26 | Mimpi Buruk

4.6K 750 51
                                    

Sejak pertama aku membuka kedua mataku, aku sudah tidak mengenali tempat ini.

Sangat sunyi...

Sangat sepi...

Namun sangat menenangkan.

Aku menghempaskan tubuhku di hamparan rumput yang luas, menatap langit biru yang berawan. Sambil sesekali memincingkan mata tatkala menatap sinar sang surya.

Dimana semua orang? Dimana kerajaan ku? Dimana para menteri ku? Entahlah, aku sendirian disini.

Dalam sepi, hanya ada embusan angin yang menemaniku.

"Rakai"

Suara itu!

Aku terperanjat, dan mulai mencari-cari asal suara itu, suara yang terus memanggilku. Hingga akhirnya aku menemukan sosok itu, sosok yang memanggil namaku. Dia adalah seorang pria jangkung dengan tubuh tinggi, terlihat janggut dan rambutnya mulai memutih. Namun hal itu tidak menutup karismanya, dengan mahkota dan kain sutera emas itu, dia adalah seorang raja.

Aku mendatanginya, mulai melangkahkan kaki hingga tepat berdiri beberapa jangka di depannya. Aku tidak tahu siapa dia, namun tangan ini rasanya ingin memberikan sembah hormat kepada pria itu.

"Kau pasti tidak mengenalku, benar kan Rakai Pikatan?"

Kenapa dia mengetahui namaku?

"Selama ini saya tidak pernah bertemu Yang Mulia dimanapun"

Pria itu tersenyum.

"Aku adalah leluhurmu, pendiri dinastimu yang kini berada di tanganmu."

Aku terbelalak seketika, ini tidak mungkin, bagaimana aku bisa bertemu dengannya? Dia....

"Rakai Mataram Sang Ratu Sajaya?" tanyaku.

Pria itu mengangguk.

Entah kenapa rasanya sontak aku ingin memberikan penghormatan yang kedua kalinya, yang mana penghormatan ini kulakukan lebih dalam.

"Bangun anakku, kau tidak perlu bersembah sujud seperti itu. Kita adalah sama, sama-sama penguasa Dinasti Sanjaya hanya saja kita memiliki ambisi yang berbeda"

Rakai kembali berdiri.

"Aku berusaha membangun kerajaan yang kuat dengan panji Dinasti Sanjaya, namun masa pemerintahanku telah membuat kekuasaan mataram terbelah menjadi dua penguasa dengan dua dinasti besar. Tapi berbeda denganmu, kau memiliki ambisi besar untuk menyatukan kedua dinasti yang terpecah itu."

Rakai mengangguk.

"Tapi Yang Mulia...aku tidak yakin bisa meraih semua itu, aku merasa takut tidak bisa memerintah kerajaanku dengan benar, apa yang harus aku lakukan?"

"Tidak ada kata takut di hati seorang raja Rakai! Ingat raja harus memiliki kunci utama Batara Brama, yaitu keberanian. Dia akan melindungi daerah kekuasaannya dari kemungkinan adanya serangan musuh dan rasa takut tidak akan menghalangi. Di bawah pemimpin seperti itu, rakyat pun memiliki keperwiraan yang tangguh. Mereka akan percaya pada raja mereka."

"Anda benar..."

"Aku akan memberimu ini, dengan ini aku harap kau bisa membangun kerajaan ini, dengan sistem pemerintahanmu, aku yakin kau tidak akan mengecewakan leluhurmu ini"

Kedua mataku berbinar tatkala melihat cincin kebesaran Raja Sanjaya yang dilepas dari jarinya, ia mengulurkan tangannya, untuk memberikannya padaku. Aku tidak percaya, namun semua ini sungguhan, ku ulurkan tanganku untuk menerimanya.

ABHATIWhere stories live. Discover now