14| • Ulang Tahun

152 60 72
                                    

Aera

Aku sedang berjalan di koridor dengan kaki yang pincang menggunakan sendal serta tangan dan bibir yang terluka. Karena penampilanku yang seperti ini, dalam sekejap aku langsung menjadi hot topic satu sekolahan! Aduh mau taruh dimana muka aku? Malu banget! Banyak gosip yang beredar bilang aku kecelakaan motor, jatoh gara-gara habis mabuk dari bar karena putus asa akibat kematian papaku, dan masih banyak lagi berita-berita yang tak benar. Aku benar-benar heran kenapa alibi mereka semua enggak masuk akal. Aku kan cuma nyemplung ke dalem parit.

Aku masuk ke dalam kelas yang semua tempat duduknya hampir terisi penuh. Juna bahkan sudah di tempat duduknya dan sedang menelungkupkan kepala diantara kedua tangannya. Sejak kapan mereka jadi serajin ini? Atau aku yang semakin pemalas? Aku menepis segala alibi yang berputar di kepalaku dan segera duduk di bangku milikku.

Ela menoleh ke belakang dan segera berhadapan denganku. "Ra, ada hubungan apaan antara kamu dan Lucas? Dia sampai rela nemenin kamu naik taksi semalem cuma buat mastiin kamu selamet sampe ke rumah." tanya Ela tiba-tiba saat aku baru saja duduk di bangku.
"Enggak ada hubungan apa-apa," jawabku singkat, padat dan jelas.

"Masa sih? Nempel gitu," kekeh Ela sambil menggoda. Saat aku ingin membuka mulutku untuk membalas perkataan Ela, Jennie datang menghampiri kami dan menggebrak mejaku dengan wajah yang berbinar-binar. "Ada yang nambah umur nih besok." cerocos Jennie.

Juna segera menatap Jennie dengan tatapan tajamnya karena Jennie menggebrak meja dan berhasil membuatnya terbangun. Dengan canggung, Jennie meminta maaf kepada Juna.

Oh iya! Gara-gara ngerjain tugas yang banyak banget, aku sampai lupa kalau besok aku ulang tahun. Aku mengambil telepon genggamku dan mencari nomor mami, saat aku hampir menekan tombol call, tiba-tiba bayangan tentang papa terlintas di otakku. Bagaimana bisa aku, mami dan kak Lusi merayakan ulang tahunku dengan gembira dan meriah jika disisi lain papa sedang menderita? Kalau tidak ada papa, lebih baik tidak usah merayakannya saja. Aku kembali mendongakkan kepalaku dan menatap Ela serta Jennie secara bergantian. "Kayaknya besok aku enggak ngerayain ulang tahunku deh."

Ela dan Jennie segera membelalakkan kedua matanya karena ini pertama kalinya aku tidak ingin merayakan ulang tahunku. Setiap tahun papa selalu merayakan ulang tahunku dengan sangat mewah dan meriah, tapi karena papa belum ditemukan sampai sekarang, ini merupakan pukulan terkuat bagiku. Ela dan Jennie mengusap bahuku dengan pelan dan memelukku, merasa prihatin dengan kejadian yang menimpaku.

"Udah Ra, jangan sedih lagi, aku sama Ela ada disini untuk kamu," ucap Jennie dengan lembut.

"Bener tuh," timpal Ela. Aku melepaskan pelukan kami saat guru pelajaran masuk ke dalam kelas. Jennie dan Ela juga segera kembali ke bangku mereka. Setelah selesai melakukan absen, guru tersebut segera menjelaskan materi yang akan kami pelajari hari ini

✨✨

Aku, Ela dan Jennie sedang berjalan menuju kantin setelah bel istirahat berbunyi . Baru saja setengah perjalanan, aku merasa ada seseorang yang memegang bahuku. Aku sedikit tersentak dan menoleh kebelakang bersiap untuk memberikan cibiran yang pedas kepada orang yang berani memegang bahuku, namun sedetik kemudian aku segera mengurungkan niatku dan senyum di wajahku segera terukir saat melihat siapa orang yang baru saja menepukku. Untung manusia, kalo hantu siang bolong yang memegang bahuku, aku pasti sudah berlari terbirit-bibit.

