Chapter 1 (Part 4)

10 3 0
                                        

Di ruang medis, aku memandang sosoknya yang terbaring di atas ranjang. "Apakah dia akan baik-baik saja?" tanyaku cemas.

"Eh, bisa saja kamu mencemaskannya. Kamu memang anak yang baik, ya. Tenang saja. Dia hanya kelelahan." Jelas Pak Hilton.

"Ngomong-ngomong. Bagaimana kamu mengetahui tehnik sihir itu?" lanjutnya bertanya.

"Oh, itu. Aku sempat membaca-baca tentang tehnik sihir yang bisa kupakai, dan sepertinya bapak salah tentang tehnik sihir yang pertama kali mampu kugunakan." Jelasku.

"Begitu ya..."

Aku memandang sosok itu lagi. Seketika terbesit rasa ingin mengenalnya lebih dalam.

"Pak, kalau saya boleh tahu. Sudah berapa lama Kak Catherine menjadi anggota organisasi ini? Dan kenapa dia yang terpilih? Apakah dia juga keturunan tokoh legendaris jaman dulu?"

"Baik. Aku jawab satu persatu. Dia sudah disini saat dia seumuran denganmu, ya...kurang lebih satu tahun yang lalu. Bukan, dia tidak memiliki garis keturunan sepertimu. Hanya saja, dia memiliki kemampuan sihir entah dari mana. Semenjak dia kecil, kami sudah memperhatikannya dan mengharapkan dia menjadi salah satu anggota kami." Jelas Pak Hilton.

"Oh, dan ngomong-ngomong soal Catherine. Tidak seharusnya dia langsung roboh seperti itu. Dia baru saja melancarkan beberapa tembakkan sihir. Mungkin itu tadi contoh pemakaian sihir dengan kebencian." Lanjutnya.

"Kebencian?" tanyaku penasaran.

"Ya. Benci, sombong, iri, dan sifat buruk lainnya mempengaruhi kemampuan sihirmu. Jika kamu memakainya karena atau dengan sifat-sifat itu, kekuatan sihirmu akan melemah. Aku seharusnya memberitahumu soal itu saat di ruang uji coba senjata. Maaf, aku baru ingat." Jelasnya lagi.

Aku mengangguk paham. Tidak kusangka aku mendapatkan jawaban yang lebih penting dari pertanyaanku, meski di luar topik.

"Ya, sepertinya sudah saatnya kamu kembali ke rumah. Misi pertamamu baru akan dimulai minggu depan. Informasi mengenai misi akan dikirim lewat e-mail khusus."

"Baik, tapi dengan apa aku pulang?"

"Oh, iya hahaha.... Aku lupa soal itu. Gunakan mobil yang tadi kamu tumpangi. Mobil itu dengan otomatis akan mengantarmu ke rumah." Jawabnya.

"Baik. Terima kasih Pak Hilton atas hari ini. Saya pulang dulu. Oh, dan tolong sampaikan salam dariku untuk Kak Catherine ya, Pak."

Dia mengangguk, "hati-hati dijalan, ya."

Setelah aku pamit, aku bergegas pulang sebagaimana dia menyuruhku. Hari ini hari yang paling tidak biasa dalam hidupku dan aku yakin ini bukan yang terakhir. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupanku untuk beberapa waktu kedepan. Ya...hanya ada satu cara untuk mengetahuinya, kan?

SynchronizationWhere stories live. Discover now