Bab 45. Bumi milik Elsa

34 3 5
                                    

Menerjang udara pagi yang masih menyejukkan, aku dan Bumi sudah ada di motor untuk berangkat sekolah. Sengaja datang pagi untuk menghindari tatapan mata menyebalkan dari orang-orang.

"Aku ngerasa kayak rindu banget sama kamu, kenapa ya?" Ucap Bumi dengan mata yang masih fokus ke depan.

"Emang aku bikin rindu orangnya." Canda ku dan Bumi malah membenarkan.

"Iya, sangat!"

Motor Bumi sudah sampai di pekarangan sekolah, mencari tempat parkir yang pas.

"Nanti aku ke kelas ya?" Tawar Bumi.

"Terserah deh."

Dengan langkah beriringan, kami berjalan melewati koridor kelas XI. Bumi ingin mengantar ku lebih dulu katanya. Untuk hubungan kami, semua orang sudah mengetahui hal ini namun masih belum menerima kenyataan nya.

Kenyataan bahwa Bumi tidak lagi menjadi pria pemarah juga kasar. Bumi kini telah menjadi orang yang bahkan sangat baik, walaupun masih banyak diamnya. Sayang sekali, jabatan ketua OSIS sudah tidak bisa lagi ia dapatkan.

"Semangat belajarnya!" Aku mengacak rambut Bumi bebas.

Ini adalah salah satu hal yang aku senangi, tidak ada yang punya akses seperti ini kecuali aku. Dan aku semakin senang akan hal itu.

"Siap tuan Puteri!"

Bumi berbalik arah dan mulai jalan menuju kelasnya. Aku pun masuk ke dalam kelas dengan langkah santai tanpa beban.

"Cie yang abis dianter kak Bumi!" Goda Fiya.

"Biasa aja kali, dari SMP juga kan suka gitu." Jawabku seadanya.

"Tapi kan sekarang udah SMA, ya beda lagi lah."

"Bagi gue rasanya sama aja Fiya,"

"Le, gue berantem sama kak Bagas masa." Pagi-pagi begini Fiya sudah memulai cerita galaunya. Membuatku harus bersabar untuk memasang kupingku agar setia mendengarkan cerita dari Fiya. Lalu ketika dia meminta saran barulah aku katakan sesuatu.

"Kenapa?"

"Kak Bagas ketauan masih nyimpen nomor ceweknya di hape Le, terus chatingan. Gue kan gak suka."

"Lo tau darimana?"

"Gue cek hapenya,"

Fiya dalam hubungan benar-benar tidak bisa diduga. Ia kadang cemburuan, kadang juga posesif, kadang begitu manja, namun juga kadang bisa pengertian. Jadi cemburunya tuh kadang-kadang.

"Gue harus gimana?" Tanya Fiya menyerah.

"Kalo menurut gue, kasih kebebasan sama cowok lo buat tetap temenan sama cewek lain termasuk chating. Karena kalo kak Bagas beneran yakin sama lo, dia gak bakal ninggalin lo demi cewek yang lain. Lo yang curigaan begini malah buat dia merasa gak dipercaya dan malas." Jelasku.

"Ya udah, nanti kalo kak Bagas minta maaf bakalan langsung gue maafiin deh." Ujarnya.

"Kenapa gak lo yang minta maaf duluan?"

"Kan tetep aja cowok salah."

-

Bumi menghampiri ku saat jam istirahat, kami lalu berjalan bersamaan ke kantin dengan Fiya. Yang lainnya nanti akan menyusul sendiri.

Seperti biasa Fiya akan memesankan bakso, namun kali ini aku sedang tidak mood makan bakso.

"Fiya, gue mau beli ayam geprek aja. Lo pesen aja buat lo sama dua curut itu, gue pesen sendiri."

Lekas pulih, Bumiku (COMPLETE)Where stories live. Discover now