"Se-serius tidak apa-apa? A-aku takut merepotkan..." Balasnya dengan wajah yang agak memerah.
"Ah, sudah! Tidak usah banyak tanya!" tegurku.
Dia tersentak sedikit, "Ba-baik..."
Setelah mengambil barang bawaan, kamipun langsung menuju tempat pemarkiran mobil seperti biasa.
"Ngomong-ngomong, Catherine. Rumahmu dimana?"
"Nanti kamu juga tahu sendiri."
Dia menghela nafas dan berkata dengan pelan, "Bisakah kamu lebih hangat sedikit?"
Ck, dasar bocah itu.
"Hei, asal kamu tahu ya. Aku seseorang yang punya kehormatan. Kehangatanku hanya kuberikan kepada orang-orang yang kupercayai. Bukan untuk bocah cengunguk sepertimu." Balasku sombong.
Dia tetap diam, tidak membalas perkataanku. Hah .... Untuk berapa lama lagi aku bersikap seperti ini?
Di dalam mobil, suasana hening seperti biasanya. Kota malam hari terlihat indah seperti biasanya. Sayang sekali aku tidak sempat melihatnya di tempat favoritku.
"Wah...! Ini rumahmu?!" ujar Jamie takjub.
"Ya, lebih tepatnya rumah orangtuaku sih."
Sebuah rumah berukuran mansion terpapar jelas dari balik kaca mobil. Yah, bisa dibilang ini rumahku. Tapi selama tinggal disini, aku tidak pernah merasa dirumah. Tidak semenjak ibuku ....
"Catheriene, kamu tidak turun?" tegurnya memecah gelembung lamunanku.
Aku menggeleng-geleng kepalaku. Sudah Catherine, jangan pikirkan itu sekarang.
Aku pun turun dan mengambil barang-barangku dari bagasi mobil. Tak lama setelah itu. Pintu utama rumahku terbuka, dan beberapa pelayan pun keluar dan menghampiriku.
"Selamat malam, nona Catherine. Bisa saya bawakan barang bawaan nona?"
Jamie menatapku dengan tatapan takjub, "Ti-tidak usah. Aku bawa sendiri." Tolakku malu.
Kami pun melangkah memasuki rumah. Jamie tidak berhenti menatap sekitar dengan tatapan terkagum-kagum.
"Em, Catherine. Apa orang tuamu ada dirumah?" tanyanya tiba-tiba.
"Mereka sedang tugas keluar kota. Sama seperti orang tuamu." Jawabku singkat.
"Pak Herald, antar dia ke kamar tamu." Lanjutku.
"Baik, ikuti saya tuan."
Aku pun langsung melangkah menuju kamarku. Dengan menaiki Lift aku pun tiba di tingkat tertinggi rumahku. Lantai tiga.
Ya, disinilah letak kamarku. Berhubung aku menyukai pemandangan, aku memilih untuk memiliki kamar disini.
Kamarku bisa dibilang cukup luas. Kalau dihitung-hitung kamarku cukup untuk menampung sekitar 20 orang. Terdapat kaca besar di ujung belakang kamarku yang langsung menuju balkon. Yah, pemandangan disini lumayan sih. Tapi aku lebih suka pemandangan dari puncak markas.
Namun, semua kemewahan itu tidak dapat menggantikan kepergiannya. Apakah ... aku harus menceritakan itu padanya?
Jamie's P.O.V
"Silahkan tuan." Ujar Pak Herald sembari membuka pintu kamar tamu.
Kamar yang berukuran dua kali lipat kamarku terbentang luas di hadapanku. Jadi seluas ini kamar untuk tamu? Aku tidak bisa membayangkan kamar milik Catherine seluas apa. Atau dia lebih menyukai kamar berukuran kecil?
YOU ARE READING
Synchronization
Science FictionJamie Anderson, anak remaja berumur 16 tahun yang tinggal di sebuah kerajaan yang bertahan di masa depan. Kemajuan teknologi yang luar biasa membawa juga dampak negatif pada dunianya. Dia ditakdirkan menyelamatkan dunia dari ancaman sebuah perusaha...
Chapter 5 (Part 2)
Start from the beginning
