23. Misi Kedua

1.2K 110 5
                                    

Happy☠Reading





Sekuat apapun seseorang bertahan pasti akan menemukan titik lemahnya. Sama seperti Raka kali ini. Badannya terasa benar-benar remuk, lemas disertai rasa pusing yang begitu hebat. Sepertinya lelaki ini kehilangan banyak darah. Untung saja sesampainya dirumah, Raka masih mempunyai tenaga untuk membersihkan diri dan menyiram kepalanya dengan air. Hal itu berhasil membuat darah dari hidung Raka berhenti keluar.

Raka mendudukkan dirinya di kasur. Badan tegapnya terbalut kaos putih dipadukan dengan celana pendek abu-abu gelap. Matanya terpejam, masih membayangkan betapa sadisnya seorang Aarav yang mengurung istrinya sendiri selama sepuluh tahun diruang bawah tanah.

Keadaan Melyssa saat itu tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Raka cukup prihatin dengan beberapa luka yang terdapat di tubuh wanita itu. Sepertinya akal sehat Aarav sudah hilang. Lelaki mana yang tega menelantarkan anak serta menyiksa istrinya.

Mungkin ada sesuatu dibalik semua ini yang tidak Raka ketahui, Raka yakin itu. Secepatnya ia akan menemukan Melyssa agar bisa kembali hidup dengan Shiren lalu mengurung Aarav hingga membusuk di penjara.

Rasa marah dalam dada Raka semakin tinggi bahkan kian mendidih saat membayangkan betapa bengisnya seorang Aarav Antonio.

Ketukan pintu mengembalikan Raka dari alam pikirnya. Lelaki itu sedikit membuka mata saat knop pintu ditekan sembari menampilkan seorang gadis yang selama ini menjadi alasannya tersenyum.

Shiren masuk kedalam kamar Raka dengan sebaskom air hangat dan kotak P3K. Gadis itu meletakkan barang bawaannya di nakas lalu duduk di ujung ranjang Raka.

"Lo nggak abis maling mobil orang, kan?" tanya Shiren penuh selidik. Kedua tangannya terlipat di depan dada.

Raka mengangkat satu alisnya, "kenapa lo mikir gitu?"

Gadis bersurai indah ini menghela nafas panjang, "ya gue heran aja. Lo babak belur kayak gini terus naik mobil yang bukan mobil lo. Gue juga gak pernah liat mobil itu di pake anak Ramos," Shiren mengendikkan sebelah bahunya, "jadi ya gue berasumsi kalau lo nyolong mobil terus digebukin warga. Tapi lo berhasil kabur."

Raka hampir saja tertawa, entah gadis ini polos atau bego, "gue babak belur karena berantem. Dan mobil itu, gue pinjem. Gue bakal balikin secepatnya."

"Berantem sama siapa?" tanya Shiren lagi.

"Ada."

"Kenapa berantem?"

"Karena gue gak suka sama dia."

Shiren berdecak, "berapa kali harus gue bilang kalau orang yang bahagia itu tidak menyelesaikan masalah dengan berantem."

"Gue berantem demi kebahagiaan orang lain," ucap Raka membuat Shiren memutar otaknya, "Tumben cerewet."

Shiren lantas memandang Raka, "ya gimana gue gak cerewet. Gue khawatir banget sama keadaan lo. Darah yang keluar dari hidung lo banyak, tapi lo fine fine aja gitu," Shiren memghembuskan nafas kasar, "gue takut kalau lo tiba-tiba pingsan karena kurang darah. Liat aja tuh bibir lo. Pucet banget. Kehabisan darah itu bahaya loh."

RAKA - The Ruler Of Ramos ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang