Chapter 2 (Part 2)

9 3 0
                                        


"Eh, bocah..!" sahut seseorang, memberhentikan kereta pikiranku.

"Kakak Catherine? Kakak sudah baikan?"

"Ck, gak usah pake "kakak". Jijik tau..." jawabnya ketus.

Gadis ini...Aku hanya berusaha untuk sopan. Setidaknya kalau memang tidak mau dipanggil dengan "kakak" bisa kan menyampaikannya baik-baik?

"Oh...ba-baiklah. Memangnya ada apa?"

"Nanti sepulang sekolah, Pak Hilton meminta kita untuk ke markas lagi. Dan, uh...maaf soal kemarin. Ta-tapi bukan berarti kita teman! Kita hanya rekan kerja, tidak kurang, tidak lebih. Mengerti!"

"I-iya iya." Jawabku datar.

Caranya bicara membuat seakan-akan perkataanya berlawanan dengan apa yang benar-benar dia katakan. Ah, biarkan. Lagipula, aku juga tidak ingin berteman dengan bidadari berhati iblis itu.

"Dan ngomong-ngomong. Apa hubunganmu dengan Yuki Karen?" tanyanya tiba-tiba.

Aku terkejut dengan pertanyaanya. Kenapa dia tiba-tiba penasaran tentang hubunganku dengan Yuki?

"Dia temanku sejak kecil. Memangnya kenapa?" tanyaku penasaran.

"Ah, tidak apa-apa. Hanya ingin tahu saja." Balasnya ketus. Seakan-akan tiba-tiba tidak peduli.

"Ya sudah. Aku ke kelas dulu, ya." Ujarku seraya berbalik badan dan hendak melangkah.

***

Jam pulang sekolah pun tiba, dan rasanya otakku tidak ingin bekerja lagi untuk hari ini. Mata pelajaran yang berbau hitung-hitungan dalam seharian penuh ini jadi penyebabnya. Huh...semoga saja Pak Hilton tidak memintaku untuk menghitung seluruh pergerakanku dalam duel kemarin menggunakan rumus fisika.

Aku hendak beranjak dari kursiku, tapi ada seseorang yang membuatku masih terduduk. Ya, karena Yuki menghampiriku.

"Eh, Jamie. Sore ini kamu kosong, gak?" tanyanya.

"Aduh, maaf ya. Aku ada urusan. Memang ada apa?" balasku bertanya, penasaran.

"Yah...baru mau kuajak jalan-jalan. Ya sudah, lain kali ya." Jawabnya dengan nada agak kecewa.

"Eh...bagaimana kalau besok saja? Kamu bisa, kan?" tawarku.

"Mmm...oke. Janji, ya?"

"Iya, janji..."

"Sip...oke. Kalau gitu, aku pulang dulu, ya. Ketemu lagi besok~" Ujarnya sembari melangkah ke arah pintu.

Sebenarnya aku merasa agak sedikit bersalah menolak tawarannya. Tentunya karena kecemasanku terhadap masalah yang kemungkinan sedang dia alami. Andai kata menyelamatkan dunia tidak terlalu penting, aku pasti akan menerima ajakannya.

Aku pun beranjak dari kelas dan melangkah menuju gerbang sekolah. Semoga saja aku tidak berpapasan dengan Yuki, atau bisa saja seketika aku langsung berubah pikiran dan mengikuti ajakannya.

Pintu sekolah sudah berada di depanku. Beberapa murid ada yang masih menongkrong di sekitar teras dan lapangan sekolah. Kulihat Catherine sedang duduk santai sambil menikmati minuman teh berkemasan kaleng.

"Eh, Jamie? Datang juga akhirnya. Aku kira kamu akan pergi dengan pacarmu itu." Ujarnya setelah menyadari kehadiranku.

"Dia bukan pacarku..! Ya...belum sih..."

"Oh, begitu ya..."

Dia terkekeh kecil melihatku yang dadakan salah tingkah. Entah bagaimana dia mengambil kesimpulan itu. Pernyataan yang kuberikan bahwa dia temanku sejak kecil.

"Jadi, mau kapan nembaknya? Atau jangan-jangan udah pernah tapi ditolak? Hahaha..."

"Iya...aku tahu kamu cantik. Dari kecil udah banyak yang naksir..." balasku.

Ekspresinya tiba-tiba berubah menjadi murung untuk sepersekian detik. Apakah ada yang salah dalam perkataanku?

"Haha, bisa aja. Ya udah, ayo berangkat. Pak Hilton udah nungguin."

Dia beranjak dari bangkunya dan melangkah menuju gerbang sekolah. Ada apa dengannya? Kenapa dia tiba-tiba sok akrab seperti ini? Ah, sudahlah. Apa yang kumengerti tentang perempuan. Aku pun menyusul, mengikutinya.

***

SynchronizationWhere stories live. Discover now