Bab 14. Rindu

28 9 24
                                    

Jatuh hati itu konsekuensi nya banyak banget. Jadi kalo sekiranya kamu gak kuat, mending jangan coba-coba.
//

Aku sedang bersiap didalam kamar untuk berangkat ke sekolah, hari ini aku ingin berangkat bersama dengan Fiya. Karena hari ini Fiya tidak ada yang mengantar, jadi ia ingin nebeng bersamaku.

Diruang makan, aku dengan cepat menghabiskan makananku setelah itu langsung meminum susu yang telah disiapkan bibi. Fiya sudah datang lebih cepat lima menit dari perkiraan yang aku duga.

"Gak usah cepet-cepet kali makan lo!" Fiya menepuk pundakku, menyuruhku untuk memelankan kecepatan makanku.

Aku pun hanya bisa menggeleng. Setelah habis, kami langsung menuju garasi dan meminta pak Bayu untuk mengantar.

"Hari ini kelas akhir libur ya Fi?" Tanyaku yang saat ini sedang duduk didalam mobil, disebelah Fiya.

"Iya Le, enak banget ya?"

"Ya enggak lah Fi! Kan mereka habis ujian."

"Hehe, iya sih."

Kami sudah sampai disekolah, berbeda sekali rasanya mengetahui kalau Bumi tidak ada di sekolah. Biasanya dia akan selalu menghampiri ku, apalagi nanti ya setelah Bumi lulus sekolah?

"Le, gue besok berangkat bareng sama lo lagi ya?"

Aku menaruh buku ku di meja, dan menoleh pada Fiya. "Bisa dipertimbangkan."

Fiya melongo, "Ihh lo mah masa sama temen sendiri gitu!"

Aku tertawa, "Ya lagian lo kayak gak biasa nebeng aja sih, nebeng tinggal nebeng kali Fiya."

"Oke,"

Guru IPS sudah masuk, disaat aku baru ingin menceritakan kalau aku habis teleponan dengan Bumi. Akhirnya cerita ku tunda sampai istirahat nanti saja.

-

Bel istirahat sudah berbunyi, aku segera menyeret Fiya menuju kantin sekolah. Membawanya ke kursi depan penjual bakso dan duduk.

"Gue pesen bakso dulu ya!" Fiya berdiri ingin memesan bakso namun aku menahan lengannya.

"Gak usah, biar gue aja yang pesen. Lo duduk manis aja disini ya!" Kemudian aku memesan bakso dan meninggalkan Fiya yang masih sedikit bingung.

Biasanya aku paling malas berdesak-desakan dengan orang banyak, jadi aku jarang sekali ingin mengantre bakso. Hanya kalau hari-hari tertentu ketika mood ku sedang bagus, barulah aku ingin mengantre bakso.

Kali ini mood ku sedang naik, karena aku sedang ingin menceritakan tentang Bumi pada Fiya. Jadilah rasa bahagia ini meneruskan pada semangat ku yang ingin mengantre bakso.

Sepuluh menit berlalu, aku sudah kembali dengan nampan berisi dua mangkuk bakso dan dua gelas pop es.

"Ada apa nih? tumben banget lo mau ngantre bakso?"

Aku memilih memperlihatkan senyum ku pada Fiya daripada menjawab nya. Ingin membuat Fiya penasaran, dan ternyata berhasil!

"Lo kenapa ih?" Tanya nya mulai kesal.

"Leza jawab gue!" Fiya menarik-narik tanganku. Meminta penjelasan.

Aku pun menjawab pertanyaan Fiya, "Bumi nelpon gue."

Lekas pulih, Bumiku (COMPLETE)Where stories live. Discover now