"Hai, udah baikan?" sapanya disertai dengan lambaian.

"Setidaknya lebih baik dari pada dipenuhi dengan lumpur," kekehku pelan dan berhasil mengundang tawanya.

"Waw sepertinya aku enggak mau mengganggu dan jadi nyamuk disini. Aku duluan," ungkap Ela dan memaksa Jennie untuk ikut bersamanya pergi ke kantin. Akhirnya Jennie menyerah dan mengekor di belakang Ela lalu disusul oleh Kenan dan Aksa. Sedangkan aku dan Lucas berjalan beriringan menuju kantin sambil berbincang dan sesekali tertawa bersama.

"Cie besok ada yang nambah umur," ucapnya tiba-tiba dengan nada usil. Aku mengerutkan dahiku, "Tau dari mana?"

"Kamu jadi hot topic hari ini," ucap Lucas sambil memukul kepalaku pelan. "Lah terus, apa hubungannya sama ulang tahunku?" tanyaku sambil mengusap kepalaku yang dipukul Lucas tadi.

"Banyak yang comment besok kamu ulang tahun. Btw, besok kamu rayain?"

"Enggak deh. Aku enggak mungkin bahagia ngerayain ulang tahun sedangkan papa masih belum ditemuin."

Lucas mengusap puncak kepalaku lalu memegang kedua pundakku, "Ra, semua orang pantas untuk bahagia. Apalagi ini peringatan hari ulang tahun kamu cuma bisa satu tahun sekali lho." Lucas tersenyum ke arahku setelah menyelesaikan ucapannya bagai memberikan aku kekuatan.

"Nanti aku mikir-mikir lagi deh," ucapku sambil menepuk-nepuk daguku pelan menggunakan jari telunjuk.

Tak terasa, kami berdua sudah sampai di kantin. Aku segera menghampiri tukang bakso dan membeli 1 porsi bakso. Setelah makanan tersebut sudah di tanganku, aku segera berjalan ke arah Ela, Jennie, Kenan, Lucas dan Aksa yang sedang melahap makanan mereka.

✨✨

Hari ulang tahun merupakan hari yang bahagia karena kita sedang merayakan hari kelahiran kita sendiri. Tapi ini tidak cocok diucapkan kepadaku karena hari ini aku sendirian di rumah. Karena hari ulang tahunku jatuh pada hari Sabtu, mami dan kak Lusi tidak bisa pulang ke rumah karena ada masalah di perusahaan akhir-akhir ini. Saat sedang asik bermain game, bel rumahku tiba-tiba berbunyi.

"Bi buka pintu," teriakku kepada Bi Eda. Tapi sayangnya aku tidak mendengarkan jawaban dari Bi Eda. Alhasil, aku yang harus membuka pintu itu sendiri. Setelah pintunya kubuka, tidak ada seorang pun yang kulihat disana. Aku mengerutkan dahiku dan melihat kebawah, terdapat kado berwarna hitam dan bertuliskan nama Aera. Ini untukku? Tanpa pikir panjang aku segera membawa kado tersebut masuk ke dalam rumah dan kembali menutup pintu.

Tanpa Aera sadari, ada seseorang yang mengenakan pakaian serba hitam sedang memperhatikan gerak-geriknya sedari tadi. Orang tersebut mengambil telepon genggam yang berada di saku celananya dan menempelkan telepon genggam tersebut ditelinganya.

"Misi pertama selesai," ucap orang tersebut sambil tersenyum licik.

✨✨

ᴀᴇʀᴀ? [ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ]Where stories live. Discover now