"Eh... secepatnya, ya?"

"Iyaa tapi kalau kamu nggak bisa ya sebisamu aja,"

"Ih! Masa Mama minta cepat aku ngelunjak. Yaudah besok aja Den, kamu sibuk nggak? Soalnya aku ada presentasi minggu ini besok doang kosong karna ada yang gak bisa kelompok aku,"

Arden mengangguk, ia tersenyum senang kupastikan itu. "Oke, besok tapi Mamaku hari ini pulang ke Bandung, gimana dong? Mau gak mau nginap?"

"Hah? Yah... yaudah aku usahain deh ntar aku coba ngomong sama kelompok aku dulu,"

Arden mengangguk setuju. "Terimakasih Anna udah mau ngeluangin waktu."

🦋🦋🦋

"Mama Almaaaa!"

Hari ini Mama Alma ke apartemen untuk mengunjungiku karena saat aku masuk rumah sakit Mama tidak bisa jenguk karena ada urusan. Disana Mama memelukku erat membawa tentengan paper bag besar yang ia taruh di ruang tamuku. "Anna sehat kan udah enggak kenapa-kenapa lagi? Maaf Mama baru jenguk kamu sekarang Mama sibuk banget ngurus kantor kadang harus di handle sama Mama sendiri," jelas Mama Alma seraya merapihkan bajunya sebelum duduk.

Aku memberikan botol minuman teh dingin dari kulkasku ke meja agar Mama bisa minum karena cukup jauh berjalan ke towerku. Aku memberi senyum dengan gelengan, "Enggak papa Mah Anna ngerti kok! Anna udah sehat juga puji Tuhan, Mama gimana? Jangan capek-capek nanti drop Mama kan ada anemia," ujarku memperingati penyakit yang Mama derita.

Mama Alma meneguk setengah minumannya dan memberi seulas senyum padaku. "Iyaa sayang... Mama juga usahain gak banyak aktifitas di luar. Gimana kuliahmu? Anna udah punya pacar belum?" Tanya Mama Alma untuk kesekian kalinya. Aku mengerti mengapa Mama menanyai itu terus menerus, tapi untuk saat ini aku sudah mempunyai jawaban untuk Mama Alma hanya saja rasanya seperti bersalah seakan aku sedang ketawan selingkuh.

"Emm... Mama Anna bingung gimana bilangnya rasanya—"

"Kayak kepergok selingkuh, ya?" Tanya Mama di akhiri tawa membuatku menyengir kuda. "heh! Mama justru senang Anna kembali dicintai sama laki-laki yang lebih baik dari Cam. Karena Mama tau laki-laki yang kamu pilih buat jadi pasangan kamu pasti laki-laki yang baik. Iya kan Anna?" Lanjut Mama Alma di akhiri tanya memberi kesan menyakinkan.

Lantas aku mengangguk kaku, "I—iyaa... aku harap."

Mama tersenyum penuh arti padaku, ia meraih tanganku dan menggengamnya erat. "Mama sayang banget sama Anna dan Anna berhak kembali bahagia walaupun bukan lagi dengan Cameron. Anna tetap jadi anak Mama, tetap jadi menantu Mama satu-satunya. Jadi kamu jangan merasa aneh ya buat kembali berhubungan, jangan sungkan buat cerita ke Mama, oke?" Ujar Mama menyakinkanku. Rasanya bahagia tapi juga sedih. Campur aduk. Mama Alma baik sekali dan aku merasa beruntung bisa kenal Mama Alma, mempunyai keluarga seperti Mama Alma.

Aku langsung saja memeluk Mama Alma, "Aku sayang Mama! Sehat-sehat ya Mah! Tapi..." Aku melepaskan pelukan dan menatap Mama membuat wanita paruh baya itu menatapku kebingungan. "Iya? Kenapa Na?"

"Besok Anna ketemu orangtua pacar aku..."

"Waah... bagus dong!"

"Iyaa... tapi kan cepet banget Mah..."

"Tandanya keluarganya baik dong mau tau siapa perempuan yang bisa dapetin hati anaknya? Biasanya sih pasti pemilih,"

Metanoia Where stories live. Discover now