42. Mayat Siapa Ini

1.1K 99 16
                                    

KALAU NGGAK KUAT SILAHKAN DI SKIP!

Segala cerita ini hanya fiksi yang bertujuan untuk hiburan semata, dan tidak untuk ditiru.

Happy☠Reading

──

Dengan hati hati, pisau itu ditusukkan tepat di bagian bawah diafragma. Tanpa bius, tanpa menembus jantung. Ditusuk dengan keadaan masih sadar dan hidup.

Jeritan keluar dari mulut gadis itu, namun sayang, tidak ada yang mendengarnya karena mulutnya sengaja dibungkam dengan kain.

Bara yang melihat gadis itu kesakitan akhirnya mulai menyayat bagian paha. Semakin banyak air mata itu keluar dari pelupuk gadis tersebut, maka semakin keras pula tawa Bara.

Mereka memulai aksinya, merobek tubuh manusia dan mengambil satu persatu organnya. Namun tak berselang lama, gadis itu terkulai lemas dengan darah yang banyak keluar.

Ya. Dia mati kesakitan.

Ginanjar mulai memasukkan jantung ke dalam kotak putih khusus yang sudah disiapkan. Matanya melirik ke arah Bara yang tampak sekali tengah menikmati aktifitasnya membelah kulit manusia.

"Jangan tusuk terlalu dalam, kau akan merusak limpa nya," Bara melirik sekilas ke arah Ginanjar lalu kembali meneruskan kegiatannya.

Darah terus mengalir layaknya air. Untung saja mereka menggunakan baju lapis hijau agar darah itu tidak mengenai pakaiannya.

"Gue baru tau ternyata kulit perut wanita sangat tipis," Ujar Bara.

Ginanjar mengangguk, "maka dari itu kau harus hati-hati merobek kulitnya agar tidak merusak bagian penting yang akan kita jual."

"Sudah berapa lama lo ngelakuin hal ini?" Tanya Bara.

"Cukup lama. Aku adalah orang pertama yang menjadi bawahan Aarav." Ginanjar mengakui.

"Apa lo ga takut di tangkap polisi?"

Dengan perlahan, Ginanjar mengangkat ginjal gadis itu,"Untuk apa takut tertangkap? Kau lihat kan, sampai sekarang aku masih hidup bebas."

Bibir Bara melengkung kebawah, "tapi Aarav di penjara. Lo pasti tau itu kan?"

"Jelas aku tau. Jika bukan karena geng Ramos yang gila itu, mungkin Aarav masih disini dan kita bisa mendonorkan seratus ginjal setiap bulan, seperti biasanya."

Mata Bara membulat, "s-seratus?" Ujarnya tak percaya.

"Ya," Ujar Ginanjar sembari terus menekuni pekerjaannya, "bayangkan saja, jika satu ginjal di jual dengan harga dua milyar, maka kita akan mendapatkan 200 milyar setiap bulannya," Kata Ginanjar dengan penuh bangga, "belum lagi organ yang lain seperti jantung, limpa, lambung. Kau bisa tidur berselimut kan dolar jika mempunyai pekerjaan seperti ku, ah maksudku hobi, bukan pekerjaan."

Hobi, iya hobi, "a-apa lo sama kayak gue?" Tanya Bara.

Ginanjar mengangkat kedua alisnya, "maksudmu?"

Bara membasahi bibir bawahnya, "gue yakin, lo pasti tau kalau gue ini psycho," Tutur Bara sedikit ragu membeberkan jati dirinya.

Pria itu meletakkan gunting penuh darah sembari mengangguk, "aku tau kalau kau Psycho karena aku juga begitu."

Mata Bara berbinar, baru kali ini Ia menemukan seseorang yang sama dengan dirinya, "bagaimana jika kita lakukan hobi ini bersama? Lo bisa ngandalin gue dalam hal apapun."

RAKA - The Ruler Of Ramos ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang