20. You'll Die!

1.2K 124 6
                                    

Happy☠Reading


"Saya tidak mau menangani kasus ini,"

Wajah Raka spontan terangkat mendengar ucapan Om Galang. Ayah Tristan ini langsung menggeser semua bukti yang tergeletak di mejanya mengembalikan pada Raka.

"Maksud Papa?" ujar Tristan memastikan.

"Papa tidak mau menangani kasus ini. Saya tidak mau ambil resiko," Om Galang menautkan kepalan dua tangan dan menjadikannya tumpuan dagu.

"Resiko apa, om?" Tanya Raka datar. Seakan tidak terusik dengan penolakan om Galang yang secara terang-terangan. Raka memang pandai menyembunyikam eskpresinya.

Om Galang menghela nafas, "Raka. Asal kamu tau, Aarav Antonio ini adalah pembunuh yang sangat berbahaya. Setiap orang yang berusaha mencari keberadaan lelaki itu pasti akan mati."

"Aarav sudah menjadi buronan polisi sejak tiga tahun yang lalu. Dia melakukan pemasukan miras dan narkoba dengan jumlah sangat besar ke beberapa pulau secara ilegal. Dia juga penjual wanita untuk dipekerjakan di club malam. Sudah lebih dari seribu orang mati ditangannya." jelas Om Galang.

Mata Dicky membulat penuh, "S-seribu om?"  rasanya Dicky sedikit mengompol.

"Itu yang tercatat dalam laporan kepolisian. Saya yakin yang tidak tercatat pasti lebih banyak lagi," kata Om Galang. "Jika Densus saja tidak bisa menemukan mereka, apalagi kalian yang notabenenya masih anak SMA."

Sedikit menohok, namun Raka tetap diam tidak terganggu dengan opini itu.

"Tristan," om Galang menatap putanya, "Papa nggak mau kamu ikut misi gila ini."

"Tapi, Pa—"

"Kalau kamu membantah, kamu akan tau akibatnya." ujar Om Galang tegas kemudian menatap Raka, "Raka. Saya sarankan kamu untuk berhenti."

Kening Jovan mengerut menangkap ekspresi takut dari wajah Om Galang, "kenapa om keliatan se takut itu?"

"Ini tidak akan berjalan mudah seperti yang kalian bayangkan. Om hanya khawatir jika terjadi sesuatu pada kalian," ujar Om Galang, "melawan Aarav adalah pilihan yang buruk, ini bukan ajang adu kekuatan atau tempat menunjukkan kehebatan kalian."

" Om akui kemampuan kalian, tapi melawan Aarav bukanlah pilihan yang tepat."

Tidak semua berjalan sesuai rencana, Raka tau itu. Ucapan om Galang juga terus terngiang di telinganya. Tidak ada rasa ingin mundur sama sekali untuk menyelesaikan kasus ini, tapi Raka sadar jika Ia juga tidak bisa menyeret teman-temannya untuk menangani hal ini.

Mungkin akan terasa lebih sukit jika Raka berjuang sendirian, namun ini adalah opsi yang tepat agar tidak membahayakan orang lain.

Mereka semua sedang berada di basecamp Ramos. Sejak kepulangan mereka dari rumah Tristan, tidak ada yang berani membuka suara, semua saling bungkam.

"Bener kata om Galang. Lebih baik menyerah," ucap Raka tiba-tiba mengundang tatapan kelima temannya.

"Jadi nyari kebenaran kasus ini dibatalin? Gitu?" ucap Gerald.

"Ya," tutur Raka, "mulai sekarang kalian gak usah ikut andil dalam pencarian ini. Gue gak mau kalian kena imbasnya."

Kening Jovan mengerut, "maksud lo? Cuma lo doang gitu yang mau nyari si buronan tai ini? Hah? Ka, lo gak lagi ngingau kan?" tanya Jovan heran  sedikit menaikkan suaranya karena geram dengan Raka, "lo gak mau kita mati, tapi lo mau kita liat lo mati, gitu?"

RAKA - The Ruler Of Ramos ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang