Jamie's P.O.V
Kring...kring...kring... Bel sekolah berdering dua kali. Itu adalah masalh besar bagi yang belum melewati pagar sekolah. Dan untungnya, aku sudah di dalam kelas dari tadi. Duduk di atas bangku sambil mendengarkan lagu dari playlist hp-ku. Kulihat teman-teman kelasku berlalu-lalang. Beberapa dari mereka menyapaku dan menepuk pundakku. Tiba-tiba, salah satu dari mereka menarik earphone kananku seraya berkata, "lagi dengerin apa sih?"
Reflek aku menoleh ke arahnya. Dan tidak kusangka, orang itu adalah...
"Yu-Yuki?!" sahutku terkejut.
"Oh, lagu Red Sync, ya? Aku juga sering mendengarkannya. Apalagi penyanyinya yang ini."
Dia ikut menyanyikan lirik-lirik menit terakhir lagu ini dan jujur, suaranya sangat mirip dengan penyani aslinya. Sempat kusangka dia lah pengisi suara penyanyi lagu ini. Tapi, saat kutanya, dia tidak membenarkan pernyataanku.
Ya, lagu dari industri musik itu yang biasanya kudengarkan sehari-hari. Mereka memproduksi lagu-lagu dari penyanyi yang tidak bisa disebut manusia. Mereka "membuat" penyanyi-penyanyi itu. Mereka menciptakan robot-robot berwujud dan berperilaku layaknya manusia pada umumnya. Ya, apa yang tidak mungkin di pertengahan abad ke-21.
Menit terakhir lagu telah berakhir. Dia menaruh earphone kananku di atas meja.
"Eh, Jamie. Bulan depan ada konsernya lho. Tiketnya lagi pre-sale. Mau aku beliin gak?" ujarnya tiba-tiba.
Luar biasa. Dimana saat aku mendapat kesempatan bersamanya, itulah saatku kekurangan harta.
"Aduh, maaf ya. Bukannya aku gak mau, cuman lagi "krisis ekonomi" hehe..."
"Gakpapa! Aku yang bayarin!"
Wajahnya bersinar seperti sinar mentari, berusaha membangkitkan keinginanku.
"Eh, seriusan? Ntar gantinya gimana?"
"Udah...gak usah pikirin itu. Ikut ya...!?"
"Nn...yaudah."
"Sip... Ntar tiketnya aku kirim lewat e-mail."
Aku mengangguk. Pada detik itu, kebahagiaanku menjulang setinggi-tingginya. Namun, semua ini terasa janggal. Ada segenap perasaan tidak yakin yang bersemayam di dalamku. Yuki sudah beberapa langkah menjauhi bangkuku.
"Yuki! Tunggu!"
Dia menoleh, "hm? Ada apa?"
"Kenapa ajak aku?" tanyaku penasaran.
"Y-ya...yang kutahu suka Red Sync di sekolah cuman kamu. Dan, ada sesuatu yang ingin kukatakan nanti."
Ekspresinya berubah. Meski samar, aku dapat melihatnya. Serius?! Dia ingin menyampaikan itu?! Ah, aku tidak ingin terlalu ge-er. Mungkin saja ada sesuatu yang lain selain "itu" yang ingin dia sampaikan. Tapi kan, tidak menutup kemungkinan juga kan?
Pengeras suara mengeluarkan suara serak. Lambat laun, suara seorang bapak-bapak mulai terdengar darinya.
"Perhatian, bagi murid yang bernama Jamie Anderson, kelas II B, di mohon kehadirannya di kantor kepala sekolah sekarang juga, terima kasih."
Teman-teman sekelasku heboh sejenak, termasuk Yuki. Ya...menurut mereka bagaimana ceritanya murid sepertiku disuruh menghadap kepala sekolah? Biasanya, hanya biang onar sekolah yag dipanggil hingga ke kantor kepala sekolah. Aku beranjak dari bangkuku dan meninggalkan ruang kelas.
Lorong kelas hening, tidak ada lagi murid yang berlalu-lalang. Beberapa langkah kemudian, aku sudah menghadap pintu kantor kepala sekolah.
Aku pun menyentuh pintu itu. Ya, aku tidak perlu mengetuknya. Hanya dengan satu sentuhan, orang dibalik pintu akan tahu ada yang ingin masuk. Seluruh ruang guru menggunakan pintu seperti ini.
Pintu itu pun terbelah dua seperti pintu di mal-mal. Hanya saja, ini ukurannya lebih kecil.
Terpampang di hadapanku 2 orang pemegang otoritas tinggi di ranah kekuasaannya, bapak kepala sekolah, Marcus Threin, dan ketua OSIS, Catherine Angel.
"Silhakan masuk." Ujar pak Marcus.
Aku pun melangkah masuk. Terlihat raut wajah kesal ketua OSIS itu. Langsung terbesit di pikiranku, "kesalahan apa yang telah kuperbuat?"
Aku dipersilahkan duduk bersama mereka. Terdengar percakapan di antara mereka berdua.
"Bapak yakin ini orangnya? Dia terlihat biasa saja. Aku tidak yakin dia bisa melakukannya."
"Ck, kamu terlalu meremehkan. Beritahu saja alasan dia dipanggil."
Dia menghela nafasnya. Dari perkataannya, aku sudah tidak menyukainya. Aku pikir dia lebih bijak dan sopan dalam bertutur kata. Hanya dengan modal cantik dia menjadi ketua OSIS.
"Jadi...Jamie...apa lah nama belakangmu. Sebelum kusampaikan, ada beberapa persyaratan yang harus kau penuhi. Satu, informasi ini adalah dokumen kerajaan dan bersifat sangat rahasia. Kamu diwajibkan untuk menjaga rahasia ini dari pihak manapun. Dua, setelah mendengarnya, kamu wajib setuju dan menerimanya dan apabila tidak, hukuman mati akan dijatuhkan, mengerti?"
Aku terdiam. Tunggu, apa semua ini? Kenapa aku tiba-tiba terlibat dengan urusan rahasia kerajaan?
YOU ARE READING
Synchronization
Science FictionJamie Anderson, anak remaja berumur 16 tahun yang tinggal di sebuah kerajaan yang bertahan di masa depan. Kemajuan teknologi yang luar biasa membawa juga dampak negatif pada dunianya. Dia ditakdirkan menyelamatkan dunia dari ancaman sebuah perusaha...
