Bab 37. Pernyataan

7 3 6
                                    

"Gue udah lama suka sama lo..."

Aku meneguk ludah ku susah payah. Menunggu Deka melanjutkan kalimatnya.

"Dari SMP, tapi gue gak pernah berani ungkapinnya. Dan sekarang gue lega udah jujur sama lo."

Deka menatap manik mataku semakin dalam, membuat ku semakin tertarik masuk ke dalam dunianya.

"Gue tau ini salah, tapi apa lo mau jadi pacar gue?"

Deg!

Ini yang dari awal tidak pernah aku inginkan. Aku tidak ingin merusak lingkaran persahabatan dengan jatuh cinta. Dan sekarang malah terjadi padaku. Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang?

Serius, otakku terasa buntu sekarang. Tidak tau bagaimana untuk merespon pernyataan Deka namun tanpa menyakiti hatinya. Karena sudah jelas kalau aku tidak bisa menerimanya.

Aku tidak menyukai Deka. Dari awal aku hanya menganggap nya sahabat, tidak pernah lebih. Namun aku takut setelah mengatakan penolakan ini, Deka malah menjauh dan memutuskan pertemanan denganku.

Dengan degupan jantung yang menggila, aku berusaha untuk menyampaikan ini pada Deka.

"Deka, gue.."

Ucapanku terhenti, saat Deka tiba-tiba berbicara.

"Gue tau jawabannya." Ucapnya lelah.

Aku semakin merasa tidak enak. Namun mau bagaimana lagi. Daripada harus ku jalani hubungan ini tanpa ada rasa, aku akan semakin menyakitkan hatinya.

"Dengerin gue, lo tau kalau gue bahkan masih suka sama Bumi Ka. Maaf tapi dari awal gue cuma nganggep lo sahabat, hubungan kita lebih baik kayak gini Ka."

Deka tersenyum miris, menatap ku penuh luka. Sebelumnya aku tidak pernah melihat wajah Deka yang seperti ini.

"Bumi udah jahat sama lo Le," ujarnya masih dengan wajah lelah.

"Gue tau, tapi gue yakin ada apa-apa sama Bumi Ka. Dulu dia gak kayak gitu." Jawabku yakin. Membuat Deka mendesah berat.

"Tapi kenyataannya sekarang begini,"

"Gue mau cari tau dulu tentang Bumi Ka, gue butuh tau."

"Gue bantu." Ucap Deka singkat namun berhasil menyentil hatiku.

Deka masih bisa bersikap biasa bahkan disaat aku baru menolaknya. Walaupun wajahnya masih belum menunjukkan keikhlasan.

"Gue gak mau nyakitin lo!" Jawabku. Lalu Deka menggeleng.

"Gue mau liat lo seneng Le," Deka mengucapkan nya dengan nada rendah.

Aku segera memeluk Deka, erat. Walaupun pertemuan pertama kami memang tidak berjalan mulus, namun saat ini Deka selalu berusaha menjadi versi terbaik nya untuk diriku.

"Gue sayang sama lo! Makasih udah selalu ada buat gue. Semoga lo dapet yang lebih baik dari gue."

-

Kejadian tadi sore sudah ku ceritakan pada Fiya melalui sambungan telepon. Fiya pun terkejut mendengarnya. Apalagi aku yang berhadapan langsung.

Perlakuan Deka benar-benar diluar dugaan. Aku tidak menyadari kalau selama ini Deka sudah menyimpan perasaan padaku. Namun ia selalu bersembunyi dibalik kata sahabat.

Berarti dari dulu setiap perlakuan Deka padaku karena ia menyukai ku?

Bodohnya aku tidak pernah menyadari ini. Maafkan aku Deka. Tapi aku tidak bisa membohongi perasaan ku malau aku masih menyimpan perasaan pada Bumi.

Besok niatnya aku akan menjalankan misi untuk mencari tahu tentang Bumi, tadinya ingin bertanya pada kak Dara karena ia berpredikat sebagai pacar Bumi sekarang. Namu  rasanya tidak mungkin karena kak Dara pernah salah paham dengan ku.

Target yang akan ku tanya kan adalah Kak Bagas. Namun sebelumnya aku ingin memantau Bumi selama seharian terlebih dahulu. Misi ini hanya dijalani oleh ku dan Deka tanpa campur tangan lainnya.

Untuk memudahkan Deka mencari perbedaan, aku menulis di list sikap-sikap Bumi sebelum SMA.

Tentang Bumi.

1. Baik
2. Tampan
3. Pendiam
4. Tidak suka ikut organisasi
5. Tidak menyukai keramaian
6. Rendah hati
7. Tidak kasar
8. Cuek
9. Peduli
10. Menyukai Elsa

10 list ini sudah ku kirimkan pada Deka melalui chat pribadi.

Namun aku jadi merindukan Bumi. Efek yang sering ditimbulkan bila aku sedang memikirkannya.

"Semoga Bumi bisa kembali seperti dulu."

"Bumi yang menyukai Elsa."

"Bumi yang tidak kasar."

"Dan Bumi yang bukan pacar kak Dara!"

"Semesta, aku menginginkan Bumi kembali."

Lekas pulih, Bumiku (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang