Bab 38. Misi Rahasia

9 4 8
                                    

Deka sudah mampir ke kelas ku pagi-pagi sekali. Melaporkan bahwa Bumi baru saja berangkat sekolah bersama kak Dara menggunakan motor nya.

"Dia gimana sama kak Dara?"

"Baik sih, tadi dia sempet ngusap kepala kak Dara pas turun dari motor." Jawab Deka.

"Ya udah, nanti pantau lagi pas istirahat ya Ka. Lo sekarang balik lagi aja ke kelas." Ucapku, lalu Deka kembali ke kelas karena sebentar lagi bel masuk berbunyi.

"Ngapain tadi Deka kesini? Udah gak papa dia?" Tanya Fiya yang baru kembali dari gerbang mart.

"Biasa, ada urusan. Hehe." Fiya mendengus kesal.

Pelajaran pertama dan kedua ku lewati tanpa fokus. Semua omongan guru hanya angin lewat bagiku. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Benar-benar tidak ada yang aku mengerti.

Aku menunggu bel istirahat berbunyi, sudah tidak sabar melihat Bumi.

'saatnya istirahat. It's time to have break!'

Bel istirahat sudah berbunyi, aku segera menghampiri kelas Deka dan mengajaknya menuju kelas Bumi. XI IPA 2.

Siswa di kelas Bumi sudah mulai keluar, aku dan Deka mengumpat di balik pohon besar dekat kelas Bumi. Dari sini kami bisa melihat setiap orang yang keluar dari kelas.

"Bumi kemana ya? Kok belum keluar?" Tanyaku heran.

"Emang pas SMP Bumi suka ke kantin?" Tanya Deka.

"Eum, gak terlalu suka si. Apa mungkin dia bawa bekal ya?"

"Tungguin lagi aja, kalo 5 menit gak muncul. Kita makan dulu ya di kantin." Ucap Deka.

5 menit kami menunggu namun Bumi tak kunjung keluar kelas. Aku dan Deka memutuskan untuk pergi ke kantin. Namun sebelumnya mendengar suara seseorang memanggil nama Bumi.

"Bumi!" Aku dan Deka kompak menoleh ke arah sumber suara.

Disana ada Bumi yang berada di depan pintu kelasnya, mungkin baru ingin keluar.

Kami langsung mengambil tempat untuk bersembunyi mendengarkan Bumi berbicara dengan orang itu.

"Kenapa?" Tanya Bumi santai.

"Tadi gue denger si Dara berantem di kantin."

"Kenapa?"

"Ada adek kelas yang gak sengaja numpahin minum ke seragam nya. Terus dia marah-marah."

Diluar dugaan, Bumi hanya ber-oh ria.

Sikap Bumi membuat temannya merasa bingung. "Lo gak kesana? Pacar lo lagi ribut."

"Bukan urusan gue." Lalu Bumi menuju tempat sampah untuk membuang kertas yang sudah dikepal. Kemudian masuk lagi ke dalam kelas.

Aku menoleh ke arah Deka. "Bumi beneran suka sama kak Dara gak si?"

Deka hanya menaikkan bahunya acuh.

"Bumi gak ke kantin, kita makan dulu ya El!"

-

Pulang sekolah aku dan Deka membuntuti Bumi yang pulang bersama kak Dara. Mereka memasuki kawasan perumahan elit yang berada di daerah Jakarta Selatan.

Bumi berhenti di salah satu rumah mewah, lalu menurunkan kak Dara disana. Bisa ku tebak itu adalah rumah Kak Dara.

Lalu Bumi melajukan motornya lagi dengan kecepatan tinggi. Padahal ini bukan kebiasaan Bumi, Bumi adalah orang yang hati-hati.

"Bumi itu gak pernah kebut-kebutan dulu."

"Mungkin dia udah salah pergaulan." Jawab Deka.

"Gak. Gue yakin pasti ada yang gak beres sama Bumi dan bukan masalah pergaulan Ka."

Kami terus mengikuti Bumi sampai Bumi pun tiba di salah satu rumah bernuansa putih hitam. Bentuk rumahnya megah.

Aku dan Deka berhenti sedikit jauh dari tempat Bumi berhenti. Kami bisa melihat kalau ada satpam yang membukakan pagar lalu barulah motor Bumi masuk kedalam.

Di dalam sudah ada mobil berwarna oranye, dengan model pintu yang dibuka nya dengan ditarik keatas.

Setelah Bumi masuk kedalam rumah, dan pagarnya di tutup. Kami melajukan motor tepat di depan rumah Bumi berhenti.

"Ini rumah Bumi El?" Tanya Deka.

"Kayaknya iya, gak mungkin juga kan Bumi masuk ke rumah orang lain?"

"Jadi sekarang kita mau kemana lagi?" Kami pergi dari depan rumah Bumi.

"Besok kita tanya-tanya ke kak Bagas. Cari info sebanyak-banyaknya."

"Oke, sekarang lo temenin gue ke toko kue lo ya?"

"Siapa yang ulang tahun?" Tanyaku.

"Gak ada, ibu gue nitip brownies coklat."

Ah! Jadi ingat Bumi!

Lekas pulih, Bumiku (COMPLETE)Where stories live. Discover now