mungkin bercanda kalo keadaan darurat," cibir Kenan.

Ela menghampiri Aera dengan wajah khawatir, "Aera kamu gak pa pa? Yang mana yang sakit?" Aera hanya tersenyum samar mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Ela.

Aera mendekat ke arah telinga Lucas. "Nanti aku pulang naik taksi aja ya, aku takut mobil kamu kotor gara-gara aku. Badan aku penuh lumpur, aku enggak nyaman kalo nebeng sama kamu," bisik Aera pelan. Lucas merogoh saku celananya dan melempar kunci mobil miliknya kepada Aksa. "Lecet, ganti!"

Lucas menggenggam tangan Aera dan membawanya keluar untuk mencari taksi yang biasa berlalu lalang di daerah sini. Aera terdiam ditempatnya berdiri dan membuat Lucas juga terhenti dari pergerakannya, "Kenapa kamu juga ikut naik taksi?"

"Kalau aku maksa kamu untuk tetap ikut pulang bareng, kamu pasti bakalan nolak kan? Kamu itu keras kepala. Jadi, aku ikutin apa yang kamu mau saja. Ini udah malem, aku enggak mungkin ninggalin kamu pulang sendirian," ucap Lucas sambil merentangkan tangan kanannya ke depan untuk menghentikan taksi yang sempat ingin melintas. Aera dan Lucas masuk ke dalam taksi, setelah memberitahukan tujuan mereka, taksi tersebut kembali melaju ke jalanan. Selama di perjalanan pulang, Aera benar-benar kelelahan dan merasa mengantuk. Tak sengaja kepala Aera bertemu dengan pundak Lucas yang kokoh. Mata Aera semakin terpejam dan akhirnya Aera benar-benar tertidur di pundak Lucas.

✨✨

Lucas

Sejak masuk ke dalam taksi, Aera benar-benar terdiam seribu bahasa. Bahkan sepatah kata pun tak keluar dari mulutnya. Apakah dia marah padaku karena aku menemaninya pulang menggunakan taksi? Tapi kan ini sudah terlalu malam dan sangat bahaya jika seorang perempuan pulang sendirian. Aku menghadap ke luar jendela, mencoba menyingkirkan pikiran negatif yang terus saja berputar di kepalaku.

Tiba-tiba aku merasakan kepala Aera yang terjatuh ke pundakku hingga membuatku tertegun beberapa saat. Aku menghadap ke arah Aera berada. Mata yang terpejam, bulu mata yang lentik, hidung bagai perosotan bermain kanak-kanak dan bibir tipis yang menawan. Aera benar-benar cantik. Tanpa kusadari, jantungku berdetak lebih kencang dari pada sebelumnya. Perasaan aneh segera menjalar di tubuhku membuat darah-darah yang berada di tubuhku terasa mendidih. Aku yakin pipiku sedikit memerah sekarang.

"Halo semuanya kembali lagi bersama Ruang Curhat disini, sekarang tepat pukul 20.30 kami akan menemani malam anda dengan curhatan-curhatan..." ucap radio yang sedang menyala dan terdengar di dalam mobil taksi ini.

"Pukul 20.30 akhirnya aku mengetahui bahwa aku menyukai Aera." ucapku dalam batin.

✨✨

ᴀᴇʀᴀ? [ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz