24 | Raja Muda

4.7K 750 13
                                    

Setelah Raja Garung meninggal, Rakai Pikatan naik takhta. Di usianya yang sekarang ini ia termasuk raja termuda yang pernah berkuasa sepanjang sejarah Dinasti Sanjaya.

Untuk pertama kalinya Rakai menduduki singgasana kerajaan, Singgasana yang selama ini menjadi simbol kekuasaan tertinggi di Kerajaan Medang. Sebelum itu yang paling utama adalah mahkota sebagai simbol alih kekuasaan. Wibawanya sebagai seorang raja benar-benar terpancar dengan aura aristokratnya.

Lencana juga merupakan benda yang diserahterimakan ketika penobatan penguasa. Lencana di sini berupa tanda khusus dari penguasa tertentu.

Kini Rakai Pikatan telah menjadi seorang raja resmi Kerajaan Medang dengan gelar Sri Maharaja Rakai Pikatan atau yang biasa dikenal sebagai sang Jatiningrat. Ialah penguasa tertinggi, dan sesuai dengan landasan kosmogonis, raja ialah penjelmaan dewa di dunia.

Dengan usainya upacara penobatan, bergegas pula para prajurit yang ditugaskan untuk menjadi utusan dalam mengirim kabar ke wilayah luar diplomasi sebagai pengakuan kekuasaan yang baru di kerajaan mereka.

Sebagai seorang raja yang baru, Rakai mempunyai cita-cita untuk menguasai seluruh wilayah Jawa Tengah.

"Aku bersumpah di hadapan seluruh leluhur negeri ini, aku, Sri Maharaja Rakai Pikatan akan bersumpah untuk menyatukan seluruh tanah Mataram di bawah Panji Kerajaan Medang."

Itu adalah sumpah yang diambil Rakai saat upacara penobatan berlangsung, dan disaksikan oleh seluruh petinggi kerajaan dan rakyat Mataram.

"Akan ku bangun kerajaan paling berkuasa di dunia," ungkapnya.

Untuk mencapai itu semua tentu saja ada reformasi, ada penataan ulang dalam internal pemerintahan. Oleh karena itu langkah awal Rakai Pikatan dalam menjalankan pemerintahannya ialah dengan rencana pemindahan pusat pemerintahan.

Disisi lain ia juga melakukan perombakan para abdi dalem kerajaan yang dianggap kurang cakap dan digantikan dengan beberapa orang baru pilihannya. Tentu saja tidak semua posisi pejabat digantikan, ada beberapa orang kepercayaan Rakai yang masih tetap memegang jabatannya yaitu Darsana sebagai Rakryan Kanuruhan dan Abdiwasepa sebagai Panglima perangnya.

Sedangkan ada satu jabatan yang kosong yakni Mahamantri I Hino. Seharusnya jabatan ini dipegang oleh putra atau saudara raja yang memiliki peluang untuk naik takhta selanjutnya. Namun Rakai Pikatan tidak memiliki saudara kandung maupun tiri sehingga terjadi kekosongan jabatan.

Jabatan sesudah Mahamantri I Hino secara berturut-turut adalah Mahamantri I Halu dan Mahamantri I Sirikan.

Rakai memberi Laras posisi yang cukup penting dikerajaan, yaitu sebagai srikandi kerajaan. Hal ini semata-mata dilakukan bukan tanpa alasan, melainkan sudah dikenal sejak dahulu bahwa semua orang yang pernah berguru di pasraman Pawitra memiliki kemampuan yang tidak bisa diremehkan. Begitu pula Laras, Rakai yakin posisi itu sangat sesuai dengan kemampuan bertarung gadis itu.

"Aku rasa cukup untuk hari ini, aku harap kerjasama kalian semua para abdi dalemku untuk membantuku menyejahterakan kerajaan ini, kalian semua harus bekerja dengan sungguh-sungguh!"

"Sendiko Gusti,"

Kemudian Rakai berdiri dari singgasanya, sembuat semua orang secara bersamaan menundukkan kepalannya sembari berdiri.

"Baiklah cukup."

Pertemuan hari ini cukup membahas mengenai perombakan jabatan kerajaan. Rakai berdiri dan berjalan meninggalkan singgasananya, sepanjang langkahnya tidak ada seorang pun yang berani mengangkat kepalanya maupun memprotes keputusannya.

"Oh iya paman Darsa..." Sejenak Rakai menghentikan langkahnya tepat di dekat Darsana.

"Saya, Yang Mulia,"

ABHATINơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