Bab 33. Tuduhan

73 3 4
                                    

Bumi
Gue udah di depan rumah lo. Keluar cepet!

Membaca itu langsung membuat jantungku mencelos. Rasanya seperti pertama dijemput Bumi, deg-degan namun senang.

"Mah, Elsa berangkat dulu ya!"

"Kok pagi banget El?"

"Iya mah, ada piket. Dadah!"

"Lama banget lo keluar!" Semprot Bumi.

"Lagian lo ngapain jemput gue? Gak ada kerjaan!" Balasku kemudian langsung naik ke boncengan nya.

"Nama lo siapa sih?" Tanya Bumi, aku melihatnya dari kaca spion.

"Lo selama ini ngomong sama gue tapi gak tau nama gue siapa?"

Bumi menggeleng.

"Trus nama gue di hape lo siapa?"

"Orang sinting."

Sial!

Aku memukul bagian belakang helmet Bumi, membuatnya mengaduh.

Sampai disekolah, semua tatapan mata langsung tertuju padaku. Bahkan secara terang-terangan membicarakan diriku.

"Makasih kak!"

Aku segera turun dari motor Bumi, namun sebuah tangan menahan ku.

Kak Dara.

"Kalian berangkat bareng?" Tanya Kak Dara. Memandang ku dan Bumi bergantian.

"Engg-- tadi Bumi yang--" ucapan ku tertahan karena Bumi lebih cepat mengatakan nya.

"Ini Dar, tadi malem si Elsa maksa-maksa aku buat jemput dia. Katanya kalau aku gak jemput dia bakal laporin aku yang udah sering jahatin dia." Bumi berbicara dengan santainya. Memandangku dengan tatapan yang seakan mengatakan 'sukurin lo!'

Kak Dara jelas percaya pada Bumi. Kemudian ia langsung menoleh padaku dengan tatapan marah.

"Lo apa-apaan? Mau ngerebut pacar gue?" Tanya nya dengan tangan yang sudah mendorong bahuku kencang. Hampir saja aku jatuh kalau tangan kak Bagas tidak menahan ku.

"Lo gak papa?" Tanyanya, aku menggeleng pelan.

Apaan ini? Katanya kak Dara ramah, begini yang dimaksud ramah? Ini mah namanya mudah marah!

Kak Bagas langsung menghampiri kak Dara. "Lo kok main tangan sih Dar?"

"Tuh cewek kegatelan! Dia mau rebut Bumi dari gue!"

Kami sudah menjadi tontonan. Dikelilingi orang-orang, sungguh ini adalah kesekian kalinya.

Kak Bagas menghela napas nya, kemudian menoleh padaku yang masih berada di belakangnya. "Bener gitu Le?" Tanyanya tenang.

Aku segera menggeleng cepat, "engga kak! Jelas-jelas kak Bumi yang kemarin chat gue sampe nelpon buat maksa gue ngasih tau alamat rumah."

Aku mengatakannya dengan cepat. Bumi pun tidak langsung diam, dia masih membenarkan dirinya.

"Gak usah bohong lo!" Bentak Bumi.

Lah? Dia yang salah kenapa jadi gue yang kena omel.

Tanganku ditarik paksa ke belakang, ternyata Fiya dan Deka sudah ada disini.

"Kenapa Le?"

"Tadi malem Bumi maksa gue ngasih alamat rumah, terus sekarang malah dia bilang kalau gue yang maksa dia jemput gue."

"Gak usah bohong deh lo!" Cerca Kak Dara.

"Lo diem!" Tegas kak Bagas membuat kak Dara pun diam seketika.

"Lo punya bukti chating nya?"

Aku mengangguk mantap, kenapa baru ingat!!

Ku berikan room chat ku dengan Bumi. Lalu Deka membacanya dan beralih memberikannya pada Dara.

"Lo liat! Yang bohong itu temen gue atau pacar lo yang udah lo bangga-banggain itu?!" Deka membentak kak Dara.

Kak Dara pun membaca isi chat nya, Bumi hanya diam.

"Bener gitu Bum? Kamu bohongin aku?"

Ya udah jelas bohong kok masih aja ditanya lagi sih?!

Bumi terlihat mencari alasan. "Hah? Itu hape ku dibajak kali."

"Tapi kok lo jemput dia juga akhirnya?"

Nah, Bumi benar-benar diam sekarang.

Seorang guru BK menyelinap masuk dalam lingkaran ini. Kemudian menghampiri Bumi.

"Kamu! Ikut saya ke ruang BK sekarang!!" Tunjuk nya pada Bumi.

Kemudian beralih menatap yang lain.

"Kalian semua, bubar! Masuk kelas masing-masing!"

Sorakan terdengar, namun tetap saja beranjak dari sana dan kembali ke kelas masing-masing.

-

"Besok berangkat sama gue aja."

"Sama mamah aja Ka," Deka mengangguk.

"Lo beneran gak papa kan Le?" Tanya Fiya. Ia sedari tadi tidak berhenti menanyakan itu padaku. Padahal sudah kujawab tidak apa-apa namun nampaknya masih tetap tidak percaya.

"Serius gak papa Fiya. Gue baik-baik aja."

Deka mengusap kepalaku, "kalo gitu gue ke kelas dulu ya. Kalo ada apa-apa langsung hubungin gue atau Fahri. Jangan ditangani sendiri. Ngerti?"

"Iya,"

"Btw kayaknya Deka suka sama lo deh!"

"Ngaco lo!"

"Gue serius tau."

"Udahlah biarin, masuk kelas aja buruan!"

Tidak di kelas, tidak di kantin, kayaknya disemua tempat selalu menjadikan ku pusat perhatian mereka. Sabar Elsa, mungkin sebentar lagi lo bakal jadi artis sekolah.

"Btw kak Bumi gimana ya?"

Lekas pulih, Bumiku (COMPLETE)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum