38 | Busur Bajra

3.5K 677 72
                                    

Tiga hari telah berlalu semenjak mereka bertiga dipersilahkan tinggal kediaman milik Laksmidara. Bersamaan dengan berjalannya waktu, terlihat kondisi Panji yang semakin hari semakin membaik, ia telah mendapatkan kembali kekuatannya begitu pula dengan keahliannya dalam bertarung.

Sambil menyalurkan air ke dalam gelas bambu, Laksmidara mempersilahkan ketiga orang itu untuk tinggal lebih lama di pondoknya sambil memikirkan rencana ke depannya. Sejak kepulangannya dari pertapaan panjang di Gunung Serayu, Laksmidara memutuskan untuk mengasingkan diri dan memilih kawasan Hutan Undir yang jauh dari pemukiman penduduk atau warga setempat.

Suasana kemistisan hutan ini menyebabkan jarangnya kawasan hutan dijamah oleh tangan manusia. Sehingga, bersembunyi untuk sementara waktu di tempat ini adalah pilihan yang tepat. Lagi pula, Panji dan Larassati adalah murid lamanya, itulah mengapa saat pertama bertemu mereka sudah terlihat sangat akrab. Mendengarkan kisah mereka membuat Ratih tak habis-habisnya kagum dengan kehebatan wanita itu. Jujur, walau dalam umurnya yang sudah tua tapi ia tetap terlihat seperti wanita muda yang cantik.

"Setelah mendengar semua yang kalian alami, kini aku mengerti. Selama ini Darsana menggunakan sebuah ajian ilmu hitam," ucap Laksmidara membuka percakapan.

Seketika mereka bertiga terkejut setelah mendengarkan ucapan Laksmidara barusan. Namun, di sini perasaan Ratihlah yang bercampur aduk dengan kebingungan. Berbeda dengan Laras, ia mengernyitkan dahinya sambil mendengarkan dalam-dalam setiap kata yang diucapkan oleh pendeta wanita itu.

"Sejak zaman dahulu, leluhur kita telah banyak melakukan praktik sihir, tetapi untuk sihir hitam yang satu ini merupakan sihir yang sangat berbahaya dan terlarang," jelasnya.

"Apakah itu Nyai?" tanya Panji.

"Ini adalah salah satu ilmu kadigdayan ajian. Darsana telah bekerja sama dengan iblis, yakni untuk mendapatkan takhta Kerajaan Medang, ia rela mempertaruhkan nyawanya sebagai jaminan. Para iblis telah memberikan kesaktian bagi kelompok aliran sesat yang ia dirikan. Dan kekuatan yang dimiliki setiap anggotanya memiliki kesaktian yang sangat tinggi. Mustahil untuk dikalahkan oleh prajurit biasa."

Mendengar penjelasan dari Laksmidara membuat Laras berpikir keras, jadi itulah mengapa saat ia berada di bangsal kepatihan ia selalu merasakan ada energi kegelapan di sana.

"Lalu, bagaimanakah cara untuk mengalahkannya Nyi?" tanya Ratih penasaran.

"Setiap orang yang menggunakan ilmu hitam ini sudah dipastikan bahwa ia memiliki semacam wadah penampung kekuatan spiritual, entah dalam bentuk apapun itu. Jika kita bisa menemukannya lalu menghancurkannya, itu akan melemahkan kekuatan mereka dan kemungkinan kita bisa mengalahkannya."

Kemudian mereka bertiga hanya terdiam cukup lama sambil memikirkan wadah spiritual macam apa yang dimiliki oleh Darsana selama ini.

"Para iblis telah meminjamkan kekuatannya kepada pasukan kelompok bayangan, begitu pula dengan Darsana. Tapi perjanjian yang dilakukan dengan iblis itu tidak selamanya menguntungkan. Tentunya ada harga yang harus ia bayar untuk semua itu, dan itu adalah dengan menyerahkan senjata pusaka busur bajra kepada para iblis," ungkapnya.

"Aku pernah mendengar tentang senjata itu Nyi, aku pernah membaca dari kitab milik kakek. Dikatakan senjata itu memiliki anugerah dari Dewi Durga, dan hanya bisa digunakan oleh satu orang saja yaitu pemiliknya," sahut Laras.

Laksmidara mengangguk, "Benar, dan pemiliknya haruslah darah keturunan Raja Indra, yaitu Wangsa Syailendra. Dan orang itu tidak lain adalah..."

Seketika Laksmidara menoleh ke arah Ratih dan itu membuatnya merasa tidak nyaman ketika mendapat tatapan seperti itu.

ABHATIWo Geschichten leben. Entdecke jetzt