4| • Pulang Bareng

285 106 197
                                    

Aera

Sepertinya aku selalu langganan kalau dihukum oleh Pak Broto. Meskipun situasinya sekarang sedikit berbeda yaitu aku dihukum beserta murid-murid lain yang sekelas denganku. Selama 1 tahun lebih aku sekolah disini, guru yang menghukumku pasti selalu sama yaitu Pak Broto. Entahlah, guru itu sangat sensitif jika melihatku.

Kami sekelas diberi hukuman untuk keliling lapangan sepak bola sebanyak 5 kali. Aku, Ela dan Jennie berlari keliling lapangan hanya sebanyak 3 kali dengan gerak yang lambat, toh Pak Broto juga tidak tau dan tidak menghitung setiap siswa berlari sebanyak berapa kali. Dia hanya melihat dan mengawasi saja. Saat aku sedang berlari, mataku tak sengaja menangkap siluet seorang laki-laki sedang berdiri di depan tiang bendera Merah Putih dengan sikap hormat. Sepertinya dia juga dihukum.

Setelah selesai berlari dan hukuman yang diberikan Pak Broto kepada kelas kami telah berakhir, Pak Broto berjalan menghampiri siluet laki-laki yang kulihat tadi. Aku melihat wajah laki-laki itu dengan jelas. Dia Lucas, laki-laki yang sedang sial karena terkena sampahku tadi pagi. Wajahnya sedikit pucat mungkin karena dehidrasi? Cuaca hari ini sangatlah panas dan seragamnya yang kotor sudah basah bercampur dengan keringat. Baiklah, rasa empatiku sekarang sedang bergejolak! Sepertinya aku harus memberikannya seragam baru dan minuman sebagai ucapan maaf dan bentuk tanggung jawabku. "Aku duluan ya, kalian langsung ke kelas aja," ucapku kepada Jennie dan Ela sambil berlari menjauhi mereka berdua.

"Awas aja kalau kamu ke kantin gak ngajak-ngajak, aku tampol!" Ucap Ela sambil mengacungkan tangannya yang mengepal kuat.

"Bukan ke kantin kok," jawabku dengan singkat lalu lanjut berlari meninggalkan Ela dan Jennie.

✨✨

Setelah usai membelikan Lucas seragam baru di koperasi sekolah, aku beranjak ke kantin untuk membelikannya minum. Sepertinya aku telat, Lucas sudah di kantin dengan air mineral botol di tangan kanannya. Dia meneguk air mineral itu hingga tandas dalam beberapa tegukan. "Waw sepertinya dia benar-benar haus."

Aku menghampiri Lucas dan menyerahkan seragam yang baru saja kubeli kepada Lucas. "Nih," ucapku tanpa memandangnya.

"Apa?" tanyanya.

"Ga bisa liat ini apa?" tanyaku dengan nada sewot sambil menatapnya.

"Maksud aku, untuk apa?" Dia mengulangi pertanyaan yang menurutku tak perlu kujawab. Tapi mungkin karena IQ dia hanya 90 dan gak tau apa gunanya seragam. Baiklah, seorang Aera Luardin Zuard akan menjelaskannya.

"Itu seragam kamu kotor dan bau karena sampah tadi pagi, lalu ini," aku menunjuk seragam baru yang ada digenggamanku, "untuk kamu pake."

"Aku gak butuh, aku bisa beli sendiri," ucapnya dengan nada sarkastik.

"Idih pake ngambek. Tadi pagi bilangnya suruh aku tanggung jawab. Sekarang, aku udah tanggung jawab tapi kamunya enggak mau. Dasar labil!" Ejekku sambil memutar bola mataku dengan malas karena harus menghadapi bocah laki-laki yang labil. Dia berdiri lalu berjalan ke arahku dengan kaki-kaki panjangnya dan berhenti tepat didepanku. Dia mengambil seragam yang berada digenggamanku dengan kasar. "Thanks," ucapnya singkat lalu pergi meninggalkanku yang terdiam seribu bahasa dengan jantung yang berdebar dengan cepat. "Dia sengaja membuat jantungku berdebar ya!?" jeritku dalam hati.

✨✨

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 30 menit yang lalu, tapi aku masih setia menunggu di gerbang sekolah karena pak supir sama sekali belum menunjukkan pertanda akan menjemputku. Sebenarnya, tadi Ela dan Jennie menawarkan tumpangan kepadaku, tapi aku menolaknya karena aku pikir pak supir akan segera menjemputku. Sekarang aku benar-benar menyesal karena tidak ikut pulang bersama mereka tadi.

