Chapter 3 (Part 1)

8 2 2
                                        

Jamie's P.O.V

Di kantor markas, kupandang mentari senja yang perlahan menghilang di telan bumi. Langit-langit yang awalnya kemerah-merahan. Menjadi biru kehitam-hitaman. Suara derapan langkah sepatu di belakangku membuatku menoleh.

Pak Hilton melangkah ke arahku dengan membawa hp-ku di genggamannya.

"Ini. Kamu bisa lihat-lihat sendiri apa yang berubah di hp-mu." Ujarnya sambil menyodorkan hp-ku.

"Ah, baik. Terima kasih."

Aku meraih tangan Pak Hilton untuk mengambil hp-ku. Semuanya terlihat biasa saja, namun. Entah mengapa hp-ku lebih berat dibanding sebelumnya.

" jangan khawatir dengan beratnya itu hanya sebuah alat untuk menghubungkan mu dengan forum kami." Jelasnya.

"Kamu boleh pulang sekarang kalau mau naik saja mobil yang biasanya kamu tumpangi." Lanjutnya.

Dia pun langsung pergi meninggalkan kantor. Soal pulang, sebenarnya aku ingin ke mal dulu. Ada film baru yang ingin ke tonton, tapi. Ya seperti yang pernah ku bilang, perekonomian ku kritis. Entah kapan orang tuaku akan mengirim lagi. Jadi mau tidak mau, aku pun bergegas pulang.

Suara dari luar mobil bersenyawa dengan suara rintikan air hujan perutku tidak mau ketinggalan dan ikut membunyikan suara keroncongan nya.

"Heh...kenapa mereka tidak sekalian memberikanku makan malam?" keluhku.

Ya Meskipun mereka sudah memberiku segenap fasilitas setidaknya Berikan aku makan aku belum meminta uang muka Aku hanya ingin sesuatu yang bisa menenangkan auman perutku.

Setelah beberapa waktu, mobil berhenti sempurna di depan rumahku. Suara hujan masih terdengar nyaring di telingaku.

Dari pintu mobil tiba-tiba muncul sebuah payung mengambil panjang itu dan membuka pintu mobil dengan baik yang terbuka aku melangkah ke teras depan rumah payung itu kubiarkan tergeletak di samping pintu.

Aku pun menarik gagang pintu dan membukanya. Ya, pintu rumahku sudah tidak memakai kunci biasa. Cukup dengan sidik jariku, kunci pintu terbuka.

Setelah melangkah masuk, aku langsung menuju dapur aku membuka laci dan menyambar kotak sereal yang setengah penuh. Akupun mengambil sebuah mangkuk besar dan menuangkan seluruhnya. Tidak lupa juga ke tuang susu cair ke dalamnya.

Sambil membawa semangkuk sereal, aku pun melangkah menuju ruang tengah di mana di sana aku biasa menonton televisi. Sekarang jam menunjukkan pukul tujuh. Tepat sekali, "Ifkar Perfect 2" sedang tayang sekarang. Aku sangat penasaran bagaimana akhir dari hubungan Ifkar dan Salsa.

Televisi menyala setelah aku menekan tombol remot yang tertanam di meja saluran televisi dengan otomatis berganti ke saluran yang menayangkan film itu.

"Babeh Movie Production, presenting. Ifkar Perfect 2." Ujar layar televisi.

Tepat di saat semangatku sedang tinggi-tingginya, ada seseorang yang mengetuk pintu.

"Ah, siapa yang datang malam-malam hujan begini?!" keluhku kesal sembari melangkah menuju pintu.

Tanpa melihat siapa yang di balik pintu, aku langsung membukanya dan, tepat dihadapanku. Sebuah sosok gadis remaja dengan pakaiannya yang basah kuyup. Terlihat memar bekas tamparan di wajahnya. Kedua lengannya lecet dan masih mengeluarkan darah.

"Yu-Yuki?! Kamu kenapa?" tanyaku terkejut.

Dia menangis. Sulit melihatnya dari pandangan pertama. Air matanya menyatu dengan air hujan.

"Bisakah aku menginap di rumahmu? Malam ini saja..." pintanya lirih.

***

Ini cringe juga? Tentu lahh...

Sori yg ini dikit juga :3

SynchronizationWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu