39 | Pertemuan Tak Terduga

4K 668 66
                                    

Berkali-kali Ratih mencoba mengeluarkan sepatah kata, namun seakan lidahnya kelu untuk berbicara, ia pun hanya mampu menangis sesegukan. Terlihat dari jauh sepertinya segerombolan serigala yang nyaris menyerangnya tadi telah pergi. Sedangkan di dalam sebuah lingkaran api yang mulai meredup, Rakai mendekap tubuhnya erat, membiarkan gadis itu menumpahkan air mata di pelukannya.

Tidak berselang lama Ratih segera melepaskan pelukannya. Ditatapnya pria itu dengan kedua mata berbinar-binar. Kemudian Ia mengangkat tangan kanannya dan membelai pipi Rakai perlahan hingga....

Plakk

Sebuah tamparan mendarat di pipi pria itu hingga membuatnya meringis kesakitan.

"Aaah," erangnya sambil memegangi pipi kirinya yang baru saja ditampar dengan keras oleh gadis itu.

"Apa yang kau lakukan?" tanyanya masih dengan ekspresi menahan kesakitan.

"Hanya untuk memastikan, kau bukan hantu kan?" balas Ratih dengan ringannya.

Rakai sontak memandangnya dengan ekspresi keheranan, "Tentu saja bukan!" sergahnya.

Ratih tersenyum lega, kemudian diraihnya lagi pipi pria itu yang tampak kemerahan dengan bekas cap tangannya.

Rakai menjauhkan wajahnya tatkala tangan wanita itu kembali meraihnya.

"Tenang, aku tidak akan menamparmu lagi," ucap Ratih sambil tergelak tawa.

Kemudian kembali diraihnya wajah pria itu sambil mengelusnya perlahan. Rakai pun hanya membiarkannya sambil mengulum senyuman. Keduanya saling bertatapan cukup lama hingga tiba-tiba saja Ratih meneteskan air mata lagi.

Ratih segera menundukkan kepala dan mengusap air mata itu cepat-cepat. Melihat ekspresi gadis itu, Rakai pun menarik kembali senyumannya.

"Pramoda...ada apa?" tanyanya sambil meraih kedua bahu gadis itu.

Ratih menggeleng cepat sambil menggigit bibir bagian bawahnya. Rakai pun membantu mengusap air mata yang menganak sungai di pipinya.

"Kau ini jahat ya," ucapnya sambil sesegukan.

Seketika Rakai mengerutkan keningnya sambil memandang gadis itu dalam-dalam.

"Kau meninggalkanku sendirian, menghilang tanpa kabar, kemudian mendatangkan berita kematian. Kau memang tidak pernah memikirkan perasaan orang lain, k..kau..." Ratih menahan kalimatnya. Ia tidak sanggup untuk mengeluarkan kata-kata ketika air mata telah mengalahkannya.

"Kau jahat Raka!" teriaknya. Tangisnya pun pecah seketika.

Setelah itu ia memukuli dada pria itu berkali-kali untuk melampiaskan kekesalannya.

Rakai menatap gadis itu cukup dalam, ia membiarkannya meluapkan segala emosi dalam bentuk apapun. Tidak lama kemudian Ratih berhenti memukulinya dan ketika gadis itu mulai tenang, saat itu juga Rakai meraih dagunya dengan kedua tangan dan mendekatkan wajahnya.

Ratih memelototkan kedua matanya, ia terkejut saat pria itu tiba-tiba menciumnya. Ini bukanlah pertama kalinya mereka berciuman. Dulu, saat upacara pernikahan mereka berakhir, Rakai pun sempat menciumnya. Namun, ada dua hal yang berbeda telah Ratih rasakan. Saat itu, Rakai hanya sekedar melampiaskan emosinya, ia tidak benar-benar mencintai Ratih.

Berbeda halnya dengan sekarang. Saat memberikan sebuah ciuman, tersirat sebuah ketulusan yang teramat dalam dari pria itu. Ratih pun menerimanya, ia membalas ciuman pria itu dengan hangat. Malam itu, bulan dan bintang telah menjadi saksi bisu pertemuan mereka.

Rakai menghentikan ciumannya bersamaan dengan nyala api yang mulai meredup. Ia merapikan beberapa helai rambut Ratih yang menghalangi wajah cantiknya. Kedua pipi gadis itu terlihat merah padam.

ABHATIWhere stories live. Discover now