5| • Masa Lalu (1)

264 101 144
                                    

Aera

"Hey...dengar ya," bisik Lucas tanpa menolehkan kepalanya ke arahku, "apapun yang terjadi jangan pernah buka kaca helm kamu, disini bahaya!" Setelah dia menyelesaikan ucapannya yang lebih mengarah suara bisikan itu, motor Lucas berhenti di tempat yang terlihat menyeramkan. Aku mengatakan hal tersebut dengan alasan yang mendasar. Yang pertama, rumah itu dari luar terlihat tidak layak untuk dihuni. Alasan yang kedua, jalan menuju rumah ini sangat berkelok-kelok dan sepi, ini creepy banget sih. Alasan ketiga, penerangan yang minim alias gelap membuat rumah ini terlihat seperti rumah hantu yang berada di pasar malam.

"Kita beneran gak salah rumah, Cas?" tanyaku tepat diarah telinga Lucas dengan nada berbisik. 

"Liat dalamnya dulu baru kamu bisa tau," balasnya dengan nada yang berbisik juga. Aku mengernyitkan dahi karena bigung dengan maksud dari ucapan Lucas dan tetap menggunakan helm full faceku saat disuruh turun dari motor besar milik Lucas. 

Setelah masuk ke dalam rumah itu bersama Lucas dan 8 orang yang berbadan kekar dan besar tadi, tempat ini terlihat seperti diskotik! Lampu kedap-kedip, suara musik yang memuakkan indra pendengaran, bau asap rokok yang membuatku sulit bernapas, dan banyak sekali orang-orang yang menari-nari tanpa tentu arah.

 "WHAT!? Bagaimana bisa rumah seperti ini meredam suara sekencang dan sekeras ini? Bagaimana bisa lampu-lampu yang berkedap-kedip ini tidak tembus hingga luar?" dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang berputar-putar dalam kepalaku hingga kepalaku terasa pusing jika memikirkannya terlalu lama.

"Tunggu disini sebentar, kamu gak diijinin ikut sama 8 orang gila ini," ucap Lucas sambil menunjukkan Jack and the geng dengan dagunya. "Aku janji gak akan lama kok," lanjut Lucas lalu meninggalkanku sendirian dan pergi bersama Jack and the geng. Huh menyebalkan...sebenarnya aku takut untuk pergi ke tempat seperti ini, apalagi aku sedang menggunakan seragam SMA dan helm full face milik Lucas yang melekat di kepalaku. Bagaimana jika aku dilecehkan di tempat seperti ini?"Idiot," tuturku pelan dalam hati.

Saat sedang asik menatap sekelilingku, indra penglihatanku tak sengaja menangkap seorang perempuan paruh baya yang dapat kuperkirakan umurnya sekitar 30 tahunan. Perempuan paruh baya itu menggunakan gaun berwarna merah darah dan sepatu heels dengan warna yang senada. Seketika itu juga aku merasa dilempari rentetan flashback dari kehidupan masa kecilku. Anehnya, aku benar-benar tidak ingat bahwa aku pernah mengalami kejadian-kejadian yang terlintas dikepalaku itu. 

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku dan menggeleng-gelengkan kepalaku dengan perlahan, gambaran itu seketika menghilang. Karena merasa cukup pening dan kepanasan, aku membuka helm full face yang berada dikepalaku. "Bodo amat akan dimarahi oleh Lucas, siapa suruh helmnya bikin panas dan susah bernapas kayak gini!"

Aku kembali melihat perempuan paruh baya yang menggunakan gaun berwarna merah darah tadi. Sekarang, meskipun helm full face yang kukenakan tadi sudah terlepas dari kepalaku, napasku masih terasa tercekat. Perlahan tapi pasti, suara-suara yang awalnya bising menurut indra pendengaranku menjadi tenang dan menghilang. Sejenak, aku menutup mataku. Tapi ternyata kegelapan yang diberikan oleh mataku yang terpejam justru membawaku ke tempat lain. Di sebuah ruangan yang gelap dengan bocah laki-laki yang kuperkirakan berumur 9 tahun disampingku. Aku kembali melihat diriku sendiri, tangan, kaki dan tubuh yang mungil seperti anak berumur 6 tahun. Tangan dan kakiku terikat oleh tali tambang yang asalnya entah dari mana.

