Chapter 4 (Part 3)

7 1 0
                                        

"Baiklah. Karena kita bertiga menggunakan senjata jarak dekat-menengah, sebaiknya kita ke tempat yang sedikit terbuka. Bagaimana kalau kita ke perumahan saja?" usul Angel sembari membuka peta digital.

Itu benar. Aku dan Glenn menggunakan jenis senjata yang sama, sedangkan dia memakai pistol otomatis.

"Aku setuju." Balasku sambil mengangguk

Glenn ikut mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Baik, sudah diputuskan. Jarak kesana cukup jauh kalau berjalan kaki. Jadi kalau ada yang melihat mobil jangan lupa memberitahu, ya." Ujarnya lagi.

Dengan itu, kami pun memulai perjalanan. Oh iya, map yang dipakai dalam pertarungan ini dinamakan Deserted City. Ya, sama seperti map yang kutempati saat duel melawan Catherine. Walau hanya bagian jembatan besarnya saja yang dipakai.

CTARR!! Suara tembakkan terdengar nyaring di telingaku. Tepat pada saat itu aku menoleh ke belakang.

"Berlindung!!" sahutku.

Seseorang bersenjata sniper rifle baru saja mencoba untuk membunuhku. Dan untung saja dia meleset. Dengan cepat kami langsung berlindung di balik batu. Ah, bagaimana aku sampai seceroboh ini? Sekarang aku yakin dua temannya sedang menghampiri kami.

"Glenn, Damien. Kalian berdua jaga dua sisi batu ini." Ujar Angel, memberi arahan.

Glenn mengambil sisi kanan. Aku pun mengambil sisi kiri, tentunya. Aku sedikit mengintip untuk melihat keberadaan mereka. Dan tiba-tiba, salah satu dari mereka menembak ke arahku, memaksaku untuk kembali menyembunyikan kepalaku lagi.

Kami terpojok. Catherine terlihat sedang memikirkan sebuah rencana. Glenn baru saja menerima serangan dari musuh yang satu lagi.

"Glenn. Coba lihat lagi. Dengan begitu kamu bisa memancingnya, dan aku akan menembaknya dari atas." Ujarnya memberi rencana.

Glenn mengangguk, "mengerti."

Itu rencana bagus, tapi. Bagaimana dengan sniper-nya?

Glenn pun mulai melaksanakan rencananya. Tepat saat itu, aku berinisiatif melempar bom asap ke depan batu ini, guna menghalangi pandangan si sniper. Tepat setelah itu, terdengar suara deretan tembakkan dari dua belah pihak.

"Ah..!" sahut Angel kesakitan.

Dia kembali menenggelamkan dirinya di balik batu. Muncul sebuah anotasi di pojok kanan pandanganku, di bawah Health Bar-ku memberitahu bahwa Angel berhasil membunuh salah satu dari mereka.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Glenn cemas.

"Iya, tidak apa-apa. Aku hanya tergores sedikit. Terima kasih, Damien. Jika kamu tidak melakukan tadi mungkin aku sudah terluka parah." Jawabnya sekaligus berterima kasih padaku

"Ti-tidak masalah, kok." Balasku agak canggung.

Ah, ada apa denganku? Kenapa tiba-tiba ada kupu-kupu yang terbang di dalam perutku? Tck, bukan apa-apa. Itu hanya efek dari model karakternya saja.

"Damien, lakukan sekarang. Glenn, lemparkan bom asap."

Kami berdua langsung menjalankan perintahnya. Aku harus jujur, dia hebat juga dalam menjadi komandan tim. Yah, pengalaman satu tahun dia bekerja di organisasi benar-benar terlihat.

Aku pun memulai rencananya, namun kelihatannya Glenn kurang pas dalam melempar bom asap tersebut dan memberikan celah untuk si sniper untuk menembak tepat ke arah Angel.

SynchronizationWhere stories live. Discover now