"Aku naik angkot aja? Atau naik bus? Atau taxi?" Saat aku sedang sibuk memikirkan kendaraan apa yang harus kugunakan untuk pulang ke rumah, sebuah motor besar berhenti tepat didepanku. Aku mendongakkan kepalaku dan sedikit terkejut melihat orang yang mengendarai motor besar tersebut. "Apakah aku masih melakukan kesalahan kepadanya? Atau aku ada hutang? Tapi kan seorang Aera ga mungkin ngutang!"

Sorot mata Lucas terlihat bingung saat menatapku, aku dapat melihat sorot mata tersebut meskipun dia menggunakan helm full face. "Ngapain disini?" tanyaku.

"Ini udah jam 5, gak mau pulang?" tanya Lucas setelah melepas helm full face yang tadi ia kenakan.

"Aku dari tadi udah mau pulang, tau! Tapi batang hidungnya pak supir aja gak keliatan, gimana caranya aku pulang!?" gerutuku kesal.

"Gak usah pake teriak-teriak kali, ini kuping aku masih normal kok dan," dia menghentikan perkataannya sejenak. "Mau bareng?" Lucas menawarkan pertanyaan tersebut sambil menepuk-nepuk tempat duduk bagian belakang motornya.

"Gak mau ah, kamu pulang aja sendiri!"

"Beneran? Ini udah jam 5 lho, bentar lagi udah gelap nih langit," ucap Lucas dengan nada yang mengejek.

"Lah terus kenapa kalo langitnya gelap? Bodo amat," jawabku dengan nada acuh tak acuh.

"Kemarin aku ada dengar berita, katanya didekat sini ada orang gila yang cabul gitu. Kalo kamu gak mau pulang bareng aku, ya udah deh, aku juga gak mau maksa kamu. Aku duluan ya." Lucas kembali memasang helm full facenya.

Saat Lucas hendak melajukan motor besarnya, dengan cepat aku menggenggam pergelangan tangan laki-laki tersebut. "Apa?"

"Pulang bareng," jawabku dengan cepat sambil menundukkan kepalaku ke bawah. Lucas memberikan sebuah helm tepat dihadapanku. Dia juga membantuku naik ke motornya yang besar, karena sangat sulit untukku naik sendiri, apa lagi aku menggunakan rok.

Selama 30 menit dari sekolah menuju rumahku terasa baik-baik saja. Tapi kata 'baik-baik saja' tidak bisa kuucapkan saat ini, karena didepan motor besar milik Lucas sudah ada beberapa orang dengan postur tubuh yang kekar dan besar serta motornya yang sesuai dengan postur tubuh mereka. 'Oh God apa lagi ini? Wajah mereka lebih creepy dari yang kubayangkan!"

Lucas menutup kaca helm full face milikku agar wajahku tidak terlihat oleh seorang laki-laki yang dipanggil Lucas dengan nama 'Jack'.

"Ada apa?" tanya Lucas dengan nada dingin kepada Jack. Bukannya menjawab pertanyaan Lucas, Jack malah balik bertanya kepada Lucas. "Cewek baru?"

"Ada apa?" Lucas menanyakan pertanyaannya lagi. "Bos mengajakmu bertemu," jawab Jack mengalah, mungkin dia tau bahwa Lucas tidak akan menjawab pertanyaannya yang tidak penting.

"Nanti saja, aku sedang ada urusan. Aku akan ke basecamp setelah ini."

"Bos maunya sekarang! Dan kamu gak akan kemana-mana selain ikut sama kami!" Ucapnya tegas sambil ngegas. Orang-orang yang dibelakang Jack sudah turun dari motor mereka dan memenuhi motor Lucas membuat formasi lingkaran. "Aku belum nikah, boro-boro nikah, pacar aja belum punya! Aku belum mau mati." ringisku dalam hati.

"Baiklah, aku akan ikut kalian," ucap Lucas setelah terdiam begitu lama. Jack and the geng kembali naik motor mereka. 4 orang didepan untuk memimpin jalan dan 4 orang dibelakang motor kami untuk berjaga-jaga agar kami tak kabur. "Ya Tuhan lindungi akuuu."

✨✨

ᴀᴇʀᴀ? [ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ]Where stories live. Discover now