3| • Kesialanku

340 118 236
                                    

Aera

Seorang laki-laki yang dapat kuperkirakan tingginya sekitar 180 cm atau lebih dari itu sedang menatapku dengan tatapannya yang dingin dan tajam. Rahangnya terkatup erat hingga dapat terlihat dengan jelas urat-urat yang berada di lehernya seperti meronta-ronta ingin keluar.
Ya ini semua memang salahku, aku tak sengaja melempar kantong sampah yang seharusnya masuk ke dalam tempat sampah, malah mendarat ke kepalanya dan isi dari dalam kantong sampah tersebut berhamburan keluar mengenai seluruh tubuhnya. Sekarang, seluruh tubuh laki-laki itu menjadi bau karena sampah-sampah yang berhamburan tadi.

Tapi tunggu sebentar, aku sepertinya pernah melihat wajah laki-laki itu. Tapi siapa ya? Aku mencoba berpikir lebih keras dari pada biasanya, aku pernah bertemu dengannya dimana ya? Oh Ya! Dia...dia yang waktu itu menungguku di ruang UKS, sepertinya dia juga yang melemparku dengan bola basket, karena dia rela menungguku hingga aku sadar dari pingsan.

"Sorry, I'm accidentally," ucapku acuh tak acuh sambil balik menatap manik matanya dengan penuh amarah. Hitung-hitung pembalasan karena dia melempar bola basket hingga jidatku memiliki telur ayam. Ett...bukan telur ayam, tapi telur dinosaurus kata kak Lusi.

"Ucapan maaf seperti apa itu?" Laki-laki itu menggeram kesal setelah mendengar permintaan maafku yang acuh tak  acuh.

"Anggap saja impas karena kamu sudah melempar bola basket ke arahku dan," aku menjeda ucapanku sejenak lalu mengangkat jari telunjukku dan menunjuknya ke arah jidatku, "jidatku jadi ada telur dinosaurus tau!" Laki-laki itu hanya memutar bola matanya dengan malas setelah mendengar ucapanku.

"Lebih baik kamu mandi saja sekarang, sebentar lagi koridor sekolah pasti ramai. Ini sudah jam 6 pagi," ujarku sambil memandang jam yang tertera di telepon genggamku.

"Tanggung jawab," ucap laki-laki itu sambil menatapku dengan tajam, tersirat nada amarah pada setiap kalimatnya. Jika saja menatap bisa membunuh seseorang, mungkin aku sudah terbunuh dan dimutilasi olehnya sekarang. Tapi karena aku sudah terlanjur membuatnya marah, aku tak akan mundur sekarang! 

"Emangnya apa yang kamu pertanggung jawabkan saat jidatku ada telur dinosaurus seperti ini?" tanyaku dengan nada sarkastik. Mimpi apa aku semalam sampai harus bertemu dengan orang seperti ini? Dia sangat menyebalkan!

"Aku menggendongmu ke UKS dan menunggumu hingga kamu terbangun," ucapnya dengan senyum yang sedikit terangkat dari sudut kiri bibirnya, membuatnya terlihat seperti badboy, tapi yang ganteng yaw. Pikiran seperti apa ini? Aku menggeleng-gelengkan kepalaku hingga membuatnya mengernyitkan dahi karena heran dengan kelakuanku.

"Jadi kamu mau apa?" Disaat seperti ini aku tidak boleh terlalu gegabah dan melawannya, jika nanti dia murka dan ingin membunuhku bagaimana? Meskipun aku berpikir bahwa hal itu tidak mungkin terjadi, apalagi ini di sekolah. Tapi, nothing is impossible,right? Aku tak ingin membayangkannya, aku harus menyiapkan self-defense jika dia tiba-tiba menyerangku.

Bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah semakin melangkah maju ke arahku dengan kaki-kakinya yang panjang, mencoba mengikis jarak antara aku dan dia. Hei...hei ini bukan hal yang baik teman, aku sudah mentok di dinding! Meskipun punggungku sudah menempel dan membentur dinding, dia tidak menghentikan langkahnya hingga hidung kami bersentuhan satu sama lain. Aku dapat merasakan dengusan nafasnya yang terasa hangat sampai ke kulit wajahku. Oh no...jantungku mulai berdetak tak karuan! Dasar adik kelas kurang ajar! Aku mendorong dadanya dan menatapnya dengan mata yang mengisyaratkan bahwa aku benar-benar marah. "Maunya apa sih?" Aku bertanya sekaligus membentaknya.

