Raka menekan knop pintu kamar yang berhasil ia buka tadi. Seperti kamar tidur biasa. Hanya saja kamar ini lebih luas dari kamar milik Shiren. Kamar ini pun sangat bersih tanpa debu, sprei putih yang bersih, jendela dengan gorden yang terbuka, lemari putih yang masih tampak bersih. Sungguh mustahil jika kamar ini tidak pernah dibuka dan di bersihkan. Jika memang kamar ini kehilangan kuncinya, tidak mungkin akan sebersih ini.

Raka melangkah masuk ke dalam kamar bernuansa putih dan hijau mint ini. Tatapannya jatuh pada laci meja rias. Bergegas Raka membuka laci itu, mencari sesuatu disana, namun kosong.

Cowok berjakun ini beralih ke lemari yang ternyata tidak terkunci. Tangannya mulai menggeledah satu persatu laci dan tumpukan baju disana. Namun ia tidak menemukan apapun.

Raka meremas rambutnya, beralih ke nakas namun masih tetap tidak menemukan apapun disana. Raka tidak menemukan bukti sama sekali di kamar ini.

"Dapet sesuatu?" suara Gerald  mengintrupsi mengundang gelengan dari Raka.

"Gak ada bukti apapun disini," kata Raka, "kalian dapat bukti?"

Tristan menggeleng, "dikamar itu cuma ada piano dan beberapa alat musik. Kita gak dapat bukti apapun."

Raka melipat bibir bawahnya, "cepet kunci lagi pintunya. Tinggal satu kamar yang ada di lantai bawah."

Dengan gerak cepat mereka mengunci kembali kamar-kamar itu lalu menuruni anak tangga beralih ke kamar yang terletak di lantai bawah. Tepatnya di ujung ruangan dekat taman belakang.

Hingga kunci terakhir mereka tidak bisa membuka kamar itu. Raka menatap Tristan, "kuncinya gak ada disini."

"Kita ke tempat satpam lagi. Mungkin ada kunci lain disana." Ujar Gerald.

Ketiga cowok ini kembali ke pos satpam, dengan hati-hati mereka meneliti setiap inci pos satpam ini. Gerald mencari di dalam laci, Tristan membuka lemari kecil yang ada terletak di bawah meja dan Raka mencari diatas meja kayu itu.

Hampir sepuluh menit tapi mereka tidak menemukan satupun kunci selain yang di pegang Raka tadi, "kayaknya kuncinya gak ada disini." ujar Gerald pasrah.

"office," ucapan Tristan membuat Raka menoleh cepat menatap kunci dengan gantungan bewarna pink bertuliskan office di sana.

"Mungkin itu kuncinya," ujar Raka sembari melihat arloji di tangannya, "waktu kita tinggal dikit."

Mereka kembali masuk ke dalam rumah melewati Shiren dan Jovan yang masih duduk di atas sofa.

"Semuanya baik-baik aja kan?" nada khawatir yang keluar dari bibir Shiren membuat Raka menghentikan langkahnya.

Cowok itu tersenyum lembut lalu mendekat ke arah Shiren. Sambil mengelus puncak kepala Shiren, Raka berkata, "lo nggak perlu takut. Everything will be fine. Trust me."

Setelah mengucapkan itu Raka kembali meneruskan langkahnya.

Tristan yang membawa kunci lebih dulu sampai. Cowok itu memasukkan kunci lalu memutarnya, dan berhasil. Ini adalah kunci yang tepat untuk kamar ini.

Mereka tercengang, ternyata kamar ini adalah ruang kerja dengan lukisan besar di dinding bertulisan “Handaru Corp” .

Terdapat meja kerja lengkap dengan kursi dan sofa serta mesin kopi di ujung ruangan. Terlihat ada rak buku yang memperlihatkan banyaknya file-file perusahaan yang tersimpan di kamar ruangan ini.

"Lo cari di rak," ucap Raka pada Tristan, "lo cari di lemari sebelah sana," ujar Raka pada Gerald sambil menunjuk lemari panjang dengan beberapa barang antik di atasnya, "gue cari di meja kerja. Jangan sampai ada yang berantakan, letakkan semua yang kalian ambil kembali pada tempatnya. "

RAKA - The Ruler Of Ramos ✓Where stories live. Discover now