Bunyi gagang pintu yang terbuka membuatku terkesiap. Disana terlihat seorang perempuan menggunakan gaun berwarna merah darah dengan sepatu heels berwarna senada. Dia menghampiri bocah laki-laki yang berada disampingku dengan membawa tali pengikat kabel. Ternyata, tali pengikat kabel itu ia gunakan untuk mengikat kaki dan tangan bocah laki-laki yang berada disampingku. Aku terkesiap, perempuan itu mengikatnya dengan sangat kencang membuat bocah laki-laki disampingku menangis sesunggukan tanpa bersuara. Saat aku sedang memperhatikan apa yang dilakukan oleh perempuan paruh baya itu, perempuan itu menoleh kesamping, menatapku, lalu tersenyum miring. Aku tidak mengingat wajahnya, tapi aku mengingat jelas senyum itu, senyum yang mengerikan.

Aku segera membuka mataku dan menemukan Lucas yang sedang berdiri dihadapanku. Dia sedang menatapku dengan sorot mata yang penuh dengan kekhawatiran. Napasku masih tersengal-sengal dan mataku mulai berkaca-kaca. Ketika senyuman perempuan paruh baya itu muncul kembali diingatanku, aku mengcengkeram kepalaku lalu memukul pelipisku dengan pelan menggunakan kedua tanganku yang mengepal kuat. Seketika itu juga, perutku menjadi mual dan lututku menjadi lemas.

"Hey Aera!" Aku dapat mendengar suara Lucas yang memanggil dan mengguncang tubuhku yang lemas dan kaku. "Liat aku!" lanjutnya dengan sedikit berteriak. Aku tetap tidak melihatnya, tiba-tiba sebuah tangan terulur dan mengangkat daguku. Kepalaku mendongak dan mataku langsung bertatapan dengan sepasang mata hazel yang indah milik Lucas. Dapat kulihat sorot mata kecemasan yang ia berikan kepadaku.

"Kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan penuh kekhawatiran.

"Aku mau keluar dari sini," ucapku dengan nada lemas dan rasa mual yang memenuhi perutku meminta isi perutku dikeluarkan. Tanpa menunggu aba-aba apapun, aku merasa tubuhku melayang di udara dan tanganku bergelayut dengan lemas di leher Lucas. Lucas membawaku keluar diantara himpitan-himpitan orang yang sedang menari-nari tanpa tentu arah itu.

Begitu kami keluar dari rumah menyeramkan yang ternyata diskotik itu, aku dapat merasakan hembusan udara segar membelai setiap jengkal kulitku dan menghilangkan aroma rokok dari indra penciumanku. 

Aku segera turun dari gendongan Lucas dan berlari ke arah semak-semak belukar yang tidak terawat dengan baik disebelah rumah tadi. Aku membungkuk dan mengeluarkan semua isi perutku. Mendengar suara langkah kaki Lucas yang mendekat, aku mengangkat tanganku, menginsyaratkan agar dia tetap berdiri ditempatnya. Terkena panic attack membuatku ingin menghilang saja dari bumi ini! Dan jika sekarang dia melihatku mengeluarkan isi perutku, aku ingin mati saja! Mau taruh dimana nanti mukaku?

Akhirnya, setelah aku merasa cukup baikan, Lucas mengantarku pulang ke rumahku. Setelah aku mengucapkan terima kasih, dia hanya menganggukkan kepalanya dan melesat pergi dari hadapanku. Aku masuk ke dalam rumah dengan wajah cemberut. "Hari ini memalukan sekalii."

✨✨

ᴀᴇʀᴀ? [ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ]Where stories live. Discover now