"Waw wajahmu seperti kepiting rebus hanya karena hidungku menyentuh hidungmu?" tanya laki-laki itu dengan nada menggoda.

"YA KARENA KAMU BAU!" Aku memutar badanku dan berjalan dengan cepat menuju kelasku bersamaan dengan bel masuk yang berbunyi. Bodo amat dengan urusan tanggung jawab! Laki-laki itu yang kuketahui bernama Lucas saja gak ada akhlak nempelin hidung dia ke hidungku dengan semaunya.

✨✨

"Truth or dare?"  tanyaku ke arah Jennie dengan mata yang berbiar-binar. Kami sedang memainkan permainan TOD didalam kelas yang dipenuhi dengan suara riuh dan gelak tawa dari masing-masing murid yang berada di kelas XI IPA 2. Mungkin image murid yang mengambil jurusan IPA adalah murid yang kutu buku, teladan, rajin belajar, dan masih banyak lagi. Tapi berbeda dengan kelasku, kelasku memiliki banyak sekali murid berprestasi didalamnya serta diimbangi dengan murid yang membuat onar, kekacauan selayaknya murid SMA lainnya. Bahkan kelas kami tak ada bedanya dengan kelas IPS.

Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa kami semua bisa riuh seperti sekarang. Pak Krisno yang seharusnya mengajar mata pelajaran matematika hari ini sedang mengambil cuti karena istrinya sedang melahirkan. Meskipun kelas kami terkenal cukup susah diatur, tetapi kami sudah menyiapkan ucapan selamat untuk Pak Krisno saat ia kembali mengajar seperti biasa, biar dia terharu gitu, hehe. Karena jam kosong di kelas IPA sangat jarang dan limited edition, kelas kami tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini begitu saja. Jadi, kelas kami mengambil kesempatan emas ini dengan membuat keributan. Nanti kalo ada guru lain dateng terus marah-marah, baru deh ni kelas diem.

"Truth," jawab Jennie setelah berpikir cukup lama. Aku menepuk-nepuk jari telunjukku ke dagu dengan pelan memikirkan pertanyaan apa yang akan aku berikan kepada Jennie. "Pelajaran apa yang paling kamu gak suka?"

"Classic banget pertanyaan kamu mah ondel-ondel," sahut Ela dari sampingku dengan cepat.

"Aku gak tau mau tanya apa lagi," bisikku ke arah telinga Ela.

"Yang sedikit pribadi dong, Ra pertanyaannya," kekeh Ela. "Contohnya sebutin nama mantan-mantannya dia? Paling lama pacaran berapa tahun? Udah move on atau belom?" ucap Ela dengan volume sedang hingga dapat didengar oleh pendengaran Jennie.

"Jadi pertanyaannya mau yang mana?" tanya Jennie dengan bingung setelah mendengar pertanyaan Ela yang bergitu banyak.

"Pelajaran," ucapku bersamaan dengan Ela yang berucap, "Mantan." Baru kali ini pendapat aku dan Ela berbeda, biasanya pendapat kami berdua selalu sama. Tapi, Ela memang berbeda denganku tentang masalah ini. Aku begitu malas mengurus urusan pribadi orang lain, berbeda dengan Ela yang kepo parah tentang privasi setiap orang, pantas saja banyak yang memanggilnya dengan sebutan 'ratu kepo' atau 'ratu gosip'.

"Ini kan giliranku yang memberi Jennie pertanyaan, nanti kamu tanya sendiri saja kalo soal mantan," ucapku kepada Ela.

"Kalo pelajaran yang paling gak kita suka mah pasti kimia kecuali kamu," Jennie mengangguk, menyetujui ucapan yang baru saja Ela lontarkan. "Tuh kan aku bener!"

"Jawab yang mantan aja Jen," sahut Ela dengan semangat 45.

Saat Jennie berniat membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Ela, Pak Broto lebih dulu masuk ke dalam kelas kami dan mengacaukan semuanya!

✨✨

ᴀᴇʀᴀ? [ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora