3. Raneea Starla

2.6K 271 18
                                    

-

"Yaaah dikunci," kata Shiren sambil memegang pagar sekolah yang sudah di gembok. Percuma saja ia berusaha masuk kedalam, ini bukan telat lima atau sepuluh menit. Tapi satu jam!

Shiren melihat arloji putih di tangan kirinya lalu berdecak pelan. Pagi pembawa sial. Awalnya Shiren bangun kesiangan, lalu naik ojol agar mempercepat waktu namun bukannya tepat waktu malah jadi telat gara-gara motor nya mogok. Akhirnya Shiren terpaksa mencari ojol lain, tapi namanya juga jakarta. Pagi-pagi seperti ini pasti banyak banget orang yang pesan ojol. Alhasil Shiren menunggu hingga lima belas menit untuk mendapatkan ojol yang baru.

Di jakarta itu semua serba susah, jangankan nyari ojol, nyari gebetan aja setengah mampus.

Shiren menatap pos satpam yang terletak di dalam sekolah, tepat di samping pagar putih yang menjulang tinggi. Gadis bersurai coklat itu tidak mendapatkan keberadaan pak Udin disana. Pasti lagi ngopi di warung samping sekolah.

Shiren mendudukkan diri di kursi tanpa senderan dan terbuat dari semen yang diletakkan di pinggir pagar, menunggu pak Udin datang dari warung dengan secangkir kopi dan gorengan. Shiren sudah hafal dengan tabiat satpam yang satu ini. Karena dulu saat ia menjabat sebagai wakil ketua Osis, ia sering berdiri di dekat pagar sekolah sambil memberi point di buku hitam para Siswa yang terlambat.

"Kiw," Gadis yang awalnya bertopang dagu itu kembali menegakkan badan dan menatap cowok yang berada di balik pagar.

Shiren meneguk salivanya perlahan lalu berusaha tersenyum membalas senyum tulus dari cowok berkulit putih pucat ini.

"Telat?" Kata Bara.

"Iya nih, Bar. Ojeknya mogok," Ujar Shiren masih tetap duduk.

Sekali lagi Bara tersenyum menatap Shiren lalu mengambil kunci pagar yang diletakkan di lemari dalam pos satpam. Bara bisa membuka lemari itu karena Bara memiliki kuncinya. Jangan lupakan jabatan cowok itu yang masih sebagai ketua Osis  SMA Garuda.

Shiren berdiri lalu berjalan mendekat ke arah pagar bersamaan dengan Bara yang keluar dari pos satpam dengan kunci ditangannya. Shiren berdiri tepat di depan Bara. Jarak mereka sangat dekat hanya pagar besi dengan tinggi menjulang yang menghalangi mereka.

Bara terpaku, ia masih belum memasukkan kunci kedalam gembok itu. Justru pria berkulit putih pucat ini menenggelamkan diri pada manik coklat Shiren yang sedang memandang gembok itu agar segera dibuka.

Sadar tidak ada pergerakan dari Bara, Shiren mendongak menatap kedua manik abu-abu milik Bara.

Dulu candu, kini sembilu.

Mereka saling pandang dalam diam seakan menceritakan sakit yang selama ini mereka kubur dalam-dalam. Dulu mereka masih bisa saling berbagi luka yang menghujam. Tapi kini, mereka menceritakan segala tangisnya pada malam.

Semua sudah berbeda.

"Ekhm," Shiren nyengir sambil mengendikkan alisnya menunjuk ke arah gembok yang masih belum terbuka dari tadi.

Bara terkekeh kecil lalu membuka gembok itu, menarik sedikit pagarnya agar Shiren bisa masuk lalu menutup dan menguncinya kembali.

Shiren merogoh tasnya, menyerahkan buku hitam miliknya pada Bara. "Harus adil kan?" Katanya pada Bara.

Bara tersenyum hingga menampilkan deretan giginya yang putih dan rapih, "Adil dong," cowok itu menuliskan point lalu mengembalikan buku hitam itu pada Shiren.

RAKA - The Ruler Of Ramos ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang