29| • Masa Lalu (3)

82 25 23
                                    

Author POV

Bel berbunyi sebanyak 2 kali secara berturut-turut menandakan waktunya istirahat telah tiba. Semua murid yang sebelumnya berada di dalam kelas segera lari kocar kacir berhamburan keluar menuju tempat yang sangat mereka gemari saat jam istirahat. Tentu saja, tempat itu adalah kantin sekolah.

"Ra, Jen, kantin kuy!" seru Ela dengan semangat.

"Kalian berdua aja, aku pengen di kelas," jawab Aera dengan mimik wajah yang lesu.

"Kok kamu lesu gitu, Ra? Butuh tempat cerita gak? Aku bisa kok dengerin semua cerita kamu," ujar Jennie sambil mengelus kepala Aera lembut, merasa prihatin melihat sahabatnya yang satu ini.

"Enggak, gak ada yang perlu diceritain, aku baik-baik aja kok," bohong Aera. Ela dan Jennie sebenarnya sangat tau tentang karakter sahabatnya yang satu ini. Jika dia bilang 'gak pa pa' artinya sama saja dengan 'aku kenapa napa' karena Aera sangat keras kepala dan tertutup jika bersangkutan dengan masalah keluarga. Menurutnya, jika memberitahukan masalah keluarganya kepada orang lain, hal ini sama saja dengan aib. Apa lagi papanya Aera merupakan pemilik perusahaan yang besar. Jika ada orang lain yang mendengar dan memberitakannya sebagai gosip, urusannya akan sangat panjang dan akan menurunkan kewibawaan papa Aera. Jadi, Aera lebih sering memilih diam dan menutup mulutnya dengan rapat.

"Ya udah, aku sama Jennie ke kantin dulu ya, Ra. Nanti aku beliin roti coklat sama susu coklat kesukaan kamu," ucap Ela sambil mengelus kepala Aera lalu menarik tangan Jennie.

Jennie melirik Juna yang menelungkupkan kepalanya ke meja. "Jagain Aera ya, kalo dia mau kemana-mana, ikutin aja!" teriak Jennie disela-sela tarikan tangan Ela.

Aera menepuk dahinya pelan. "Jennie bego! Emangnya dia gak tau kalo Ela suka sama Juna!?" ucap Aera dalam hati dan diakhiri dengan hembusan napas kasar. Aera mengambil telepon genggam yang dari tadi tergeletak di atas mejanya dan sebuah buku novel romansa yang ia beli beberapa hari lalu di sebuah toko buku favoritnya. Aera berdiri dan hendak berjalan keluar dari kelasnya yang sepi, tapi dengan cekatan tangan Juna segera menggenggam pergelangan tangan Aera bahkan sebelum Aera melangkah dari tempatnya berdiri. "Kemana?" tanya Juna singkat, padat dan jelas tanpa mendongakkan kepalanya.

"Taman belakang, mau ikut?" tanya Aera dengan nada mengejek karena menurut firasatnya, Juna tidak akan mau ikut pergi ke taman belakang. Apa lagi tempat itu selalu sepi karena banyak rumor yang beredar kalau tempat itu berhantu hingga semua murid tidak berani pergi ke sana kecuali Aera. Ya, Aera memang sering pergi kesana saat moodnya sedang buruk dan ia tidak pernah melihat orang lain disana.
"Ikut," jawaban Juna membuat Aera sedikit terkejut. Bagaimana bisa firasat seorang Aera Luardin Zuard salah?

Juna lebih dulu berjalan didepan Aera memimpin perjalanan mereka menuju taman belakang. Sedangkan Aera terus mengekor dibelakang Juna dengan menekukkan bibir bawahnya. Dia benci jika seseorang mengganggu waktunya saat ia ingin menyendiri, padahal taman belakang merupakan jawaban paling tepat saat ia sedang sedih. Tapi sekarang ia harus pergi dengan orang yang nyebelin seperti Juna? Huh...benar-benar tidak masuk akal.

Aera segera duduk di bangku putih yang berada disana. Juna juga mengikuti apa yang dilakukan Aera. "Ra," panggil Juna membuka suaranya karena hening cukup lama.

"Hm?" jawab Aera cuek dengan nada bertanya sambil membaca buku novel yang ia bawa tadi.

"Aku tau kamu sempat amnesia," ucap Juna tiba-tiba.

DEG! perkataan Juna benar-benar membuat Aera mematung. Bagaimana bisa seorang Juna Rafael Andhra mengetahui tentang amnesianya?

"Siapa bilang aku pernah amnesia? Ga pernah tuh!" sangkal Aera. Juna menyunggingkan senyum miringnya dan menatap Aera.

ᴀᴇʀᴀ? [ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora