17. Misi Pertama

Mulai dari awal
                                    

Tristan mengangguk mantap, "berhasil. Kalau lo pinter akting."

Gerald menepuk pundak Bagas, "cepet gih. Kita gak punya banyak waktu."

Bagas pergi meninggalkan mereka. Tugas Bagas kali ini adalah mengeluarkan satpam dari rumah agar teman-temannya bisa dengan mudah mengambil kunci yang terletak di laci milik satpam. Mereka mengetahui hal ini dari Shiren. Gadis itu sering melihat banyaknya kunci yang di satukan di dalam laci pos satpam.

Mungkin salah satu dari kunci disitu adalah milik tiga kamar yang terkunci.

Dari ruang tamu, mereka melihat Bagas yang sok akrab dengan pak Satpam. Diantara mereka ber enam, Bagas memang terkenal lebih cepat akrab dengan orang yang lebih tua karena Bagas memiliki sifat yang mudah bergaul dengan sopan.

Bagas mengeluarkan motornya dari gerbang rumah Shiren sembari berbincang dengan pak satpam. Bagas menyalakan mesin motor tersebut dengan kunci yang ia biarkan tetap tertancap di motornya.

Lelaki jangkung  berjalan ke pos satpam sembari menunjukkan sesuatu di hapenya.  Mereka tertawa bersama, entah apa yang mereka tertawakan, yang jelas pak Satpam telah merasa senang dengan kehadiran Bagas.

Mereka berbincang dan sesekali tertawa, lalu dengan cepat seseorang menaiki motor Bagas dan membawa Ninja putih itu pergi.

"Maliingg... Maliingggg..." Teriak Bagas histeris.

Sontak Bagas berlari mengejar motor miliknya, tanpa pikir panjang pak Satpam pun juga ikut lari di belakang Bagas.

Kini rumah itu sudah sepi. Mereka berhasil mengosongkan rumah ini dari siapapun. Sekarang yang perlu mereka lakukan hanyalah secepatnya mencari kunci dan membuka tiga kamar itu sebelum Bagas atau Dicky kembali.

Tanpa aba-aba,Raka, Gerlad dan Tristan berdiri dan berlalu cepat ke pos satpam. Waktu mereka tidak banyak.

Jovan dan Shiren saling tatap, raut gugup menyelimuti wajah cantik Shiren membuat Jovan menatapnya dengan senyum berusaha menenagkan.

"lo gak perlu takut. Mereka sudah ahlinya," ujar Jovan tampak tenang.

Tugas Jovan dan Shiren hanya menunggu di ruang tamu. Jika salah satu dari Dicky atau Bagas datang, mereka harus memberitahu Raka, Tristan dan Gerald agar segera memberhentikan aksinya.

Raka menarik laci yang tidak terkunci itu. Satpam tadi terlalu shock sampai lupa tidak mengunci laci berharga ini.

"good job, Bagas." ucap Tristan memuji kerja Bagas. Berkat cowok itu, dengan mudah mereka bisa meraih gerombolan kunci yang ada di laci, "akting Bagas se keren itu, coy."

Gerlad tersenyum tipis, berbeda dengan Raka yang masih serius menatapi kunci-kunci itu, "ada dua puluh kunci. Kita musti coba satu-satu." kata Raka.

Mereka bertiga melangkah cepat ke dalam rumah. Mereka memulai aksinya dari lantai atas lebih dulu. Di sana terdapat dua kamar terkunci. Yang satu di samping kiri kamar Shiren dan yang satunya lagi di depan kamar Shiren. Kamar-Kamar itu yang pertama kali akan mereka bongkar isinya.

Raka mencoba satu persatu kunci pada kamar yang ada di samping kiri kamar Shiren. Hingga kunci ke dua belas, kamar itu berhasil terbuka.

Satu kebenaran yang terungkap, Bi Nila berbohong pada Shiren. Asisten rumah tangga itu pernah mengatakan pada Shiren bahwa kunci kamar ini hilang.

Raka menatap dua temannya yang berdiri di belakangnya lalu menyerahkan kunci yang tersisa pada Gerlad dan Tristan, "kalian di kamar yang itu. Bagi tugas biar cepet," Ucap Raka mengendikkan dagunya ke arah kamar yang terletak di depan kamar Shiren. Gerald dan Tristan menurut. Mereka segera berbalik dan mencoba membuka kamar itu.

RAKA - The Ruler Of Ramos ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang