25 | Jamuan Kerajaan

4.5K 750 42
                                    

Kedua mata Ratih melebar menatap kilauan-kilauan pernah pernik perhiasan yang telah tertata rapi di atas kasurnya.

"Tutup! tutup pintunya!" perintahnya. Kemudian pintu besar kamarnya itu pun ditutup dengan sangat rapat oleh Nirma.

Setelah itu Ratih kembali memandangi semua perhiasan miliknya itu dengan tak habis-habisnya tersenyum lebar. Nirma telah melakukan pekerjaannya dengan sangat bagus, ia telah memilah-milah perhiasan berdasarkan jenis-jenisnya dan memasukkannya ke dalam kotak-kotak yang berbeda.

"Ndoro, apa yang akan Ndoro lakukan dengan semua perhiasan ini?" tanya Nirma penasaran.

Ratih tidak meggubris pertanyaan pelayannya tersebut, ia tengah disibukkan dengan menata kotak-kotak kecil perhiasan tersebut untuk ia masukkan ke dalam sebuah peti besar.

Tujuannya melakukan ini ialah untuk perbekalannya saat kembali ke masa depan nanti, walau tidak terlalu jelas kapan ia akan kembali, tapi ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan seperti ini. Kapan lagi ia akan menjadi kaya raya dengan bantuan Pramodawardhani.

"Nah sudah siap," ucapnya lega.

Setelah selesai disibukkan dengan urusannya itu, Ratih merasa sedang ingin tidur siang. Ia pun memerintahkan Nirma dan para pelayan yang lain untuk keluar dan membiarkan dirinya beristirahat.

Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur yang sangat empuk. Entah kenapa tiba-tiba saja ia memikirkan tentang percakapan yang terjadi di balairung istana pagi ini. Mengenai seorang pangeran yang baru saja dinobatkan sebagai raja Kerajaan Medang. Saat mendengar mengenai Pawitra, siapa sangka ternyata selama ini ia telah berada di pasraman bersama seorang calon raja yang bahkan tidak ia sadari.

Siapakah raja yang dimaksud itu?

Apa Panji?

Ratih mengerutkan keningnya, tidak mungkin itu Panji, lagi pula kan Panji bilang sendiri kalau dia memang keturunan raja tapi dia tidak berhak atas takhta itu. Ia juga pernah bercerita kalau sudah lama tidak tinggal di pasraman dan memilih hidup mandiri di pedesaan. Jadi mana mungkin kalau raja baru itu dia.

Atau mungkin Raka?

Ratih membelalakkan matanya, masih terpaku menatap langit-langit kamarnya.

Tidak mungkin. Murid Resi Adwaya kan banyak sekali, bisa jadi salah satu diantara mereka dan raja itu sengaja menyamarkan identitasnya agar tidak terlalu menonjol diantara murid yang lain.

Lagi pula kalau dipikir-pikir pasti ada lebih dari satu peguruan seperti Pasraman Pawitra di wilayah kerajaan yang lain bukan.

Tidak ingin repot-repot memikirkan hal tersebut, akhirnya Ratih pun terlelap dengan sendirinya.

***

Balaputradewa berjalan dengan cepat menuju ke arah kediaman Pramodawardhani. Ada banyak sekali pertanyaan yang ingin ia tanyakan kepada wanita itu. Bahkan setelah melihat kelakuannya yang berbeda akhir-akhir ini semakin membuatnya penasaran dengan wanita itu.

"Apa Tuan Putri ada di dalam?" tanyanya kepada seorang prajurit yang berjaga di depan bilik kamar Pramodawardhani.

"Saat ini Ndoro Putri sedang beristirahat dan tidak ingin di ganggu, Pangeran," jawab prajurit tersebut.

Balaputradewa mendengkus kesal, kemudian ia membalikkan badannya dan berjalan mondar-mandir di sana. Kemudian datanglah Nirma yang berjalan dari kejauhan sambil membawa beberapa nampan pemujaan.

"Salam Pangeran," hormatnya saat berpapasan dengan Balaputradewa.

Balaputradewa yang melihatnya seketika itu pun menghentikan langkah pelayan itu.

ABHATIWhere stories live. Discover now