Jangan bercanda,
Itu tak akan mungkin.-Syidad Ilyasa-
🌿🌿🌿
"M-mas. "
Suara itu, Syidad benar-benar rindu suara itu. Tiga minggu sudah ia tak mendengarnya, perlahan Syidad melepas tangannya yang dari tadi ia biarkan menutup wajahnya. Sungguh, ia tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang, Qolby sadar, Qolby kesayangannya sudah siuman.
"Dokteeeer,"panggil Syidad keras.
"Istri Saya sudah sadarkan diri," lanjutnya lagi.
"Baik Saya pastikan dulu ya," ucap Dokter. "Maaf, Pak. Qolby memang sadar, tapi ada satu permintaan yang harus Bapak penuhi."
"Apa, Dok?"
"Tadi Saya mencoba untuk berbicara dengan Qolby, tapi tubuh Qolby tiba-tiba melemah lagi. Sedikit kabar baiknya, Qolby sudah tidak koma lagi, "terang Dokter.
"Alhamdulillah. Tapi kalau permintaanya, Dok?"
"Katanya, ia mau baca Al-Qur'an bareng sama Bapak, "ujar Dokter menjelaskan.
Syidad mengangguk, "Baik, Dok. Saya akan menurutinya. "
"Kalau begitu Saya permisi, Pak."
"Terima kasih, Dok."
"Sayang, katanya mau baca Qur'an bareng. Ayo,"ajak Syidad dengan wajah yang bahagia. Sejujurnya, hatinya kini diliputi oleh perasaan yang begitu tak karuan, ia merasakan suasana yang berbeda. Perlahan Syidad mengambil dua Al-Qur'an yang berada di atas meja, ia sengaja membawanya dari rumah.
"A-ayo, M-mas, "sahut Qolby lemah dan terbata-bata. "Tapi boleh nggak aku morajaahnya sambil meluk kamu?"
Syidad mengangguk dan tersenyum, "Boleh dong, Sayang. Sini!" Syidad mulai mendekap tubuh Qolby dan membiarkan Qolby berada dalam pelukannya.
"Kita udah lama nggak baca Qur'an bareng, Mas. "Terdengar pelan Qolby berucap, namun masih bisa Syidad dengar. Kini Syidad benar-benar tak bisa menahan air matanya lagi, terpaksa ia izinkan air matanya mengalir dengan leluasa dipipinya. Syidad tak tahu lagi apa yang terjadi setelah ini. Syidad berusaha membuat istrinya bahagia, meski harus nyawa jadi taruhannya.
"Hm...iya. Kamu sih tidurnya kelamaan jadi kita nggak bisa baca Qur'an bareng deh, " sahut Syidad sambil mengelus kepala Qolby lembut. Terpaksa ia berbicara seperti itu, mengingat ia tak mungkin berbicara yang membuat hati Qolby tersakiti, ia takut kejadian yng dulu menimpa istrinya itu terulang kembali. Apalagi kejadian itu masih membekas dihati Qolby, lebih tepatnya kejadian yang membuat Qolby benar-benar hancur. Tak perlu disebutkan pun kita sudah mengetahuinya, bukan?
"Kita mulai aja ya, Mas. Aku udah nggak sabar, siapa tau ini terakhir kalinya kita baca Qur'an bareng," ajak Qolby. Tunggu, kalimat terakhir sukses membuat Syidad gagal paham. Syidad benar-benar tak paham maksud dari istrinya itu, sekali lagi ia mencerna.
Apa mungkin setelah ini Qolby benar-benar akan pergi. Ah! Nggak mungkin, batinnya.
"Bagaimana kalau Q. S Ar-Rahman, By?" tawar Syidad, kini ia beralih menatap wajah pucat Qolby.
"Iya, Mas. Aku mau, "angguk Qolby disertai senyuman. Tiba-tiba saja kepalanya berdenyut hebat, tapi Qolby tak tunjukkan itu. Ia harus menyelesaikan morajaah ini terlebih dahulu, ia masih bisa menahannya untuk beberapa menit lagi. Setelah itu, apapun yang terjadi ia akan ikhlas.
"Bagaimana kalau kamu yang mulai, By?" pinta Syidad mempersilahkan.
Qolby mengangguk tanda setuju tanpa menjawab permintaan Syidad, mengingat kepalanya semakin berdenyut dan malah lebih hebat dari tadi. Saat ini Qolby terpaksa irit suara demi menjaga energinya untuk morajaah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Bersamamu✔[Revisi]
Romance[COMPLETED] 𝘋𝘪𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘥𝘶𝘢 𝘱𝘪𝘭𝘪𝘩𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘶𝘭𝘪𝘵, 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘢𝘱𝘢𝘣𝘪𝘭𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘥𝘪𝘵𝘶𝘯𝘵𝘶𝘵 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘩 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘥𝘪𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘋𝘪𝘢--𝘘𝘰𝘭𝘣𝘺, 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢...