17. Misi Pertama

1.3K 134 36
                                    


-

Setelah mengetahui bahwa KK itu asli. Dimalam yang sama inti Ramos bergegas menuju ke alamat Aarav Antonio–Ayah shiren– namun tidak mendapatkan hasil apapun. Di alamat tersebut memang benar ada rumah yang cukup besar. Namun tampaknya rumah itu sudah tidak terpakai lagi, banyak rumput tinggi tak terawat dan sebagian kayu di rumah itu telah roboh, terlihat jelas bahwa rumah itu sudah kosong dalam waktu yang lama.

Sedangkan alamat  Melyssa Handaru– ibu kandung Shiren– adalah rumah yang Shiren tinggali sekarang.

Entah bagaimana satu keluarga bisa berada dalam rumah yang berbeda. Ini masih menjadi misteri yang harus Ramos temukan kebenarannya.

Dan akhirnya, pada hari minggu pagi kali ini. Ke enam cowok tampan milik Ramos memutuskan untuk memberhentikan rodanya di depan rumah Shiren. Tidak ada jalan lain untuk mendapatkan bukti selain menggeledah isi tiga kamar yang terkunci.

Raka dan anak buahnya masuk kedalam ruang tamu setelah Bi Nila membukakan pintu untuk mereka. Hening menyelimuti sampai Shiren turun dari tangga dengan setumpuk buku di tangannya lalu menyapa enam ciptaan tuhan yang sangat mempesona itu.

"Jadi belajar bareng kan?" Tristan sengaja mengeraskan suaranya agar bi Nila mendengar hal ini.

Shiren menahan senyumnya, gadis ini tau maksud mereka datang kemari dari Raka yang mengiriminya pesan semalam. Gadis dengan rambut tergerai itu mengangguk membenarkan ucapan Tristan.

"Bawa bukunya kan?" Ujar Shiren sambil mendekat ke arah sofa.

Melihat tampilan Shiren pagi ini, Raka tersenyum tipis. Pakaian gadis ini cukup rapih, tidak seperti beberapa cewek yang tetap berpakaian rumah walaupun ada tamu laki-laki.

"Bawa kok, nih." Dicky mengeluarkan satu buku yang di gulung dari dalam saku celananya.

Shiren membelalak, "kan rusak itu bukunya."

"Buku itu mencerminkan wajah pemiliknya," Gerald berdalih, "Kalau bukunya ringsek, buluk, jelek. Berarti pemiliknya juga kayak gitu."

Mendengar itu mereka tertawa bersama menikmati wajah Dicky yang mengerut. Tanpa banyak membuang waktu, Shiren mulai menjelaskan soal fisika yang ada di dalam buku paketnya. Ke enam cowok ini hanya mengangguk seakan mengerti apa yang di jelaskan oleh Shiren.

Misi dimulai.

Bi Nila datang dengan nampan berisi es sirup untuk mereka, "mau sarapan apa?" tanya Bi Nila sambil meletakkan nampan itu di meja.

Shiren menatap Raka sekilas sebelum menjawab pertanyaan bi Nila. Ini harus berjalan sesuai rencana mereka, "Shiren lagi pengin nasi bakar yang di depan toko bunga itu, bi." kata Shiren.

"Itu kan jauh banget, Non," ucap Bi Nila sopan.

Dicky mengulum bibir, sekarang gilirannya beraksi, "saya anterin aja gimana, bi? Kalau naik motor cepet."

Bi Nila menatap Dicky dan Shiren bergantian, raut bingung tercetak jelas di wajah wanita itu, "ehmm.. tapi..."

Dicky meraih jaket yang ia sampirkan di belakang sofa, "gak papa bi, gak usah sungkan. Paling juga sepuluh menit doang." Dicky berdiri, "yuk, Bi."

Bi Nila pasrah. Wanita itu mengangguk lalu mengekor di belakang Dicky.

Dicky meneguk salivanya. Yang perlu Dicky lakukan kali ini hanya mengulur waktu agar Bi Nila tidak kembali sampai teman-temannya mendapatkan sesuatu.

Setelah Bi Nila dan Dicky menghilang dari rumah. Raka menoleh ke arah Bagas, "sekarang giliran lo, Gas."

"Bakal berhasil, kan?" ujar Bagas masih tak percaya dengan kemampuan dirinya.

RAKA - The Ruler Of Ramos ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang